Share

Maaf Untuk Apa?

Author: Syamwiek
last update Last Updated: 2025-07-29 19:33:45

"Mas—kok belum tidur?" tanyaku sambil berdiri di ambang pintu balkon, dengan segelas air putih di tangan.

Alvaro menoleh, terlihat agak terkejut. Ponsel masih tergenggam di tangannya, meski layarnya sudah mati. Raut wajahnya tegang, tapi langsung melunak begitu melihatku.

“Belum ngantuk,” jawabnya, berusaha terdengar santai. “Kamu ngapain bangun?”

“Aku haus,” kataku sambil mendekat. “Tapi sepertinya kamu baru saja menelpon seseorang. Ada masalah?”

Bukannya menjawab, Alvaro malah melambaikan tangan pelan, menyuruhku mendekat. Tanpa pikir panjang, aku melangkah mendekatinya, dan begitu cukup dekat, dia langsung menarikku ke dalam pelukannya.

“Yang nelpon barusan El,” jawabnya, dagunya bertumpu di atas kepalaku.

“El?” tanyaku sambil sedikit mendongak, mencoba menatap wajahnya. “Kenapa malam-malam gini?”

“Katanya dia juga nggak bisa tidur. Jadi ya, ujung-ujungnya ngajak bahas kerjaan,” balasnya.

Aku mengangkat alis. “Serius? Solusi insomnia di keluarga Juhar itu ngobrolin kerjaan?”

Dia te
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Dhiyah
Modus al byk Syarat nay jg byk Ngakak .........
goodnovel comment avatar
Kania Putri
perkara mau tidur aja banyak syaratnya ngakak astaga nayla. hadeh kenapa lagi minta maaf. lagi mak syam kurang
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
duhhh apalagi sihhhhhh.......???
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Alvaro Mecum

    “Mas, jangan kayak gini!” seruku panik, saat Alvaro terus menciumi tengkukku tanpa jeda.Namun dia tak berhenti. Malah tertawa pelan di dekat telingaku, nafasnya hangat menyapu kulitku. “Kenapa? Kamu geli, ya?” godanya, suaranya berat tapi dibungkus tawa nakal yang khas Alvaro.“Mas Al!” seruku lagi, mencoba mendorong tubuhnya pelan. Tapi tentu saja, dia lebih kuat.“Bukankah aku sudah minta maaf?” gumamnya sambil tetap memelukku erat.Aku mendelik. “Itu minta maaf untuk apa?!”Dia mengangkat wajah, masih dengan senyum jahil yang bikin deg-degan. “Ya, siapa tahu aku bakal bikin kamu marah. Jadi mending minta maaf duluan.”Aku memukul dadanya pelan. “Mas, itu namanya licik.”“Lho, bukankah lebih baik minta maaf dulu, daripada menyesal nanti?” ujarnya enteng, lalu mencuri satu kecupan lagi di ujung bahuku.Aku menjerit pelan. “Mas!”Alvaro tertawa geli, lalu berkata dengan nada penuh pembelaan, “Mana aku tahu kalau mencium istri sendiri bisa dikategorikan sebagai ‘pelanggaran berat’.”“

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Maaf Untuk Apa?

    "Mas—kok belum tidur?" tanyaku sambil berdiri di ambang pintu balkon, dengan segelas air putih di tangan.Alvaro menoleh, terlihat agak terkejut. Ponsel masih tergenggam di tangannya, meski layarnya sudah mati. Raut wajahnya tegang, tapi langsung melunak begitu melihatku.“Belum ngantuk,” jawabnya, berusaha terdengar santai. “Kamu ngapain bangun?”“Aku haus,” kataku sambil mendekat. “Tapi sepertinya kamu baru saja menelpon seseorang. Ada masalah?”Bukannya menjawab, Alvaro malah melambaikan tangan pelan, menyuruhku mendekat. Tanpa pikir panjang, aku melangkah mendekatinya, dan begitu cukup dekat, dia langsung menarikku ke dalam pelukannya.“Yang nelpon barusan El,” jawabnya, dagunya bertumpu di atas kepalaku.“El?” tanyaku sambil sedikit mendongak, mencoba menatap wajahnya. “Kenapa malam-malam gini?”“Katanya dia juga nggak bisa tidur. Jadi ya, ujung-ujungnya ngajak bahas kerjaan,” balasnya.Aku mengangkat alis. “Serius? Solusi insomnia di keluarga Juhar itu ngobrolin kerjaan?”Dia te

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Inspeksi Mendadak

    Keesokan harinya, suasana rumah sakit terasa berbeda. Ada ketegangan samar yang sulit kujelaskan. Senyum para perawat yang biasanya ramah kini tampak kaku, dan beberapa staf medis terlihat terburu-buru saat bertemu denganku—seolah sengaja menghindariku.Saat makan siang bersama Mira di kantin, aku akhirnya tak bisa menahan diri untuk bertanya.“Kok orang-orang di rumah sakit kelihatan aneh, ya?” bisikku sambil menyeruput jus semangka. “Apa cuma perasaanku saja?”Mira mengangkat alis, lalu menoleh ke sekeliling. Setelah memastikan tak ada yang terlalu dekat, dia membalas dengan suara pelan.“Bukan cuma kamu yang ngerasa. Aku juga,” ucapnya sambil meletakkan sumpit. “Tapi keanehan ini bukan dimulai dari pagi. Semuanya mulai terasa ganjil sejak aku jemput kamu di ruang praktek tadi.”“Apa ini ada kaitannya sama kabar pertunanganku dengan Alvaro?” tanyaku pelan, nyaris berbisik.Mira menatapku sejenak, lalu mengangguk. “Mungkin iya,” jawabnya akhirnya. “Soalnya aku denger-denger, sekarang

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Sekelumit Cerita Alvaro 2

    Sesampainya di apartemen, aku langsung menggendong Rey ke kamarnya. Pelan-pelan aku membaringkannya di ranjang, menarik selimut sampai ke dagunya. Dia hanya bergumam sebentar dan membalikkan badan, lalu kembali tidur. Aku duduk sebentar di tepi ranjang, memandangi wajah kecilnya yang tenang, sebelum akhirnya berdiri dan keluar, menutup pintu dengan pelan.Aku berjalan menuju balkon. Alvaro ada di sana, berdiri membelakangi pintu, bersandar di pagar balkon. Tangannya memegang rokok yang belum dinyalakan. Dia menoleh saat mendengar suara pintu. “Rey udah tidur?”Aku mengangguk. “Hmmm.”Dia kembali menatap ke arah jalanan kota. Lampu-lampu dan kendaraan yang lalu-lalang memantul di matanya. Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya dia bicara, menjawab pertanyaan yang tadi sempat menggantung.“Nggak pernah,” ucapnya pelan. “Aku nggak pernah bilang hal kayak gitu ke siapa pun. Nggak ada juga yang pernah nanya. Mereka datang, lalu pergi, dan aku nggak pernah coba untuk menahan siapa pun.”A

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Sekelumit Cerita Alvaro

    Sepanjang makan malam, Rey tampak sangat lengket dengan Opa Barra. Bahkan untuk makan pun, dia minta disuapi—padahal di rumah, dia biasanya makan sendiri tanpa bantuan siapa pun. Aku sengaja membiarkannya, sekalian memberi kesempatan agar hubungan Rey dengan keluarga Juhar semakin dekat. Lagi pula, melihat kedekatan Opa dan cucunya itu membuat hatiku ikut hangat.Sementara itu, papanya— masih saja bersikap manja padaku. Belum juga sempat menyentuh makananku, Alvaro sudah merengek minta diambilkan lauk ini dan itu. Bukan sekali dua kali, tapi berkali-kali, sampai piringnya penuh sesak dengan berbagai macam makanan."Nay, boleh minta tolong ambilin ikan bakarnya juga? Sama sambalnya sekalian," ucapnya sambil menyodorkan piring—lagi.Aku menghela napas, mencoba tersenyum meski dalam hati sudah ingin menjitak kepala pria satu ini. “Mas, tanganku cuma dua. Mau sekalian minta disuapin?”Dia malah mengangguk cepat. “Kalau boleh sih, iya.”Sebelum aku sempat merespons, suara Oma Narumi terden

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Ayo, Jelaskan!

    Aku dibuat pusing dengan kelakuan Alvaro. Sejak kami masuk rumah, dia terus saja bergelayut manja padaku, seperti anak kecil yang takut ditinggal. Padahal saat ini aku sedang sibuk membantu Oma Narumi memasak makan malam di dapur.“Mas, serius deh, sana temenin Rey main,” bisikku sambil berusaha mengaduk sup di panci besar.“Tapi aku lebih suka nemenin kamu,” jawabnya santai, dagunya bersandar di pundakku.Aku meliriknya tajam. “Mas Alvaro.”“Hmm?” sahutnya pura-pura polos.Aku menghela napas. Sudah tiga kali kusuruh dia pergi dari dapur, tapi tetap saja kembali dan menempel seperti lem. Bahkan Ila yang baru saja lewat sampai geleng-geleng kepala dan menegurnya.“Al, kamu tuh ganggu Nayla masak. Lagian Rey dari tadi manggil-manggil kamu. Jangan manja banget, deh. Geli tau,” semprot Ila dengan nada setengah kesal.Alvaro hanya melirik sepupunya sekilas, lalu menoleh padaku. “Liat, bahkan Ila cemburu karena aku nggak nempel sama dia.”Ila mendengkus, lalu berlalu begitu saja tanpa menan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status