Share

04 | Makan malam with the Wijaya's

Seusai dari butik Serena langsung dibawa makan malam di sebuah restoran mewah untuk menemui keluarga Javier, laki-laki itu sudah berjanji akan mengenalkan pacarnya pada seluruh anggota keluarganya malam ini. Dia memang sudah mengira Serena akan menerima tawaran pekerjaan darinya.

"Di mana restorannya?" Serena turun dari mobil sport Javier yang berhenti di depan sebuah gedung mewah. Kebingungan.

Javier terkekeh sambil menggeleng, "Parkir." Javier melempar kunci mobilnya pada petugas valet yang berdiri di depan mereka dengan seragam lengkap. Javier memasukan tangannya di saku, berjalan masuk ke dalam gedung itu sedangkan Serena hanya mengekor di belakang.

Pintu dibukakan perlahan untuk Serena dan Javier, satu orang wanita mengarahkan mereka masuk ke dalam lift dan Javier menekan tombol paling atas.

"Bilang sama mereka kamu temannya Lika, kenal sama saya dari 6 bulan yang lalu. Selanjutnya terserah." Ucap Javier datar saat di dalam Lift, memberikan arahan Serena harus seperti apa.

"Jadi, semuanya terserah aku?" Serena melirik Javier.

Javier menjawab dengan anggukan.

"Kalau mereka gak suka sama aku?" Serena berpindah posisi di depan Javier.

"Bagus." Javier tersenyum. "Biar kamu gak usah lama-lama kerjanya, mana ada orang betah sama saya." Katanya datar.

Serena terdiam sejenak, tidak ada nada sombong dan arogan dari perkataan Javier.

Laki-laki itu menggenggam tangan Serena ketika mereka sudah sampai lantai yang dituju.

"Kamu bilang gak bakal nyentuh aku." Serena menarik tangannya dari tangan Javier.

"Kalau kita lagi berdua atau sama Lika. Tapi, kalau lagi ketemu orang lain terserah saya." Javier kembali menarik tangan Serena, menggenggamnya erat agar wanita itu tidak bisa melepaskannya lagi seperti tadi.

Sebuah rooftop dengan pemandangan gedung-gedung tinggi pencakar langit adalah pilihan keluarga Wijaya hari ini.

"Uncle Vier!" Seorang anak kecil berlari memeluk kaki Javier sambil tersenyum.

Javier membalasnya dengan mengendong anak itu. "How are you, Jaden?" Tanya Javier sambil mencium pipi anak yang diketahui bernama Jaden tersebut.

"Jaden sini sama daddy, kayaknya uncle Vier punya tamu yang mau dikenalin ke kita." Aidan mengambil Justin dari gendongan Javier dan tersenyum pada Serena yang diam saja di belakang.

"Sini Ren," Javier menyuruh Serena duduk di kursi kosong bersebelahan dengan Javier. "Jadi ini Serena, pacar Vier." kata Javier datar tanpa ekspresi sambil membuka kancing jasnya.

"Selamat datang di keluarga Wijaya Serena, tante Mira mamanya Javier, ini om Devandra papanya Vier. Itu Aidan sama Yara dan Kai sama Keiza terus yang kecil itu anaknya Aidan, Jaden namanya." Mira tersenyum pada Serena menjelaskan satu persatu semua anggota keluarganya dengan semangat, terlihat jelas wanita paruh baya yang masih cantik itu sangat bangga pada keluarganya. Begitu pula Davendra dan yang lainnya, menyambut hangat kedatangan Serena.

"Now, where's the food?" Javier memanggil waiters dan satu persatu makanan mewah beserta dua pilihan wina di sajikan, di hadapan mereka.

Serena adalah orang yang mudah akrab, makanya itu dia bisa langsung mengobrol banyak dengan Yara dan Keiza, Sedang Javier terlihat lebih pendiam dan tidak memperdulikan apapun, dia hanya terus makan sambil meneguk red wine miliknya. Bahkan berbicara pada keluarganya saja tidak, apalagi pada Serena. Keduanya sangat terlihat seperti orang asing.

"Aidan senang Vier bisa move on dari Thalita." ucap Aidan sambil tersenyum pada Javier.

"Aku gak move on dan gak akan pernah mau move on." ucap Javier datar, dia tetap jujur tentang perasaannya pada Thalita.

Seketika suasana langsung senyap, keluarga Davendra tak menyangka laki-laki itu bisa berkata seperti itu di depan Serena yang saat ini mereka tahu berstatus sebagai pacar Javier.

"Vier," Panggil Aidan tegas, dia mengelap mulutnya dengan tisu. "Kakak gak mau dengar lagi kamu ngomong gitu, apalagi di depan Serena. Thalita bukan orang yang tepat buat kamu dan sekarang kamu harusnya bisa menjalani hidup baru sama Serena. Pilihan kamu sendiri." Aidan menatap adiknya kesal, jika ia sudah berbicara dengan title 'kakak' tentu saja pembicaraannya sangat amat serius.

"Udahlah, tentuin aja tanggal pernikahannya. Javier sama Serena bakal lakuin itu," Javier berdiri, ia mengancing jasnya dan menarik lengan Serena "Ayo Ren."

"Hah?," Serena melihat kearah Javier. "Kemana?"

"Pulang." Javier menarik tangan Serena dan keluar dari tempat itu, Serena sempat pamit pada mama dan papa Javier. Dia tidak ingin hanya pergi seenaknya seperti Javier.

Di lift Serena bisa merasakan kekesalan dari sorot mata Javier, dia diam saja. Bahkan tidak memainkan ponselnya seperti biasa.

"Kamu iri sama Aidan?" Tanya Serena, dia melipat tangannya di dada.

"Maksudnya?" Javier mengangkat alisnya.

"Keliatan dari muka kamu." Serena menunjuk wajah Javier berubah tegang sedari keluar restoran, rahangnya mengeras menahan amarah.

"Dia sempurna, punya karir bagus, istri sama anak yang sayang sama dia, semua karyawannya suka sama dia. Saya selalu pengen jadi dia." ucap Javier datar, walaupun intonasi suaranya agak ragu mengungkapkan itu pada Serena.

"Iyalah orang lebih suka sama dia, orang kamu sendiri kayak monster." Serena keluar dari lift dan berjalan lebih dahulu.

Mobil Javier sudah siap di depan, Serena malah melewatinya.

"Hei!" Javier menarik tangan Serena.

"Aku pulang sendiri aja." Serena melepaskan tangan Javier.

"Kamu gak bisa pulang sendiri." Javier menarik kembali tangan Serena.

"Kenapa?" Serena mengeraskan tubuhnya agar Javier susah menariknya.

"Karena saya bilang gitu." Javier berjalan mendekat dan menggendong tubuh Serena ke mobil.

"Javier lepasin!" Serena memukul-mukul Javier pelan.

"Ssst!" Javier membuka pintu mobil dan menurunkan Serena di dalamnya lalu ia memasangkan seatbelt untuk Serena.

Serena terdiam saat Javier menarik seatbelt, wajah laki-laki sangat dekat dengan dirinya. Bahkan hembusan nafas Javier terdengar.

"Aku bisa sendiri!" Serena mendorong tubuh Javier.

"Aduh!" Javier memegang kepalanya yang terantuk atap mobil. "Kamu tuh ya, kebanyakan protes." Javier menutup pintu mobil dan berjalan memutari mobil masuk ke samping Serena.

"Rumah kamu dimana?" Tanya Javier saat di jalan mengantar Serena

"Jalan aja ntar aku kasih tahu," ucap Serena pelan, ia bersandar dan melihat kearah luar jendela. Tak pernah terpikirkan oleh Serena ia akan menyerahkan kehidupannya pada lelaki dengan wajah dan tubuh yang sempurna tetapi punya sikap sebaliknya.

"Stop!" Ucap Serena di persimpangan jalan rumahnya.

"Mana rumahnya?," Javier membuka kaca mobil. "Ini jalan semua." Ungkapnya melihat sekitar.

"Rumah gue gak jauh dari sini, kalau kamu antar ke rumah adik aku bisa banyak nanya." Serena keluar dari mobil Javier dan pulang berjalan kaki.

Javier tak pergi sampai punggung Serena benar-benar tak terlihat lagi di matanya memastikan wanita itu dia pergi dengan aman.

Ketika hendak pergi lelaki itu mencium aroma parfumnya yang sudah bercampur dengan milik Serena karena menggendong wanita itu. "Gak jelas banget tuh orang." ucap Javier sambil tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status