Beranda / Fantasi / Kristal Jiwa Raja Naga / 03. Kakak Tampan, Si Dewa Penolong

Share

03. Kakak Tampan, Si Dewa Penolong

Penulis: Serpihan Salju
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 23:35:14

Pemuda itu berlari sambil memegangi perutnya yang tiba-tiba saja mengalami nyeri luar biasa. Meskipun hal ini sering ia alami sedari kecil, tapi bisakah penyakit sialan itu tidak datang sekarang?

"Itu dia! Kejaaaar!" seru salah seorang sosok berjubah hitam sambil menunjuk ke arah bayangan kecil yang berlarian menyeruak hutan.

Meskipun kaki-kakinya sesekali terpeleset dan hampir terjatuh, tetapi pemuda yang mengenakan pakaian hanfu biru muda itu tetap berusaha untuk bangkit dan kembali berlari meski tubuhnya sempoyongan.

"Kepung dia! Ingat, jangan sampai bocah sialan itu lolos lagi!" seru pimpinan pemburu yang harus membawa anak tersebut untuk dihadapkan kepada sang pimpinan.

Para pengejar segera melesat dengan gesit bagaikan terbang dan berhasil mengejar serta mengepung bocah lelaki buruan mereka.

"Jangan!" Pemuda itu mengangkat kedua tangannya ke atas dengan sikap memohon, sedangkan dia sendiri melangkah mundur dan memutar tubuhnya untuk melihat seberapa banyak para pengepungnya. "Tolong lepaskan aku, Tuan-Tuan! Aku tidak memiliki kesalahan apa pun pada kalian, tapi mengapa kalian terus mengejarku?"

Pemuda itu hanya bisa pasrah dan menangis ketakutan saat para pengepungnya semakin berjalan mendekat dengan sorot mata bersinar merah menyala sangat menakutkan.

Pemuda tersebut memejamkan matanya dan berkata, "Tolong jangan tangkap aku! Aku masih belum dewasa dan sangat kurus. Tidak ada daging yang bisa kalian makan dari tubuhku. Tulangku bahkan sangat keras dan tidak enak. Jadi, kumohon jangan tangkap aku!"

Pemuda itu terlihat sangat kasihan, tapi para pria berjubah hitam semakin melangkah maju tanpa merasa iba sedikit pun terhadap tampang buruan mereka.

Tubuh pemuda itu kian gemetaran akibat menahan kedinginan dan ketakutan secara bersamaan. Degup jantungnya bahkan terus bertalu-talu serupa genderang perang. Andai bisa memilih, ingin rasanya dia pingsan saja saat ini juga.

"Tuan-tuan yang baik, tolong jangan tangkap aku!" Pemuda itu terus memohon.

Para pengepung semakin mendekat dan salah seorang dari mereka hendak meraih tubuh mungil yang wajahnya sudah sepucat bunga kapas.

Pemuda pemilik bibir seputih kertas itu hanya bisa berbisik sambil mengepalkan kedua tangannya. "Ja--ja--jangan!"

Bola mata pemuda itu hanya bisa bergerak berputar sembari menatap ngeri ke wajah-wajah yang tertutup cadar hitam. Mereka sudah selayaknya sosok-sosok hantu yang siap mencekiknya hingga mati.

Pemuda itu merasa tubuhnya lemas hingga lutut pun serasa ingin jatuh ke tanah becek. Namun, ia berusaha untuk tetap bertahan sekuat tenaga.

"Ya, Dewa! Apa kesalahanku kepada mereka?" Pemuda itu bertanya dalam hati. "Apakah benar-benar tidak ada seseorang yang bisa menolongku?"

Pemuda itu berucap lirih. "Dewa, tolong aku!"

Demi mendengar ucapan lirih buruannya, beberapa orang berjubah terlihat sinis dan melepas tawa jahat.

"Kami sudah lama mengejarmu semenjak siang tadi, dan sekarang kamu sudah tak bisa lari lagi, Bocah Sialan!" Salah seorang pria berjubah hitam melangkah maju. "Dan kurasa, dewa bahkan tidak dapat menolongmu dari kematianmu malam ini!"

Pemuda itu hanya bisa pasrah jika dirinya harus mati malam ini juga. Rasa sakit di perutnya masih menyiksa, memaksa dia tak dapat melarikan diri lagi.

Pemuda itu memejamkan kedua matanya sambil berbisik dalam hati. 'Paman An Se, maafkan keponakanmu yang nakal ini. Mungkin aku sudah tidak dapat lagi kembali ke lembah. Semoga Paman An Se dan yang lainnya hidup dengan tenang dan bahagia tanpa ada orang yang berusaha lagi mendobrak pagar lembah hanya untuk menangkapku.'

'Terima kasih atas segala kasih sayang dan semua kebaikan yang paman dan orang-orang lembah berikan padaku. Aku akan membalasnya di kehidupan berikutnya.' Pemuda itu masih berkata dalam hati dengan perasaan sedih yang teramat sangat.

"Bersiaplah untuk mati, Bocah Sialan!" Pria berjubah hitam mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan siap menebaskan senjata tersebut ke tubuh pemuda di hadapannya.

Tiba-tiba, terdengar suara dari arah lain. "Lancang kalian semua!"

Pada saat kegentingan dan ketegangan kian memuncak, terdengar suara ledakan dahsyat disertai selarik cahaya putih terang membuat para pemburu berjubah hitam terpental dan saling berbenturan satu sama lain.

Namun anehnya, tidak ada satu pun dari mereka yang tampak ingin balik menyerang sosok yang baru saja menyerang mereka.

Para pria berjubah hitam segera bangkit. Mereka bahkan berjalan mundur sembari menyarungkan senjata masing-masing tanpa ingin melakukan perlawanan.

"Jangan menyentuhnya!" Suara bentakan keras muncul mengiringi penampakan seseorang berjubah putih dengan wajah yang tampan dan anggun. "Siapa pun yang berani melukainya barang segores saja, maka nyawa kalian akan melayang saat ini juga!"

'Akhirnya ada juga orang yang datang menolongku!' Pemuda itu merasa sangat lega. 'Terima kasih, Dewa!'

Tatapan berterima kasih muncul dari sinar mata pemuda tersebut dengan datangnya sosok berjubah putih ini. Secara tanpa sadar, ia pun berlari dan merapatkan tubuhnya pada orang tersebut. "Kakak Penolong! Kakak Penolong, tolong aku!"

"Kamu tenanglah. Kakak ini sudah berusaha mengurus mereka semua!" Sosok berjubah putih berkata dengan suara tenang tetapi bernada tajam.

Pria itu lalu menarik tubuh pemuda itu ke belakang. "Berlindunglah di belakangku!"

"Baiklah." Pemuda itu langsung bersembunyi di belakang punggung pria berbaju putih, bertingkah seperti seekor anak kucing yang manja.

'Kakak tampan ini benar-benar seorang dewa penolong!' bisiknya dalam hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Shen Sha
Seru, mantap
goodnovel comment avatar
Victoya Vioya
atas itu orang bego ngomong sembarangan
goodnovel comment avatar
Jeff Jeff
cerita pening
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kristal Jiwa Raja Naga   163. Keresahan Yang Mulia

    Secara perlahan namun pasti, sosok bayangan jiwa transparan bercahaya pelangi membuka sepasang kelopak matanya yang teduh dan sayu, seolah menahan beban yang teramat berat. Pandangan itu memperlihatkan kelelahan, tetapi tetap memancarkan aura keagungan seorang raja naga yang pernah berkuasa di masa lalu. Ketika ia mendesah, udara di sekitarnya seakan ikut bergetar, mengirimkan fluktuasi lembut yang membuat ruang jiwa itu seakan bergejolak dengan kelembutan yang samar.Yin Long bahkan bisa merasakan getarannya yang langsung menyentuh ruang terdalam hingga kalbunya ikut tersentuh. 'Benar-benar agung rajaku ini,' bisiknya, dalam hati. "Jenderaku terkasih." Caihong Xue akhirnya membuka suara, bergema dalam namun tenang. "Baguslah. Akhirnya kamu datang."Yin Long mengangguk. "Ya. Yang Mulia memanggil hamba, tentu saja hamba dengan senang hati akan memenuhi panggilan Anda." Untuk sejenak, ia menyadari jikalau sang raja sedang gelisah. "Ada gerangan apakah yang membuat Anda terlihat tidak

  • Kristal Jiwa Raja Naga   162. Panggilan dari Yang Mulia

    Yin Long sampai mengerutkan kening karena orang yang memanggilnya tidak kunjung muncul juga. Ia mulai merasa ada yang tidak beres dengan pendengarannya. "Senior Zi," bisik Yin Long, suaranya terdengar sedikit parau, gemetar menahan kegelisahan yang merayap di dadanya. "Apakah Senior mendengar seseorang memanggilku?" Yin Long mengedarkan pandangan, bola matanya bergerak ke segenap arah, seperti tengah memindai alam sekitarnya. Ia berharap suara misterius itu datang lagi. Zi Wu menggeleng sambil menyeruput arak hangat dari cawan. "Tidak. Tidak ada suara lain selain hanya ada suara kita berdua." "Jadi, Anda benar-benar tidak mendengarnya?" Yin Long merasa heran. "Bagaimana Mungkin suara sekeras itu Senior Zi tidak mendengarnya?" "Ataukah mungkin anak itu sudah sadar dan dia memanggilmu?" tanya Zi Wu sambil melihat ke arah pintu. Yin Long mengikuti arah pandangan Zi Wu, lalu ia menggeleng. "Kurasa bukan dia. Ah Xian tidak pernah menyebutku dengan sebutan namaku. Tapi kali ini y

  • Kristal Jiwa Raja Naga   161. Ah Xian Terpengaruh Kekuatan Jahat?

    Kedua kekuatan itu saling berbenturan dengan dahsyat. Tornado perak beradu dengan naga-naga ungu dalam pertarungan yang membuat seluruh halaman bergetar. Tanah di bawah kaki mereka retak-retak, pohon-pohon di sekitar melengkung karena tertiup angin kencang. Untunglah tempat itu sudah dilapisi pagar pelindung gaib yang mampu meredam suara-suara dari dalam dan tak akan didengar oleh orang lain, terlebih lagi manusia biasa. Pagar pelindung itu sesekali berkilat dengan cahaya ungu dan perak yang saling bertabrakan, menyerap sebagian besar energi yang terlepas dari pertarungan mereka. "Apakah Senior di pihak mereka dan terus akan menghalangiku?" tanya Yin Long dengan nada marah sambil menyerang Zi Wu dengan jurus lain. "Jika iya, maka Anda juga adalah musuhku!" Kipas Phoenix-nya berubah menjadi pedang cahaya perak yang panjang. Pedang itu berkilat dengan intensitas yang menyilaukan, setiap ayunannya meninggalkan jejak cahaya di udara. "Jurus Pedang Phoenix, Seribu Tebasan Kilat!"

  • Kristal Jiwa Raja Naga   160. Pesta Araknya Sudah Rusak!

    Tiba-tiba saja, sekelebat cahaya putih muncul dari sabuk ruang penyimpanan milik Yin Long dan langsung berpindah ke tangannya, dia sudah menggenggam kipas Phoenix erat-erat dengan emosi yang mengguncang dadanya.Dada pemuda itu naik turun akibat menahan kemarahan, kilat cahaya dingin ada di matanya begitu tajam siap menghancurkan siapa pun yang ingin ia hancurkan."Ah Yin, sekarang ini kita sedang menikmati Arak Kaisar Muda, tolong janganlah kamu merusak suasana malam yang indah ini hanya karena anak itu!" teriak Zi Wu, mengingatkan."Pestanya memang sudah rusak!" Saat ini, Yin Long lebih seperti sosok pembunuh berdarah dingin. Ekspresi Wajah Yin Long yang selembut puding pun telah berubah menjadi tegas dengan suara tegas menggelegar. Aura kejam seorang jenderal memancar keluar, menguasai tubuh pemuda itu hingga sosoknya saat ini terlihat begitu mengerikan."Jika benar dia adalah orang-orang dari Klan Naga Hitam, maka aku akan membunuhnya sekarang juga!" seru Yin Long dengan geram.

  • Kristal Jiwa Raja Naga   159. Dia Jatayu?

    Yin Long menghentikan tiupan serulingnya dan berkata, "Baiklah, Senior. Meski mungkin puisiku tidak seindah seperti karya para penyair terkenal." "Tidak masalah," ucap Zi Wu, santai. Yin Long lantas berseru, "Arak mengalir seperti waktu di lembah seribu kabut. Dingin menyentuh meridian jiwa, hangat membelai takdir. Di dunia yang dimandikan cahaya lilin, setiap teguk adalah dupa yang dipersembahkan untuk bumi yang sabar!" "Bagus! Bagus!" Zi Wu bertepuk tangan dengan wajah senang. "Lanjutkan!" "Terima kasih, Senior." Yin Long tersenyum dan melanjutkan syairnya. "Terima kasih, wahai angin dari empat penjuru mata angin dan alam yang menyimpan kebijaksanaan. Kepada hujan yang membawa berkah dari istana awan yang menawarkan cinta meski iblis mengintai bulan purnama!" "Jika hidup adalah arak dalam guci seribu tahun, maka derita pun harus dituang seperti air terjun di gunung suci, agar manisnya terasa seperti madu yang pekat, seperti malam yang merangkul semua makhluk dengan damai." "D

  • Kristal Jiwa Raja Naga   158. Pesta Arak dan Puisi

    Yin Long menjawab, "Tak masalah. Tetapi senior jangan kecewa dengan rasanya yang mungkin sedikit berbeda. Aku membuatnya hanya dari beras ketan yang ada di daerah ini. Itupun tidak banyak." Yin Long berjalan tenang ke arah pohon mangga yang ada di samping rumah, dan dengan sebilah potongan kayu ia lalu menggali tanah di bawahnya untuk mengambil dua guci arak yang baru saja dia tanam beberapa hari yang lalu. Setelah membersihkan guci tanah liat dari kotoran-kotoran yang menempel, Yin Long membuka segel penutup guna memeriksa isinya. Dengan gerakan lembut ia mendekatkan lubang guci ke dekat hidungnya, mencium aroma arak beras yang tergolong masih terlalu dini untuk dinikmati. "Cukup harum," gumamnya. "Sebenarnya ini masih tidak bisa disebut arak. Tapi demi sahabatku, maka aku merelakan beberapa guci untuk sajian malam ini," gumam Yin Long sendiri sembari menutup kembali segel guci arak yang berupa selembar kain merah. "Senior, sudah dapat!" teriak Yin Long sambil mengangkat guci dar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status