Share

Bantuan Pria Asing

Mata Sanna membelalak kaget melihat seorang pria berjalan masuk, diikuti oleh pria lain yang terlihat seperti asistennya. Dalam sekali lihat, Sanna bisa langsung mengenali wajah tampan itu. 

“Kau … kau pria di bar itu!” sergah Sanna. Tenggorokannya tercekat. 

Sekujur tubuhnya seakan bereaksi begitu melihat dia. Teringat akan malam panas mereka bersama. Sanna yakin ia tak meninggalkan informasi apa pun, bagaimana mungkin dia berhasil menemukan dirinya?  

“Dia adalah Logan Asher Maverick.” Linda menjelaskan. “Dia membayar seorang mayat sebagai ganti donor yang dibutuhkan.” 

Mendengar itu, otak Sanna seakan membeku dan tak bisa mencerna seluruh situasi ini. Alisnya mengernyit bingung dan ia menatap ke arah pria bernama Logan itu dengan sorot tidak mengerti. 

“Mengapa … mengapa kau melakukan ini padaku?” tanya gadis itu. 

Bukannya menjawab, Logan justru memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku dan memberikan gestur kepada sang asisten. 

Tanpa dikomandoi lebih lanjut, pria itu melangkah mendekati Sanna dan menyodorkan beberapa carik kertas ke arahnya. Sanna masih terlihat bingung, tetapi ia menerima kertas itu dan berusaha mencari jawaban. 

Hal pertama yang ia baca adalah ‘KONTRAK PERNIKAHAN’ yang ditulis di kepala dokumen. Semakin Sanna membacanya, semakin pelipis wanita itu mengernyit heran. 

“Ini ….” 

“Tuan Logan telah memilih Anda, Nona,” ucap Benny, “Anda akan menjalani pernikahan kontrak dengan Tuan Logan selama dua tahun,” lanjut pria itu dengan nada tenang khas seorang konsultan. 

Sanna mendengarnya dengan jelas dan ia bisa memahami setiap huruf yang tercetak di sana. Hanya, ia tidak mengerti. 

“... apa maksudnya?” Wanita itu bertanya lagi. 

Benny membuka bibir untuk menjelaskan, tetapi Logan lebih cepat menyela. 

“Kamu akan menjadi istriku selama satu tahun dan menjalani pernikahan kontrak itu denganku. Apa sulitnya memahami ini semua?” tukas Logan dengan tidak sabar. 

Benny hanya tersenyum sungkan melihatnya. Beberapa hari belakangan, Logan memang benar-benar dipusingkan oleh desakan sang ibu untuk menikah hingga kesabarannya menjadi setipis tisu. 

“Apakah Anda menyelamatkanku hanya untuk hal ini?” Sanna kembali bertanya dengan penasaran. 

Logan mengangguk satu kali. 

Jangankan Sanna, Logan sendiri pun tidak menyangka ia benar-benar melakukan ini. 

Selama ini, Logan selalu memutus kontak dengan wanita yang telah berhubungan dengannya. Namun, entah mengapa, ia tak bisa melupakan Sanna. Hingga saat sang ibu terus mendesaknya untuk menikah, Logan memiliki ide untuk menyelamatkan wanita itu dan menjadikan Sanna sebagai istrinya. 

Sepanjang tiga puluh tahun hidupnya, Logan tak pernah memikirkan pernikahan. Ia sudah menjalani banyak penjelajahan cinta, tetapi tak satu pun yang menariknya pada jenjang pernikahan. Bagi Logan, kebebasan adalah nomor satu dan terikat dengan akad suci seperti pernikahan membuatnya terbelenggu. Akan tetapi, ibunya tak akan berhenti mendesak dan mengganggu Logan. Ia membutuhkan seorang wanita yang mau menempati kursi singgasana sebagai istrinya tanpa mencampuri urusannya. 

“Kamu tidak perlu tahu situasinya,” ucap Logan, “Aku telah menyelamatkanmu dari kematian. Sebagai gantinya, kamu harus menandatangani surat perjanjian itu dan menikah denganku,” tuturnya tanpa basa-basi. Ia memberi isyarat kepada Benny dan pria itu menyodorkan bolpoin ke arah Sanna. 

Detik demi detik, Sanna tidak bereaksi hingga wanita itu menggelengkan kepala. 

“Maaf, tapi aku tidak bisa melakukannya, Tuan,” jawab wanita itu, kembali menyodorkan dokumen dan bolpoin ke arah Benny. 

Alis Logan seketika menukik tajam. 

Penolakan itu seperti pukulan yang memukul telak dadanya. Bahkan Benny dan Linda yang sejak tadi terdiam ikut terkejut oleh jawaban Sanna. 

“Apa katamu?” tukas pria itu. 

Sanna menatap ke arah Logan. Entah mengapa, iris hitam wanita itu terlihat terluka dan senyum pahit terbit di wajahnya. 

“Pernikahan adalah hal yang sakral, Tuan. Anda tidak bisa melakukannya jika bukan dengan wanita yang Anda cintai. Jika tidak, pernikahan itu akan terasa seperti neraka,” gumam Sanna, “Anda … Anda tidak akan bahagia.” 

Pikirannya mulai berkelana pada dua tahun kehidupannya bersama Evan. Pria itu tak pernah menyimpan perasaan pada Sanna. Selama itu, ia diperlakukan seperti wanita tidak berharga. Tak ada rasa cinta, bahkan tatapan Evan kepadanya selalu terlihat dingin. Sanna seperti disiksa setiap hari. Kini, setelah ia berhasil melepaskan diri dari pria itu, Logan menawarinya untuk menjalani pernikahan ‘dingin’ lainnya. 

Sanna tidak akan sanggup. 

Ia tak ingin mengulangi hari-hari terberatnya. 

Jika Sanna memiliki kesempatan untuk membangun rumah tangga, ia akan melakukannya dengan pria sederhana yang mencintainya dengan tulus, bukan menjual hidup dan dirinya seperti ini. 

Jelas, Logan tak akan menerima jawaban bodoh seperti itu. 

“Tidak perlu bahagia,” ucap Logan, “Yang aku butuhkan hanya sebuah pernikahan dan seorang istri, bukan kebahagiaan,” sergah Logan. Memandang ke arah Sanna dengan sorot merendahkan. 

Pikirnya, Sanna adalah wanita cerdas yang mampu membaca keadaan. Tak disangka, rupanya Sanna masih menaruh harapan pada kehidupan seperti itu. 

Mendengarnya, senyum Sanna terlihat semakin pahit. Entah mengapa, berhadapan dengan Logan semakin mengingatkan Sanna akan Evan. 

Gadis itu kembali menggelengkan kepala. 

“Maaf, Tuan, aku tidak bisa melakukannya,” jawab Sanna, “Anda harus mencari orang lain untuk melakukannya.” 

Tangannya mengepal erat dengan kesal. Rahangnya mengeras seperti batu. 

“Aku sudah menyelamatkan hidupmu dan kau menolaknya begitu saja? Apakah kau tahu berapa banyak uang yang aku keluarkan?” sergah Logan. 

Tangan Logan terkepal semakin erat. Ini kali pertama seorang wanita menolaknya begitu saja. 

Sanna tampak gugup melihat amarah mulai bangkit pada perangai pria itu.

“Aku … aku akan menggantinya,” tutur wanita itu, “Aku akan mengganti biaya itu, Tuan.” 

“Lima ratus juta,” Logan menyela, “Aku mengeluarkan lima ratus juta untuk menyelamatkan nyawamu. Bagaimana mungkin kamu akan menggantinya?” tantang pria itu. 

Logan tahu, Sanna tidak memiliki siapa pun sekarang. Logan yakin wanita itu tak akan mampu melunasi utang sebanyak itu. Tak ada wanita yang cukup bodoh untuk melakukannya. 

Di luar dugaan, Sanna justru mengangguk. Benny dan Linda yang menyaksikannya seketika tersentak. 

“Aku akan melunasinya jika Anda memberiku waktu, Tuan,” ucap Sanna, “Sekali lagi, aku benar-benar berterima kasih karena telah membantuku, tapi maaf aku tidak bisa mengabulkan permintaan Anda,” tutur wanita itu. 

Sanna tahu ia terlihat bodoh. Ia hanya sebatang kara sekarang. Mana mungkin ia dapat mengumpulkan uang sebanyak itu? 

Namun, hati Sanna sudah hancur berantakan. Ia bisa membayangkan ia harus menghadapi pernikahan dingin dan mertua yang membencinya. Direndahkan dan dihina. Ia tak akan sanggup melakukannya. Lebih baik Sanna membanting tulang bertahun-tahun daripada melakukannya. 

Logan mendengkus dan menyeringai ganas. Tak percaya jika Sanna benar-benar menolaknya setelah semua usaha yang Logan lakukan. 

“Gadis bodoh,” tukas pria itu, “Aku pastikan kau akan menyesali keputusanmu,” kecam Logan, kemudian melenggang pergi dengan langkah geram. 

***

***

Sanna tak pernah membayangkan ia akan diberikan kesempatan untuk hidup lebih lama. Pikirnya, ia akan berakhir di tangan keluarga kejam Evan. 

Setelah Logan pergi, dokter Linda menjelaskan bahwa keluarga Evan tidak mengetahui tentang hal ini. Mereka beranggapan Sanna benar-benar telah kehilangan nyawa di ruang operasi karena mengorbankan jantung, mata, dan ginjalnya. 

Mendengar itu, Sanna justru merasa beruntung. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sanna ingin memulai hidupnya yang baru. Sekalipun itu berarti ia harus bekerja keras siang dan malam, Sanna lebih senang melakukannya daripada menjadi bahan penghinaan oleh orang lain. 

Oleh sebab itu, setelah pamit kepada dokter Linda, Sanna pergi ke gerai atm terdekat untuk menarik semua tabungannya. 

Tidak banyak. Hanya ada satu juta rupiah. Selama ini, orang-orang iri dan memandang Sanna sebagai Cinderella karena berhasil menikahi pria kaya seperti Evan. Padahal, Evan tak pernah memberinya uang sepeser pun. Sanna harus bersusah payah mengerjakan ini dan itu untuk mengumpulkan tabungan sebanyak ini. 

Kini, uang itu telah berada di tangannya dan Sanna tersenyum hangat. Ia akan menggunakannya untuk membangun hidup baru yang jauh lebih baik. 

Sementara itu, di sisi lain, Bethany tampak mendatangi sebuah bank. Di tangannya, terdapat mop cokelat berisi dokumen dan ia langsung mendatangi salah satu bagian pelayanan. 

“Kakak saya sudah meninggal. Ini adalah surat kematiannya dan saya ingin mengambil sisa tabungannya,” tutur Bethany dengan nada datar. Raut wajahnya tidak terlihat sedih sedikit pun saat menyodorkan surat kematian dan kartu identitas Sanna sang kakak. 

Selama ini, ia tahu kakaknya memiliki tabungan dan Bethany berniat menggunakannya untuk pergi ke salon. Kini, ia akan secara resmi menjadi istri Evan. Ia harus memperbaiki penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. 

Akan tetapi, pihak pelayanan itu menggelengkan kepala. 

“Tabungan Almarhum Drisanna kosong, Nona. Hanya ada sepuluh ribu rupiah di dalamnya.” Dia menjelaskan. 

“Apa!?” sergah Bethany tidak percaya. Wanita itu mendesis kesal. “Dasar kakak yang miskin!” gumamnya dengan penuh kegeraman. 

Ia menatap ke arah luar dengan kesal dan tanpa sengaja melihat siluet yang tak asing. Alisnya mengernyit heran. 

“... kakak?” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status