Share

Salahku Apa?

Author: Syamwiek
last update Last Updated: 2025-08-01 22:45:42

Memangnya aku salah apa, sih, ke Alvaro?

Sejak bangun tidur, dia mendiamkanku. Bahkan wajahnya pun terlihat kusut—jauh dari biasanya yang selalu ceria, atau minimal menyapa dengan senyum setengah ngantuk.

Padahal hari ini aku sudah menyiapkan sarapan sup daging hangat, dan bahkan membuatkan bekal makan siang: salmon panggang dengan salad quinoa. Semua kubuat sendiri, tanpa bantuan siapa pun.

“Mas, nanti sore aku izin mampir ke rumah singgah, ya? Kata Mira, ada pasien dari luar pulau yang baru datang. Masih kecil, sepantaran Rey. Aku ingin memastikan kondisinya setelah perjalanan jauh naik kapal.”

“Supir akan mengantarmu. Jangan naik angkutan umum lagi.”

“Iya, aku paham kok.”

“Tumben.”

“Maksudnya?”

Alvaro tak menjawab. Dia mulai menyantap sarapannya— lahap, tapi dengan wajah suram. Seperti langit yang mendung dan menahan hujan.

Aku memilih diam. Tak berani bertanya lebih jauh, takut dia makin kesal— meskipun, aku sendiri tak tahu salahku apa.

Setelah sarapan selesai, Alvaro mengajakku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
eany ajjach
harusnya sih malu, yg dibawah garis miskin aja jadi dermawan kok yg diatas garis sultan masih serakah
goodnovel comment avatar
Dhiyah
Ondeh…knp lak si al ngambek? Apa pasal? Pasti ada sesuatu ni sm dr. Tania
goodnovel comment avatar
~•°Putri Nurril°•~
jadi curiga, kalau ada sesuatu sama Tania
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Salahku Apa 2?

    Sial benar aku hari ini.Baru selesai kerja, aku langsung dipanggil atasan.Katanya, ada yang mengeluh soal caraku menangani pasien.Padahal selama bekerja di Rumah Sakit Juhar, aku belum pernah sekalipun mendapat masalah.Aku segera bergegas menuju ruang Direktur untuk menjelaskan tentang kesalahan—yang sebenarnya tidak aku lakukan.“Nay,” panggil Mira saat aku baru saja keluar dari lift. “Gimana tadi? Katanya kamu dipanggil Dokter Anita, ya?”“Iya, aku kena tegur,” jawabku.“Kamu salah apa?” tanya Mira lagi sambil menarikku ke pojok koridor rumah sakit.“Entahlah, Mir. Dokter Anita cuma bilang ada aduan soal caraku memeriksa pasien,” jelasku sambil menghela nafas pelan.“Lho, kok bisa?”Aku menggeleng pelan. “Itu dia— aku juga bingung. Rasanya seperti semua ini sudah direncanakan.”“Pasti ini ulah Dokter Tania. Soalnya, kelihatan banget dia nggak suka sama kamu, Nay.” Mira mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berbisik, “Aku curiga, dia naksir Pak Alvaro.”“Aku ngiranya malah Dokter

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Salahku Apa?

    Memangnya aku salah apa, sih, ke Alvaro?Sejak bangun tidur, dia mendiamkanku. Bahkan wajahnya pun terlihat kusut—jauh dari biasanya yang selalu ceria, atau minimal menyapa dengan senyum setengah ngantuk.Padahal hari ini aku sudah menyiapkan sarapan sup daging hangat, dan bahkan membuatkan bekal makan siang: salmon panggang dengan salad quinoa. Semua kubuat sendiri, tanpa bantuan siapa pun.“Mas, nanti sore aku izin mampir ke rumah singgah, ya? Kata Mira, ada pasien dari luar pulau yang baru datang. Masih kecil, sepantaran Rey. Aku ingin memastikan kondisinya setelah perjalanan jauh naik kapal.”“Supir akan mengantarmu. Jangan naik angkutan umum lagi.”“Iya, aku paham kok.”“Tumben.”“Maksudnya?”Alvaro tak menjawab. Dia mulai menyantap sarapannya— lahap, tapi dengan wajah suram. Seperti langit yang mendung dan menahan hujan.Aku memilih diam. Tak berani bertanya lebih jauh, takut dia makin kesal— meskipun, aku sendiri tak tahu salahku apa.Setelah sarapan selesai, Alvaro mengajakku

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Alvaro Mecum

    “Mas, jangan kayak gini!” seruku panik, saat Alvaro terus menciumi tengkukku tanpa jeda.Namun dia tak berhenti. Malah tertawa pelan di dekat telingaku, nafasnya hangat menyapu kulitku. “Kenapa? Kamu geli, ya?” godanya, suaranya berat tapi dibungkus tawa nakal yang khas Alvaro.“Mas Al!” seruku lagi, mencoba mendorong tubuhnya pelan. Tapi tentu saja, dia lebih kuat.“Bukankah aku sudah minta maaf?” gumamnya sambil tetap memelukku erat.Aku mendelik. “Itu minta maaf untuk apa?!”Dia mengangkat wajah, masih dengan senyum jahil yang bikin deg-degan. “Ya, siapa tahu aku bakal bikin kamu marah. Jadi mending minta maaf duluan.”Aku memukul dadanya pelan. “Mas, itu namanya licik.”“Lho, bukankah lebih baik minta maaf dulu, daripada menyesal nanti?” ujarnya enteng, lalu mencuri satu kecupan lagi di ujung bahuku.Aku menjerit pelan. “Mas!”Alvaro tertawa geli, lalu berkata dengan nada penuh pembelaan, “Mana aku tahu kalau mencium istri sendiri bisa dikategorikan sebagai ‘pelanggaran berat’.”“

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Maaf Untuk Apa?

    "Mas—kok belum tidur?" tanyaku sambil berdiri di ambang pintu balkon, dengan segelas air putih di tangan.Alvaro menoleh, terlihat agak terkejut. Ponsel masih tergenggam di tangannya, meski layarnya sudah mati. Raut wajahnya tegang, tapi langsung melunak begitu melihatku.“Belum ngantuk,” jawabnya, berusaha terdengar santai. “Kamu ngapain bangun?”“Aku haus,” kataku sambil mendekat. “Tapi sepertinya kamu baru saja menelpon seseorang. Ada masalah?”Bukannya menjawab, Alvaro malah melambaikan tangan pelan, menyuruhku mendekat. Tanpa pikir panjang, aku melangkah mendekatinya, dan begitu cukup dekat, dia langsung menarikku ke dalam pelukannya.“Yang nelpon barusan El,” jawabnya, dagunya bertumpu di atas kepalaku.“El?” tanyaku sambil sedikit mendongak, mencoba menatap wajahnya. “Kenapa malam-malam gini?”“Katanya dia juga nggak bisa tidur. Jadi ya, ujung-ujungnya ngajak bahas kerjaan,” balasnya.Aku mengangkat alis. “Serius? Solusi insomnia di keluarga Juhar itu ngobrolin kerjaan?”Dia te

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Inspeksi Mendadak

    Keesokan harinya, suasana rumah sakit terasa berbeda. Ada ketegangan samar yang sulit kujelaskan. Senyum para perawat yang biasanya ramah kini tampak kaku, dan beberapa staf medis terlihat terburu-buru saat bertemu denganku—seolah sengaja menghindariku.Saat makan siang bersama Mira di kantin, aku akhirnya tak bisa menahan diri untuk bertanya.“Kok orang-orang di rumah sakit kelihatan aneh, ya?” bisikku sambil menyeruput jus semangka. “Apa cuma perasaanku saja?”Mira mengangkat alis, lalu menoleh ke sekeliling. Setelah memastikan tak ada yang terlalu dekat, dia membalas dengan suara pelan.“Bukan cuma kamu yang ngerasa. Aku juga,” ucapnya sambil meletakkan sumpit. “Tapi keanehan ini bukan dimulai dari pagi. Semuanya mulai terasa ganjil sejak aku jemput kamu di ruang praktek tadi.”“Apa ini ada kaitannya sama kabar pertunanganku dengan Alvaro?” tanyaku pelan, nyaris berbisik.Mira menatapku sejenak, lalu mengangguk. “Mungkin iya,” jawabnya akhirnya. “Soalnya aku denger-denger, sekarang

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Sekelumit Cerita Alvaro 2

    Sesampainya di apartemen, aku langsung menggendong Rey ke kamarnya. Pelan-pelan aku membaringkannya di ranjang, menarik selimut sampai ke dagunya. Dia hanya bergumam sebentar dan membalikkan badan, lalu kembali tidur. Aku duduk sebentar di tepi ranjang, memandangi wajah kecilnya yang tenang, sebelum akhirnya berdiri dan keluar, menutup pintu dengan pelan.Aku berjalan menuju balkon. Alvaro ada di sana, berdiri membelakangi pintu, bersandar di pagar balkon. Tangannya memegang rokok yang belum dinyalakan. Dia menoleh saat mendengar suara pintu. “Rey udah tidur?”Aku mengangguk. “Hmmm.”Dia kembali menatap ke arah jalanan kota. Lampu-lampu dan kendaraan yang lalu-lalang memantul di matanya. Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya dia bicara, menjawab pertanyaan yang tadi sempat menggantung.“Nggak pernah,” ucapnya pelan. “Aku nggak pernah bilang hal kayak gitu ke siapa pun. Nggak ada juga yang pernah nanya. Mereka datang, lalu pergi, dan aku nggak pernah coba untuk menahan siapa pun.”A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status