Home / Fantasi / Kristal Jiwa Raja Naga / 04. Langit dan Jatayu

Share

04. Langit dan Jatayu

last update Last Updated: 2025-01-25 23:35:47

"Te--terima kasih, Kakak Tampan, Dewa Penolongku!" ucap bocah lelaki sambil menggenggam ujung jubah putih dari penolongnya.

"Pergilah kalian semua!" Pria berjubah putih memerintah dengan tegas dan dingin kepada orang-orang berjubah hitam yang berusaha bangkit dari jatuhnya dan berdiri dengan tertatih-tatih.

Para pria berjubah hitam tidak ada yang bersuara barang sepatah kata pun. Mereka saling berpandangan, dan memberi isyarat satu sama lain, untuk kemudian secara serentak melangkah mundur tanpa perlawanan.

Sepertinya, mereka bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tersebut dengan tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Hal itu membuat anak muda berpenampilan berantakan di balik punggung pria berjubah putih pun menjadi sangat heran sekaligus merasa takjub akan wibawa penolongnya.

"Kakak ini sungguh sangat hebat!" Anak lelaki itu memuji dalam hati.

Dia sungguh mengira, jikalau penolongnya ini adalah orang yang sangat hebat dan tentunya pandai dalam olah seni bela diri.

Hutan Sawo Alas semakin menguarkan aura menyeramkan dengan suasana legamnya. Malam telah menggelar jubah kelam untuk menyelimuti belahan dunia, sedangkan cahaya bulan tersaput awan hitam pembawa curahan hujan yang tiada kunjung usai. Rinaian deras air dari langit menyirami mayapada, berhasil menciptakan hawa dingin pembeku sumsum tulang belulang manusia dan mahluk lainnya.

Pria berjubah putih kemudian berbalik badan dan menghadap kepada anak lelaki yang tampak sudah sangat kedinginan. Tubuhnya kian menggigil sambil masih memegangi perutnya yang terasa sangat sakit.

"Adik Kecil, jangan takut padaku. Aku ini hanya orang lewat yang kebetulan melihat kejadian ini." Pria berjubah putih berbalik badan dan memegangi bahu si anak muda. "Katakan, apakah kamu baik-baik saja?"

"A--aku ... aku sakit." Anak muda yang ditanya meringis kesakitan sambil masih memegang perut hingga badannya sedikit terbungkuk. "Perutku sangat sakit!"

"Sakit ... di sini? Bolekah Kakak ini memeriksanya?" Pria berjubah putih meraba bagian perut anak lelaki yang tampak kesakitan. "Sakit atau lapar?"

"Sa--sa--sakiiiiiit! Sangat sakit!" Anak lelaki itu masih terus memegangi perutnya yang terasa kian bergejolak.

Rasa panas, dingin, nyeri bercampur menjadi satu dan membuat wajah sang anak muda semakin memucat.

Pria berjubah putih masih meletakkan tangannya di perut si bocah lelaki sambil memejamkan matannya. Dia tampak tengah merasakan apa yang sedang bergejolak dalam diri anak muda bernasib malang sembari membatin, "Tepat seperti yang sudah diperkirakan."

Pria muda berjubah putih masih berpikir, "Sepertinya, memang dia yang kami cari selama ratusan tahun ini."

"Ini bukanlah hal yang biasa saja," pikir pria berjubah putih seperti merasakan sesuatu yang janggal. "Sepertinya, memang dialah yang kami cari selama ini. Aku harus memperlakukannya dengan sedikit hati-hati. Karena tubuh anak ini tidaklah normal dan seperti pernah mengalami suatu peledakan dalam dirinya."

"Tampaknya kamu harus segera beristirahat. Bajumu basah kuyup begini, tentu saja ini akan menyebabkan perutmu kembung akibat dari kedinginan," ujar pria berjubah putih yang masih belum menampakkan wajahnya. "Oh ya, siapa namamu?"

"Namaku, eeeh ... panggil saja aku Langit. Lalu, siapakah nama Kakak?" jawab anak yang ternyata bernama Langit. "Dan terima kasih atas pertolongan Kakak."

"Jadi, namamu adalah Langit? Mmmh, tidak masalah. Bukankah kita memang harus saling tolong-menolong?" Pria berjubah putih tersenyum. "Namaku ...."

Pria berjubah putih tampak berpikir, 'Nama apakah yang tepat untukku saat berada di bumi dan tempatku berada saat ini konon bernama Tanah Jawa. Jadi ... aku harus menamai diriku ini dengan sebutan apa?'

'Aku bahkan masih belum bisa sepenuhnya berbicara dengan bahasa Jawa dan aku harus menyesuaikan diriku dengan kebiasaan serta adat istiadat daerah ini.'

Tiba-tiba saja, ia melihat pola gambar pada jubah dengan bertuliskan sekalimat kata yang sudah bisa dia baca dan sebuah nama pun segera terbersit pada pemikirannya.

Ya! Sepertinya itu memang cukup pantas untuknya. Bukankah saat ini penampilannya sedang sangat berbeda, jika dibandingkan dengan wujud aslinya?

Dahulu dirinya pernah menyelinap pergi dari kediamannya hanya untuk menonton pertunjukan wayang kulit di sebuah desa, dan ia merasa terkesan dengan tokoh berwujud burung garuda dalam kisah Ramayana.

"Namaku Jatayu. Panggil saja aku dengan sebutan Kakak Jatayu," ujar pria berjubah putih bermantel dengan sulaman beberapa ekor burung garuda yang gagah dan tampak tengah mengembangkan sayapnya.

Meskipun dia sama sekali tidak begitu tahu-menahu tentang burung garuda Jatayu dalam cerita pewayangan kuno yang merupakan kisah legendaris karangan seorang seniman berilmu sastra tinggi tiada tanding di Tanah Jawa.

Langit tertegun. "Kakak Jatayu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
Jatayu bilang, I love you too
goodnovel comment avatar
Jie Jian
Jatayu ... I love you ...
goodnovel comment avatar
backey all
MC namanya langit dan Jatayu,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kristal Jiwa Raja Naga   195. Merebut Pangeran Hei Xian

    Zi Wu tentu saja paham akan maksud Yin Long. Ia berkata, "Ah Yin, sekarang serahkan urusan bocah ini padaku. Kamu pergilah untuk mencari An Zi dan orang-orang yang perlu diselamatkan."Yin Long merasa agak keberatan. "Tapi, Senior. Bagaimana dengannya?" "Paman ...." Pangeran Hei Xian merintih, tangannya menggapai ke arah Yin Long.Yin Long kembali meraih tangan Pangeran Hei Xian dan menggenggamnya. "Ah Xian, maafkan paman yang harus pergi mencari An Zi. Dengan adanya Senior Zi di sini, kamu pasti akan aman dan beliau bisa mengatasi masalahmu.""Kamu ... tidak keberatan, bukan?""Baiklah." Pangeran Hei Xian hanya bisa pasrah. "Pergilah, Paman Yin."Meskipun awalnya Yin Long merasa ragu dan berat hati untuk meninggalkan Pangeran Hei Xian, tetapi akhirnya ia mengangguk. "Baiklah. Aku percayakan Ah Xian kepada Senior," ujar Yin Long sembari menyerahkan tubuh Pangeran Hei Xian kepada Zi Wu."Baiklah." Zi Wu langsung menerima Pangeran Hei Xian dengan kedua tangannya. "Pergilah cepat! Aku

  • Kristal Jiwa Raja Naga   194. Segel Pengendali Jiwa?

    "Baik, Senior!" Yin Long mengangguk dan mengulurkan tangan, berniat mencabut jepit rambut yang tertancap di sanggul kecil Pangeran Hei Xian. Namun begitu jepit itu tercabut, jeritan Hei Xian justru semakin keras. "Kepalaku!" "Aaaaaargh!" Mata Yin Long terbelalak. Tangannya yang menggenggam jepit rambut sampai bergetar. "Mengapa jadi begini? Senior Zi, mungkinkah sumbernya memang bukan dari benda ini?" "Aneh ... kalau bukan dari jepit rambut itu, mungkinkah ada benda lain atau semacam Segel Pengendali Jiwa?" Zi Wu tak habis pikir. "Segel Pengendali Jiwa?" Yin Long terkejut. "Segel Pengendali Jiwa?" Pangeran Hei Xian lebih terkejut lagi. Benarkah mereka setega itu kepadanya? "Hemm, mungkin saja benda ini semacam segel. Ini baru perkiraan," ujar Zi Wu sambil mengamati lebih dalam. "Biar kucoba sekali lagi." Yin Long mengangguk cepat. "Cepatlah, Senior Zi, kita masih ada hal yang tak kalah penting selain daripada menyelamatkan Ah Xian!" "Hemm," gumam Zi Wu yang kemudian k

  • Kristal Jiwa Raja Naga   193. Jepit Rambut yang Aneh

    Yin Long menjadi kian khawatir karena orang yang ditanya menatapnya dengan pandangan sayu, bahkan sangat sayu. "Ya." Pangeran Hei Xian mengangguk lemah. Napasnya tersengal-sengal, bibirnya pucat, seolah setiap helaan hanya menambah perih di dadanya. "Setiap kali aku membuatnya marah atau kecewa, maka dia akan menghukumku dengan cara ini." Suara Pangeran Hei Xian terdengar parau dan putus asa disertai kesakitan, membuat bulu kuduk siapa pun akan berdiri. Yin Long mengepalkan tinju hingga buku jarinya memutih. Matanya menyala tajam, penuh api kemarahan. "Biadab! Kejam sekali wanita itu!" Ia ingin mengamuk, namun suara batin menahannya. Jika aku terbawa amarah, siapa yang akan menolong pemuda ini? Dengan suara berat, ia berucap, "Tenanglah, Ah Xian. Paman akan membuat semua orang di Klan Naga Hitam menerima balasan yang seribu kali lebih menyakitkan dari siksaan yang mereka timpakan padamu!" Namun ucapan itu belum sempat menguatkan, tiba-tiba Hei Xian menjerit panjang. Tubuhny

  • Kristal Jiwa Raja Naga   192. Bunuh Aku!

    "Ya." Pangeran Hei Xian mengangguk. "Sedikit lebih baik," bisiknya."Baguslah." Yin Long baru bisa bernapas lega. ""Paman ...."Yin Long langsung meraih tangan pemuda itu dan menggenggamnya. Kulit Pangeran Hei Xian sedingin es. "Ah Xian, paman di sini!""Tolong aku, Paman!" ucapnya, sangat lirih. "Tolong bebaskan aku dari penderitaan ini, Paman!" "Pasti!" Yin Long mengangguk, matanya terasa hangat dan basah. "Paman pasti akan berusaha mencari cara agar bisa menolongmu.""Paman berjanji?" tanya Pangeran Hei Xian, matanya terlihat kian sayu."Ya, tentu," ujar Yin Long. "Paman adalah seorang dokter. Jadi paman pasti akan berusaha untuk melepaskan senua penyakitmu." "Paman tidak membenciku karena aku sudah membohongi Paman dan semua orang, termasuk An Zi?" "Awalnya paman memang membencimu dan sangat ingin membunuhmu. Tapi begitu kawan paman memberitahukan kalau sebenarnya ada hal yang janggal pada dirimu, maka aku mulai ingin mengetahui tentang jati dirimu," ujar Yin Long. "Dan sekara

  • Kristal Jiwa Raja Naga   191. Pangeran Hei Xian Menggila

    Di bawah terik mentari siang, tubuh Zi Wu melesat bagaikan kilatan cahaya ungu melintasi langit Lembah Pakisan. Angin kencang yang berputar di sekelilingnya membawa aroma tanah kering dan dedaunan yang terbakar sisa energi pertempuran. Hatinya diliputi kegelisahan, karena ia tahu betul arah yang ditujunya: rumah bambu sederhana yang ditempati Yin Long. Di sepanjang jalan, matanya menyapu reruntuhan hutan kecil dan aliran sungai yang keruh. Formasi perlindungan yang selama ini menjaga lembah tampak rapuh, seperti kaca yang retak dihempas badai. "Formasi pelindung di sini benar-benar berhasil dihancurkan dan sepertinya tak mampu lagi bertahan," gumam Zi Wu dalam hati. "Siapa gerangan yang mempunyai kemampuan menghancurkan segel sekuat ini?" Ia menatap jauh ke arah hutan bambu. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. "Ah Yin, dan juga anak muda itu... bagaimana keadaan mereka sekarang?" bisiknya dengan nada getir. "Mengapa tak ada tanda perlawanan darinya?" Bayangan buruk melintas d

  • Kristal Jiwa Raja Naga   190. Kekacauan Lembah Pakisan

    Sementara itu, langit di atas Lembah Pakisan tampak muram, seolah turut merasakan kepanikan yang melanda. Awan hitam berputar bagaikan naga yang mengamuk, menyelimuti lembah dengan kesuraman yang mencekam.Suara dentuman dan hantaman keras terus menggetarkan udara dan mengguncang tanah, membuat para warga lembah terkejut dan berlarian karena khawatir akan terjadi bencana. Debu beterbangan di udara, tercampur dengan serpihan kayu dan batu yang jatuh berserakan.Atap-atap rumah banyak yang terbang, beberapa bangunan bahkan ambruk dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga. Pagar gaib pelindung lembah sudah mengalami keretakan hingga tujuh puluh persen. Retakan itu berkilau merah menyala, mengeluarkan suara pecah yang menusuk telinga seperti kaca yang dihancurkan."Pagar pelindung kita retak! Sepertinya ada musuh yang sangat kuat sedang mencoba menghancurkan pagar pelindung lembah!" teriak salah seorang warga dengan wajah pucat pasi, keringat dingin membasahi dahinya.Musuh? Apakah ora

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status