Share

5. Demonstran

Author: Manorra Lee
last update Last Updated: 2025-04-09 11:29:13

Ponsel di atas nakas tidak berhenti berdering, sedangkan si pemilik masih tertelungkup di ranjang dengan kepala sengaja ditutup menggunakan bantal. Ia menggeram keras, lalu bangkit dan membuang bantal itu ke sembarang arah.

“Siapa yang memasang alarm pagi-pagi buta!” teriaknya, menatap nyalang ponsel yang nyaris jatuh karena getar. Ia beringsut mendekati nakas, meraih ponsel itu dengan kasar, melihatnya sebentar lalu menggeser tombol hijau pada layar.

“Apa!” Ia berteriak di layar ponselnya.

“Kau sudah gila, Joana?”

“Apa yang kau lakukan!”

“Kegilaan apa lagi kali ini!”

Balas orang di seberang, juga dengan berteriak lebih kencang. Pandangan Joana mengarah pada layar ponselnya, melihat nama yang tertera di sana, lalu pandangannya beralih ke sekeliling kamarnya. “Memangnya salah tidur di rumahku sendiri? Aku tidak sedang tidur bersama pria!”

“Pria? Pria apa yang kau maksud, My Ruby! Jangan menghayal tidur dengan Mr. Hans. Lihat artikel yang kukirim tadi. Aku yakin ini ulahmu!”

Joana menekan tombol loudspeaker pada ponselnya, lalu mengutak-atiknya. Beberapa saat setelah membaca pesan Bams, ia membekap mulut dengan mata melotot lebar.

“Sudah kubilang berulang kali, jangan pernah bermain-main dengan Mr. Hans, Ruby. Kenapa kau tidak pernah mendengarku!”  Suara Bams terdengar frustasi. Ia benar-benar menyerah dengan kelakuan Joana. Wanita itu benar-benar tidak bisa diatur.

Sementara Bams mengoceh panjang lebar, Joana justru semakin dibuat ternganga dengan isi artikel dan foto-foto yang terlampir di sana.

“Ba-bagaimana bisa? Alexander Hans!” teriaknya sambil membanting ponsel ke kasur.

Ia turun dari ranjang dan berjalan mondar mandir dengan tangan bertengger di dagu, pandangannya terpusat pada ponsel itu. Sesekali ia berdecak mendengar ocehan Bams yang masih terdengar di sana. Karena tidak tahan, ia berinisiatif mengambil bantal yang tergeletak di lantai untuk membungkam ponsel itu.

“Sial!” Joana mengumpat keras. “Menikah?”

Joana tidak mengira Alex akan bertindak secepat ini.

Foto di dalam artikel tadi memperlihatkan dirinya memakai gaun pernikahan berwarna putih, tampak sangat cantik seperti biasanya, dan bagaimana bisa bibirnya begitu menempel dengan sempurna di bibir Alexander Hans. Di dalam foto itu mereka terlihat sangat bahagia memamerkan cincin pernikahan.

“Kapan kita melakukannya, sialan!” teriaknya frustasi, mengacak-acak rambutnya yang sudah kusut.

Ya, artikel itu berisi tentang berita pernikahan Joana bersama Alex disertai bukti foto-foto pernikahan. Wajahnya tampak jelas di foto itu, sementara wajah Alex sengaja diblur.

Dengan amarah menumpuk di ubun-ubun ia mengambil kembali ponselnya, memutus sambungan panggilan Bams yang masih setia mengoceh. Dengan gerakan lincah ia mengutak-atik ponsel itu, sesekali berdecak karena popup notifikasi komentar dari i*******m yang cukup mengganggu. Detik kemudian, ia menempelkan ponselnya di telinga.

Terdengar bunyi, tut … tut … selama beberapa detik sebelum akhirnya Joana berteriak. “Keparat!” Dadanya bergerak naik turun dengan napas memburu. “Aku tidak menyetujui pernikahan itu. Kenapa kau–”

“Ah …. Aku sedang sibuk, ah …. Datang saja ke kantor.”

Tut!

Mulut Joana terbuka lebar seperti akan jatuh ke lantai. Apa itu tadi? Pemilik Hans Entertaiment itu sedang mendesah? Mendesah? Di pagi buta seperti ini dia sudah melakukan itu!

“Benar-benar bajingan!”

Joana tidak mengerti kenapa bosnya itu bisa digosipkan sebagai penyuka sesama jenis. Padahal dia sangat … brengsek. Pikiran Joana berkelana, apa mungkin pria itu sedang bersama Zoya?

***

Sedikit menurunkan kacamata hitamnya, Joana mengintip melalui jendela mobil suasana gedung tiga puluh lantai bertuliskan HANS yang terpampang sangat besar di dinding gedung bagian depan. Gedung itu memang selalu ramai karena banyak penggemar yang menunggu idolanya, tetapi hari ini dua kali lipat lebih ramai dari biasanya.

“Apa mereka demonstran?” Ia menggumam, seraya mengarahkan kamera ponselnya pada kerumunan di sana. Ia bisa melihat dengan jelas beberapa orang di sana membawa spanduk sambil berteriak.

“Keluarkan Joana Ruby!”

“Pecat Joana Ruby!”

“Enyahkan Joana Ruby!”

“Keluarkan Joana Ruby!”

“Keluarkan Joana Ruby!”

Tubuh Joana mendadak lemas, kepalanya terkulai di jendela mobil. “Apa yang harus aku lakukan,” gumamnya tanpa tenaga.

Selama ini, ketika ia membuat skandal dengan kesadaran penuh, posisinya tidak sedang berada di negara ini. Melainkan, menikmati kegaduhan itu dengan berlibur ke tempat yang menenangkan, jauh dari paparazi dan penggemar fanatik yang mungkin saja bisa melukainya. Di tempat persembunyiannya, Joana akan tertawa terbahak-bahak sambil memikirkan kehancuran Hans Entertainment.

Namun, kali ini ia benar-benar terjebak, seperti Alexander Hans akan benar-benar menghancurkan karirnya.

Joana sedikit mengangkat kepala, membenarkan kacamata yang sempat ia turunkan sambil melirik demonstran yang masih saja berteriak di depan gedung. “Apa tenggorokannya tidak sakit,” gumamnya, kesal.

“Apa boleh buat. Mereka tidak akan mengenalku dengan penampilan seperti ini.” Ia mencoba menguatkan dirinya sendiri. Mengambil napas dalam, lalu mengembuskan perlahan, beberapa kali.

Setelah merasa lebih tenang, ia mengambil topi yang  diletakkan di kursi sampingnya, lalu keluar. Menarik napas panjang untuk ke sekian kalinya, Joana menegakkan dagu menatap kerumunan itu seolah sedang berada di atas catwalk. Ia model papan atas yang memiliki jam terbang tinggi, kerumunan seperti ini seharusnya tidak begitu menegangkan, kan?

“Dasar tikus!” umpatnya pada kerumunan itu.

Kakinya melangkah lurus menuju pintu utama gedung Hans Entertainment, membelah kerumunan, berdesakan, sesekali meringis karena tersikut dan terinjak.

“Aduh! Perhatikan matamu, kau menginjak kakiku sialan!” teriak orang di samping Joana.

Joana melotot di balik kacamata hitamnya. “Dasar tikus!” Kata hatinya bersuara.

“Itu Mr. Hans!” teriak sebuah suara, membuat kerumunan semakin riuh, dan Joana tidak bisa bernapas karena terdesak.

Di tengah kerumunan, Joana bisa mendengar bunyi klakson yang ditekan beruntun, membuat kerumunan menyingkir untuk memberi jalan. Saat itu juga mobil berwarna hitam berjalan tepat di depan Joana, berhenti di depan gerbang, lalu melesat begitu saja setelah gerbang terbuka. Joana hanya diam melihat mobil itu meninggalkannya begitu saja. Di dalam kepalanya, ia seperti melihat Alex sedang menatapnya dengan senyum mengejek .

Belum sempat bergerak, kerumunan sudah kembali seperti semula, membuat Joana kembali terdesak. “Menyingkir! Aku harus ke sana, tolong menyingkir!” ucap Joana dengan nada sedikit lebih keras. Ia mendorong dan menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya hingga–

Bruk!

Ia tersandung kaki orang lain dan tersungkur. Tubuhnya membentur pagar. Wanita itu mengaduh, mengusap keningnya yang terasa perih. “Sakit sekali.”

Masih memegangi dahinya, ia mendongak ketika menyadari suara yang semula riuh mendadak senyap. Semua mata tertuju padanya. “Ap-apa?” tanyanya gagap.

“Joana? Itu Joana!” seru sebuah suara. Pandangan Joana beralih pada orang yang sedang menunjuknya dengan raut kegirangan. Detik berikutnya, orang itu justru tertawa terbahak sambil bertepuk tangan. Tentu saja Joana tidak mengerti kenapa wanita itu tertawa.

"Ah, tidak, tidak. Aku bukan—" Mata Joana berlarian dengan bibir nyaris bergetar, gugup. “Ap-apa yang kau maksud, aku bukan Joana.” ulangnya disertai tawa yang dibuat-buat, dan tawa itu seketika berhenti saat pandangannya memenukan topi dan kacamatanya tergeletak di tanah.

Joana mendongak, pandangannya menyapu para demonstran yang sudah mengelilinginya. Napasnya mendadak berat, ia tidak bisa bernapas dengan baik. “T-tunggu dulu. Jangan marah–”

“Jalang ini! Bunuh saja dia!”

“Apa? Tu-tunggu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Pernikahan Boss Gila   10. Mara Leah

    Joana tidak bisa menahan mulutnya yang berkali-kali terbuka lebar karena menguap. Ia muak, telinganya berdenging, bosan mendengar ocehan Bibi Oda tentang Alex yang tidak ada hentinya. Tidak ada informasi yang benar-benar penting, tetapi ia harus pura-pura memasang telinga dengan baik.Menyebalkan!Mereka masih berada di taman belakang, Bibi Oda duduk di kursi santai, Joana masih setia dengan kursi rodanya, sedangkan Alex entah pergi ke mana. Sebelum pergi, ia menyuruh dua perempuan berbeda usia itu untuk mengobrol hal penting yang perlu Joana ketahui. Dengan harapan istri barunya itu tidak akan merepotkan ke depannya.“Dia tidak bisa makan makanan laut, tapi suka salad tuna salmon.”Joana hanya mengangguk.“Pengelolaan emosinya sangat buruk dan dia sangat menyebalkan. Jadi, jangan sekali-kali membuatnya marah. Kita tidak tahu apa yang bisa dia lakukan, kelakuannya sering di luar nalar.”“Ya, ya, aku tahu itu. Dia memang sangat menyebalkan, suka marah-marah dan brengsek!” Sangat breng

  • Kontrak Pernikahan Boss Gila   9. Alice Kayona

    Perban masih melingkar di kepala Joana, begitu pula dengan korset khusus yang terpasang di pinggangnya. Dokter memasang benda itu sebelum ia benar-benar diperbolehkan untuk pulang. Walau kesulitan bernapas, korset itu membantunya bergerak tanpa harus menekuk tubuh dengan berlebihan. Wanita dengan setelan baju tidur panjang itu meringkuk di dalam mobil, memeluk lutut memunggungi Alex yang sedang menyetir. Ia tidak tahu ke mana pria itu akan membawanya, tidak mau bertanya, dan tidak mau berbicara. “Sebelum kita ke rumahku, aku akan mengenalkanmu pada Bibi Oda. Dia akan membantumu banyak hal.” Mendengar nama itu, Joana membuka mata. “Dia siapa?” tanyanya tanpa mengubah posisi. Alex tidak langsung menjawab. Cukup lama Joana menunggu pria itu membuka mulut, hingga akhirnya embusan napas panjang terdengar dan ia menjawab, “Pengasuhku.” Singkat, padat, dan cukup membuat Joana kesal. Untuk apa ia harus berkenalan dengan seorang pengasuh? Alex tidak berniat menjadikannya pelayan,

  • Kontrak Pernikahan Boss Gila   8. Berlenggok di Atas Ranjang

    Berawal dari kalimat "kita menikah besok", di sinilah Joana sekarang. Sebenarnya masih tergeletak di ranjang rumah sakit, tetapi dikelilingi orang-orang yang sangat ia kenal. Kata Alex, "Mereka akan menjadi saksi pernikahan kita."Joana masih membeku di tempatnya ketika kakak angkatnya—Brian—mengantarkan seorang pendeta keluar dari ruang inap. Di sampingnya, Alex tidak berhenti tersenyum jumawa ketika semua orang—sebenarnya hanya ada Brian, Zoya dan Bams—mengucapkan selamat atas janji pernikahan yang baru saja digelar.Pernikahan yang sangat sederhana. Hanya ada wali, tanpa orang tua Joana dan tanpa orang tua Alex. Acara hanya mengucapkan janji suci, menyematkan cincin, memberi selamat dan selesai. Tidak ada acara makan-makan atau apa pun itu, tetapi kalau mau, para tamu bisa makan buah-buahan yang mereka bawa sendiri karena Joana tidak terlalu menyukainya."My Ruby, aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja, tapi setidaknya tersenyumlah untuk satu hari saja." Bams berbisik di telinga

  • Kontrak Pernikahan Boss Gila   7. Menikah!

    "Aku tidak mau makan!" Joana memalingkan wajahnya. "Kau akan tetap berada di tempat ini kalau tidak makan!" "Biarkan saja! Aku sangat menyukai ketenangan tempat ini." Joana tersenyum lebar, lalu seketika berubah sinis. "Enyahlah dari ruanganku, muak sekali melihat wajahmu!" Alex menurunkan sendok yang menggantung di udara, lalu meletakan piring yang ia pegang ke nakas dengan sedikit membantingnya. "Ya sudah. Membusuk lah di tempat ini!" balasnya sengit. Ia sudah meluangkan banyak waktu berharganya untuk menemani wanita ini, sudah tiga hari sejak pertama kali dirawat. "Ya sudah, pergi saja sana!" Joana melirik Alex, tetapi pria itu masih bergeming di tempatnya. "Kenapa masih di sini? Aku muak sekali melihat wajahmu dan tingkah lakumu. Bisa-bisanya membuat asistenmu yang menjijikkan itu mengangkang di depan mataku. Di depanku yang sedang sekarat! Kalian tidak punya otak!" Astaga. Memikirkan perbuatan menjijikan itu membuat kepala Joana kembali berdenyut sakit. "Aku akan menelpon or

  • Kontrak Pernikahan Boss Gila   6. Dua Manusia Terkutuk

    Suasana ruangan Alex berubah mencekam. Pria itu bersandar di depan meja kerjanya dengan tangan terlipat di depan dada, ia sedang melihat Zoya yang kewalahan menenangkan singa betina yang sepertinya tidak sedang baik-baik saja. Sejak anak buahnya menyelamatkan singa betina itu dari amukan masa, singa betina itu tidak berhenti berteriak dan mengomel ini itu, seolah mulutnya diciptakan hanya untuk berteriak, alih-alih mendesah.Ah, sialan! Alex jadi membayangkan yang tidak-tidak."Jangan ditekan! Kau ingin membunuhku!" Joana berteriak."Maaf, aku harus merekatkannya di kulitmu." Dengan telaten Zoya menempelkan kain kasa yang sudah diberi obat ke dahi Joana setelah sebelumnya mengobati luka di lutut dan wajah wanita itu."Sudah kubilang jangan ditekan, bisa dengar tidak!" Joana meradang."Maaf.""Maaf, maaf! Kau pikir maafmu bisa menyembuhkan luka ini, sialan!"Sejujurnya, luka yang ia terima tidak begitu sakit jika dibandingkan dengan penghinaan dan rasa malu yang ia terima. Bagaimana bis

  • Kontrak Pernikahan Boss Gila   5. Demonstran

    Ponsel di atas nakas tidak berhenti berdering, sedangkan si pemilik masih tertelungkup di ranjang dengan kepala sengaja ditutup menggunakan bantal. Ia menggeram keras, lalu bangkit dan membuang bantal itu ke sembarang arah.“Siapa yang memasang alarm pagi-pagi buta!” teriaknya, menatap nyalang ponsel yang nyaris jatuh karena getar. Ia beringsut mendekati nakas, meraih ponsel itu dengan kasar, melihatnya sebentar lalu menggeser tombol hijau pada layar.“Apa!” Ia berteriak di layar ponselnya.“Kau sudah gila, Joana?”“Apa yang kau lakukan!”“Kegilaan apa lagi kali ini!”Balas orang di seberang, juga dengan berteriak lebih kencang. Pandangan Joana mengarah pada layar ponselnya, melihat nama yang tertera di sana, lalu pandangannya beralih ke sekeliling kamarnya. “Memangnya salah tidur di rumahku sendiri? Aku tidak sedang tidur bersama pria!”“Pria? Pria apa yang kau maksud, My Ruby! Jangan menghayal tidur dengan Mr. Hans. Lihat artikel yang kukirim tadi. Aku yakin ini ulahmu!”Joana menek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status