Bab28
Pagi hari menyambut. Tidur Ganesa begitu nyenyak, hingga tanpa dia sadari, kini jam telah menunjukkan pukul 08 pagi.
"Bagun, cepat mandi," ucap Elia.
"Jam berapa El?""Jam 08. Ayo mandi, lekas kita sarapan."
Ganesa pun mengucek matanya yang masih terasa berat. Dengan rasa kantuk yang masih bergelayut di matanya. Ganesa berjalan menuju kamar mandi dengan tertatih.
Tante Ara mengetuk pintu kamar, Elia pun bergegas membukanya.
Ketika pintu dibuka, Elia begitu terkejut, melihat Tante Ara dan dua bodyguard nya.
"Mana Ganesa?"
"Lagi mandi, Mi."
Tante Ara pun masuk, sedangkan dua bodyguard nya di depan pintu berdiri.
"Baru bangun dia?"
"Iya, Mi. Kasihan, dia nampak depresi, atas kejadian malam tadi."
"Mami mengerti. Oke El, kita bawa dia jalan-jalan dan perawatan hari ini. Kamu juga ikut, biar dia sedikit rilex dan tidak tegang, jika hanya bersama saya," ucap Tante Ara.
"Wah, a
Bab29"Sudah ih. Pokoknya, kamu harus mulai perawatan, sesuai dengan permintaan Mami.""Baiklah," sahut Ganesa dengan lembut. Mata Ganesa kian berbinar, ketika dia mengenakan beberapa pakaian mahal, yang terlihat manis membalut tubuhnya."Cantik," seru Elia. "Kamu hanya perlu mengisi tubuh kurusmu ini sedikit lagi. Aku yakin, kamu akan jadi yang paling cantik di Retro sini.""Retro?""Iya, pusat hiburan malam yang terkenal berskala tinggi. Masa kamu tidak tahu?"Ganesa menggeleng, menandakan, dia memang tidak tahu apa-apa."Yasudah deh, nanti pun kamu akan tahu, lagi pula, kamu sudah ada di sini. Jadi, nikmati saja.""Semoga. Haruskah aku menjadi air? Mengalir saja," ucap Ganesa, memandang lekat wajah Elia."Jangan. Kalau kamu hidup mengikuti air yang mengalir. Maka, kamu akan terus hidup seperti itu.""La
Bab30"Sejak awal kusudah tahu. Ganesa itu cantik dan akan menguntungkanku di masa depan. Belum apa-apa saja, dia sudah menghasilkan 60 juta. Padahal, aku belum memperkenalkan nya ke semua tamu. Hanya membuat status khusus, yang harus dilihat asisten Bryan yang bodoh itu," ucap Tante Ara dalam hati.Tekhnik marketing Tante Ara, memang sangat nampak bagus dan piawai.Tante Ara berjalan, mendekati Ganesa, yang tengah asik, mengobrol bersama Elia."Ganesa sayang, sini, Nak." Tante Ara memanggilnya.Ganesa pun tersenyum, dan bergegas bangkit dari duduknya. Dia pun berjalan perlahan, menuju Tante Ara."Ada apa, Mi?" tanya Ganesa. Yang kini, tidak lagi memanggil Tante Ara, tapi seperti yang lainnya, memanggil Mami."Kamu sudah dapat tamu malam ini.""Hhmmm. Siapa Mi?" tanya Ganesa sedikit murung."Hey. Jangan bersedih gitu. Ini seorang laki-laki tampan, dan energik. Masih muda, dan kaya lagi. Jamin deh, kamu pasti suka," bujuk
Bab31"Mengapa kau memilih pekerjaan kotor begini? Kata Asistenku, kau masih perawan."Ganesa menghela napas berat."Tuan, ini terlalu sulit untukku jawab.""Oh, baiklah."Bryan memiringkan badannya, memandangi wajah Ganesa, yang tengah menatap langit-langit kamar."Aku seperti mengenalimu sebelumnya."Ganesa menoleh ke arah Bryan, dia pun sedikit terkejut, ketika mata mereka bertemu."Tuan, bukankah Anda, yang pernah menolong saya.""Menolong bagaimana?""Kejadian di Bar. Saya yang ditendang seseorang, kejadiannya sekitar kurang lebih, lima bulan yang lalu. Saat itu, saya masih sangat kurus.""Oh. Iya, saya ingat. Itu kamu?" Bryan mengernyit, menatap Ganesa tidak percaya."Iya. Itu saya, seorang wanita yang selalu dihina saat itu.""Cepat juga kamu beruba
Bab32Semua bukti tentang perampasan rumah lama Zaki, ada di ponsel Maura.Zaki meremas ponsel dengan kuat, hatinya diliputi kemarahan. Mata Zaki pun ikut memerah, membayangkan tangisan Ganesa, yang terusir paksa dari rumah itu.Bahkan, Maura memiliki rekaman, video pengusiran Ganesa dari rumah itu.Hati Zaki berdebar kuat, kala melihat lelaki bodyguard itu begitu angkuh, dan meludah di samping anaknya begitu saja.Bahkan, disela video itu, terdengar jelas gelak tawa Maura, melihat Ganesa mengiba dan memohon, untuk tidak diusir."Bangsat," maki Zaki. Dia pun tidak kuasa membendung tangisnya lagi.Zaki menangis tersedu-sedu, layaknya anak kecil yang habis di marahi Ibunya.Zaki merasakan hancur hatinya kini, melihat betapa pilunya nasib anak gadisnya. Anak yang dia tidak tahu kini kemana? Bahkan Zaki bingung, harus kemana lagi mencari Ganes
Bab33Musik semakin kencang. Puncak malam mulai menyambut, riuh pengunjung di Bar pun semakin ramai."Hallo," sapa lelaki, yang mendekati Ganesa duduk.Ganesa mengenali jelas lelaki itu, lelaki yang pernah menghina dan meludahinya."Ya.""Perkenalkan, aku Kelvin," ucap lelaki itu, sembari mengulurkan tangannya untuk dijabat.Ganesa tersenyum, dan menyambut tangan lelaki yang bernama Kelvin itu. "Ganesa," ucapnya lembut."Nama yang cantik, bolehkah aku temani duduk?" Lelaki itu menawarkan diri."Silahkan," sahut Ganesa.Lelaki itu pun merasa senang dan duduk di dekat Ganesa.Mereka berbincang hangat dan Ganesa pun meladeninya dengan santai.Hingga suara seseorang mengejutkannya."Gaby," pekik Ganesa, terkejut melihat sosok adiknya, tengah asik menegak minuman keras, dipelukkan seorang laki-laki."Ada apa?" tanya Kelvin, yang melihat ekspresi Ganesa tiba-tiba menegang.Ganesa tidak menyah
Bab34"Sulit aku percaya, Gaby bisa melakukan semua ini." Ganesa membatin, dengan posisi duduk yang mulai tidak tenang."Hei. Ada apa?" Mendapati pertanyaan lelakj, yang ternyata datang lagi mendekatinya, Ganesa benar-benar tidak senang.Namun, dia pun tidak bisa menunjukkannya. Sebagai wanita penghibur, tersenyum adalah kewajiban Ganesa.Dan merayu, merupakan jurus andalan mereka pada pelanggan."Aku hanya merasa lelah," sahut Ganesa asal-asallan."Ngamar yuk!" Ajak lelaki itu."Maaf, aku belum bisa. Karena Mami hanya membolehkan aku untuk menemani tamu bersantai, tidak untuk ngamar.""Cih. Kamu yakin?" Lelaki itu nampak tidak suka, dengan penolakkan Ganesa."Kamu bisa hubungi Mami. Karena masalah bookingan, khusus aku, langsung ke Mami Ara.""Alah, ribet banget. Yuk ah," ucap lelaki itu, sembari bangkit dari duduknya dan menarik pelan lengan Ganesa."Maaf, aku nggak bisa," tolak Ganesa lagi. Lelaki yang m
Bab35"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Tante Ara pada Ganesa."Aku nggak apa-apa, Tan," sahut Ganesa."Yaudah, ayok ke kamar. Kamu bersiap-siap, nanti Boby akan jemput sebentar lagi," kata Tante Ara dengan sumringah."I--iiyaa," sahut Ganesa dengan perasaan gugup.Dia tidak menyangka, bahwa secepat ini, akan meninggalkan Retro. Ganesa memang tidak mengenali Bryan dengan baik. Namun dia berusaha menggantungkan harapan, demi bisa meninggalkan Retro.Bagi Ganesa, Retro adalah mimpi buruknya. Meskipun karena Retro, Ganesa kini menjadi sangat cantik.Namun tetap saja, Ganesa tidak ingin, menjadi wanita pengunyah rasa malu selamanya. Baginya, bisa keluar dari limbah dosa ini, adalah impiannya kini.Usai berkemas seadanya. Tante Ara pun mengantar Ganesa ke halaman depan, tempat Boby menunggu wanita itu sedari tadi."Lama banget sih, Bos gue sudah ngamuk dari tadi," keluh Boby, dengan wajah nampak kesal."Sabar napa si
Bab36Ganesa mendekat dengan perlahan. Namun Bryan yang sudah merasa tidak tahan, pun menarik lengan Ganesa dengan paksa."Sakit," rintih Ganesa.Namun Bryan mengabaikannya dan membiarkan wanita itu terjungkal ke atas kasurnya."Lemah," gumam Bryan, sembari tersenyum remeh."Tuan, bisakah Anda memperlakukan saya dengan baik?" ucap Ganesa, sembari membalikkan badan, dengan satu tangan memegangi handuk yang melilit ditubuhnya."Saya memperlakukan kamu dengan baik atau tidak, itu adalah hak saya.""Memang lelaki semua sama," gumam Ganesa, sembari berusaha duduk."Apa katamu?" tanya Bryan, yang tidak suka dengan ucapan Ganesa tadi."Semua lelaki itu sama! Seenaknya dan kejam."Ganesa berkata, dengan tatapan menantang. Dia sudah muak bersikap lemah lembut.Bryan mendengkus. "Sana pergi, gunakan