Home / Romansa / Kontrak Sang Pengantin / Bab 38. Kecurigaan Jennie

Share

Bab 38. Kecurigaan Jennie

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2025-08-08 23:25:06

“Mungkin… mungkin karena aku meriang. Merindukan kasih sayang darimu, Biggie." Gara mencoba menggodanya, berharap Jennie teralihkan.

“Gombalanmu masih sama….” Jennie memicing. “Kenapa kakimu tertekuk begitu?” Jennie menunjuk kaki Gara yang terlipat aneh di bawah selimut.

Gara dan Bara sama-sama terdiam. Keringat dingin mulai mengalir di pelipis Gara. Ia lupa detail kecil itu!

“Uhm… ini… ini karena aku… aku latihan yoga, Biggie!” Gara menjawab spontan. Ide itu muncul begitu saja. “Yoga untuk pemulihan. Kata terapis, ini bagus untuk kelenturan otot.”

Jennie menatap Gara tidak percaya. “Yoga? Sejak kapan kamu tertarik dengan yoga?”

“Sejak… sejak aku tahu kalau yoga bisa membuatku lebih sehat dan… cepat pulih.” Gara berusaha keras agar suaranya terdengar meyakinkan, meski ia tahu itu terdengar konyol.

Jennie menatapnya lekat-lekat, senyumnya menyeringai. “Oh ya? Kalau begitu, coba kamu praktikkan sedikit. Aku mau lihat gerakan apa yang membuat kakimu tertekuk seperti itu.”

Gara langsung p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 43. Butuh Ketenangan

    "Bang, lepasin. Biarkan Kakak ipar sendiri dulu. Dia butuh waktu."Suara Bara memecah keheningan yang mencekam. Tangan Gara yang menggenggam erat lengan Jennie akhirnya melonggar, namun matanya tetap tak berpaling darinya. Ia menatap Anisa, sang mantan yang sekarang menjadi adik iparnya, seolah meminta persetujuan.Anisa menatap Gara, lalu mengangguk, meyakinkan bahwa ia akan menjaga Jennie. Gara akhirnya melepaskan. Jennie segera berlari keluar rumah. Kecewa, marah, sedih, semua bercampur aduk, membuatnya hanya ingin menjauh."Mas, aku temenin Kak Jen ya," pinta Anisa."Tapi, Sayang...." Bara khawatir pada istrinya."Kalau kamu khawatir, cukup kirim pengawal rahasia Mas Gara aja untuk jagain aku dan Kak Jen. Saat ini dia butuh teman."Bara mengangguk setuju. Ia tahu kakak iparnya sedang sedih, dan kehadiran Anisa mungkin bisa membantu menenangkan hati Jennie.Anisa segera mengejar Jennie. "Kak Jen!" panggilnya.Jennie yang berjalan cepat sambil menangis menoleh. "Aku mau sendiri dulu

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 42. Di Balik Kebohongan

    Suasana di ruang tamu yang mewah berubah drastis. Beberapa menit lalu masih hangat, sekarang penuh keterkejutan. Jennie tiba-tiba meminta cerai, dengan suara dingin yang membuat Andin dan Haidar terdiam. Alasannya? Karena Gara, anak mereka, lumpuh. Dan sekarang, Gara kembali membuat mereka terkejut.Kini, Andin dan Haidar mengerti. Ucapan pedas Jennie, yang awalnya mereka kira sebagai puncak kekecewaan seorang istri, ternyata memiliki makna tersembunyi. Menantu mereka yang cerdas itu rupanya sudah mengetahui kebohongan Gara.Jennie sengaja melontarkan kata-kata tajam, berharap kejujuran akan tumbuh dari keterpurukan sang suami. Sebuah taktik yang berani, bahkan sedikit ekstrem, pikir Andin.Pemandangan Gara yang kini bersimpuh di hadapan Jennie, menggenggam erat jemari istrinya yang berusaha menarik diri, terasa begitu intim dan menyakitkan. Andin, dengan hati bergejolak antara marah dan iba, menggandeng tangan Anisa dan Bara."Ayo kita pergi dari sini," bisik Andin, berusaha menjaga

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 41. Minta Cerai

    Anisa tidak menjawab. Ia hanya memeluk kakak iparnya dan mengusap punggungnya, membiarkan Jennie mengeluarkan semua perasaannya.“Kalian kenapa, Kak? Nggak mungkin ‘kan Kakak berbuat seperti itu pada Mas Gara tanpa alasan?” “Dibohongin sama orang yang kita cintai itu sakit banget, Nis. Kesalahpahaman yang lalu juga karena kebohongan dia, tapi kenapa sekarang dia bohongin aku lagi?” ujar Jennie, suaranya parau. “Aku tahu,” jawab Anisa. “Aku pernah berada di posisi Kak Jen, waktu Mas Bara bohongin aku.” Suara Anisa bergetar menahan tangisnya sendiri. “Menangislah, supaya Kakak lebih tenang.”Jennie menangis dalam pelukan Anisa hingga ia kelelahan dan tertidur.Keesokan paginya, Andin dan Haidar mencari kedua anak mereka. “Bara di mana, Nis? Apa dia belum bangun?” tanya Andin saat melihat Anisa sendirian.“Mas Bara di rumah sakit, menemani Mas Gara,” jawab Anisa dengan suara pelan.“Di rumah sakit? Gara kenapa?” Andin langsung cemas. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan kaki Gara.Anisa m

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 40. Masuk Rumah Sakit

    Biggie, aku sudah kenyang,” ucap Gara. Suara Gara terdengar memelas, tak sanggup lagi menahan rasa pedas yang membakar lidah dan perutnya. “Habiskan, Sayang! Bukankah kamu pengen cepat sembuh!” Suara Jennie, istrinya, pelan tapi penuh amarah yang terpendam. Raut wajahnya datar, tapi sorot matanya setajam belati. “Kamu harus banyak makan. Iya ‘kan, Mommy?” Jennie menoleh ke arah ibu mertuanya, Andin, yang duduk di seberang meja.Andin tersenyum lembut pada Jennie, senyum yang berusaha menutupi kecemasan. “Iya, Sayang, istrimu benar,” ucapnya. Ia tahu betul, ada sesuatu yang tidak beres di antara mereka. Jennie tidak mungkin sekejam ini pada suaminya hanya karena kesalahan kecil. Suasana di meja makan terasa tegang, penuh kode-kode yang hanya dipahami oleh mereka yang ada di sana.Haidar, ayah Gara, yang duduk di samping Andin, berbisik, “Sepertinya masalah mereka serius.”“Pasti,” jawab Andin dengan nada prihatin, “enggak mungkin Jennie sekejam itu sama suaminya. Kamu ‘kan tahu sendir

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 39. Bayaran Untuk Kebohongan

    "Sebentar, Nyonya Boss. Saya telepon suami Anda dulu," kata Yas, tangannya sudah meraih ponsel di atas meja. Namun, Jennie dengan cepat menghentikannya."Kalau sampai Gara tahu aku memantau dia dari CCTV, kamu tahu kan akibatnya?" ucap Jennie dengan nada rendah, namun penuh ancaman. Senyum tipisnya membuat Yas merinding."I-iya, Nyonya Bos," jawab Yas, menelan ludah. Ia tahu, ketika Jennie sudah mengambil keputusan, tidak ada yang bisa menghentikannya. Bahkan suaminya sendiri. Yas mengangguk pasrah, mengantarkan Jennie ke ruang pengawas CCTV.Di sana, Jennie meminta rekaman CCTV di ruang kerja suaminya diputar ulang, dimulai sejak kedatangan Gara ke kantor. Saat melihat tayangan itu, jantung Jennie berdebar kencang. Ia melihat Gara yang semula duduk di kursi roda, tiba-tiba berdiri. Berjalan santai, tanpa sedikit pun kesulitan, bahkan sesekali meregangkan otot-ototnya seolah tak pernah mengalami cedera.Kemarahan memuncak di dada Jennie. Suaminya, Gara, sudah membohonginya lagi. Air ma

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 38. Kecurigaan Jennie

    “Mungkin… mungkin karena aku meriang. Merindukan kasih sayang darimu, Biggie." Gara mencoba menggodanya, berharap Jennie teralihkan.“Gombalanmu masih sama….” Jennie memicing. “Kenapa kakimu tertekuk begitu?” Jennie menunjuk kaki Gara yang terlipat aneh di bawah selimut.Gara dan Bara sama-sama terdiam. Keringat dingin mulai mengalir di pelipis Gara. Ia lupa detail kecil itu!“Uhm… ini… ini karena aku… aku latihan yoga, Biggie!” Gara menjawab spontan. Ide itu muncul begitu saja. “Yoga untuk pemulihan. Kata terapis, ini bagus untuk kelenturan otot.”Jennie menatap Gara tidak percaya. “Yoga? Sejak kapan kamu tertarik dengan yoga?”“Sejak… sejak aku tahu kalau yoga bisa membuatku lebih sehat dan… cepat pulih.” Gara berusaha keras agar suaranya terdengar meyakinkan, meski ia tahu itu terdengar konyol.Jennie menatapnya lekat-lekat, senyumnya menyeringai. “Oh ya? Kalau begitu, coba kamu praktikkan sedikit. Aku mau lihat gerakan apa yang membuat kakimu tertekuk seperti itu.”Gara langsung p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status