Share

88. Bagian 9

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 17:10:57

“Jadi sekarang apa yang akan kita lakukan dinda ?” tanya Bintang tiba-tiba hingga membuat Putri Samudra kembali menatap kearah Bintang.

“Katanya kanda kangen sama dinda... apa kanda boong ya sama dinda ?” ucap Putri Samudra lagi dengan cemberut.

“Hahaha.... istri kanda memang yang terbaik” ucap Bintang lagi seraya mencubit lembut hidung bangir dan mancung Putri Samudra yang ikut tersenyum kearahnya.

Bagaikan saling mengerti, baik Bintang dan Putri Samudra terlihat sama-sama mulai melepaskan pakaian masing-masing yang melekat ditubuh.

"Oohh.. kanda.., !" jerit Putri Samudra tak tertahankan.

Tulang-tulangnya serasa lolos dari persendiannya. Tubuhnya lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 5 jam! Gila! Jeritnya dalam hati. Belum pernah rasanya bercinta sampai sedemikian lamanya.

-o0o-

Pagi harinya, setelah berpamitan dengan Peramal 5 Benua dan Satria, Putri Samudra mengajak Bintang untuk pergi menemui Nyi Ipat Koco.

Sebuah pulau kecil yang berada di salah satu pesisir pantai selatan. Disekeliling pulau tersebut hanya pantai yang terlihat disepanjang mata memandang. Deburan ombak menyapu bibir pantai.

Werrr....!! Werrrr.......!!

Tiba-tiba saja laut yang tenang bergejolak hebat dan yang lebih luar biasa lagi, tiba-tiba saja air laut terbelah menjadi dua.

Hiiekkk !! Hiiekkk !!

Dari laut yang terbelah tiba-tiba saja muncul 2 ekor kuda yang dipacu oleh dua orang gadis jelita yang cantik. Tapi bukan itu yang menakjubkan, dibelakang kedua kuda tersebut, tiba-tiba saja muncul sebuah kereta kuda kencana yang ditarik oleh 2 ekor kuda jantan dengan 2 orang sais yang juga gadis jelita.

Kereta kencana yang diiringi oleh 2 ekor kuda itu melaju melewati jalan dilaut yang terbelah menuju kearah bibir pantai. Tak lama kemudian merekapun tiba ditepian pantai, secara menakjubkan air laut kembali menyatu seperti sedia kala, tak seberapa lama kemudian, rombongan itu tiba didepan sebuah gubuk tua yang ada ditepian pantai tersebut. Kereta kencana itu berhenti tepat didepan gubuk tua tersebut.

Dua orang gadis yang sejak dari tadi mengiringi kereta kencana tersebut terlihat turun dari kuda mereka, sedangkan dua orang gadis yang menjadi sais dikereta kencana tersebut juga terlihat turun dan membuka pintu kencana tersebut. Dari dalam kencana turun sepasang muda mudi, menapak tangga kecil dikereta kencananya. Salah satunya adalah sosok tubuh yang begitu anggun dan cantik yang turun dari kereta kencana tersebut. Sosok gadis berparas cantik nan jelita, mengenakan baju putih hijau, dengan tongkat berkepala naga ditangannya, terlihat sosoknya begitu anggun dan mempesona. Pakaian setengah dada yang dikenakannya memperlihatkan betapa putih dan mulus kulit yang dimilikinya. Raut wajahnya menampilkan kelembutan dan keanggunan sosoknya sebagai seorang wanita. Ikut bersama adalah sosok seorang laki-laki tampan dan gagah. Keduanya tak lain adalah Bintang dan Putri Samudra adanya. Langkah keduanya tampak menuju kearah gubuk tua yang ada dihadapan mereka.

Kreaakkkk....!!

Belum lagi keduanya melangkah lebih jauh, pintu gubuk sudah terbuka terlebih dahulu. Dari dalam gubuk, keluar seorang wanita tua yang tubuhnya sedikit bungkuk, wanita tua ini terlihat berjalan juga menggunakan sebatang tongkat pendek ditangannya, rambutnya yang sudah memutih menandakan kalau wanita tua ini sudah berumur lanjut. Tapi walaupun sudah berusia lanjut, mata wanita tua ini masih terlihat begitu tajam dan awas, ini dapat terlihat dari raut pandangannya yang mengarah tajam pada sosok-sosok yang ada didepan pintu gubuknya.

“Terimalah sembah hormat saya kanjeng Putri dan gusti Yudha Manggala.....”. ucap wanita tua ini lagi dengan cepat menjura hormat dihadapan Bintang dan Putri Samudra.

“Bangunlah Nyi Ipat Koco....bagaimana kabarmu nyi ?”. ucap Putri Samudra.

“Hamba baik-baik saja kanjeng Putri, mari...mari silahkan masuk kanjeng Putri, gusti prabu.....”. ucap wanita tua itu lagi mempersilahkan Putri Samudra dan Bintang untuk masuk kedalam gubuknya, sebelum melangkah masuk, Putri Samudra terlihat memberikan tanda kepada ke-4 dayang setianya untuk menunggu diluar gubuk, sedangkan Putri Samudra dan Bintang sendiri masuk bersama wanita tua yang disebut Putri Samudra dengan panggilan Nyi Ipat Koco tersebut.

Setelah berada didalam pondok, Nyi Ipat Koco segera mempersilahkan kanjeng Putri Samudra dan Bintang untuk duduk dihadapannya.

“Ini pertama kalinya gusti prabu Yudha Manggala berkunjung ke gubuk kecil hamba ini” ucap Nyi Ipat Koco lagi, Bintang hanya tersenyum. Nyi Ipat Koco tampak mengalihkan pandangannya kearah Putri Samudra.

“Sudah lama sekali kanjeng Putri tidak berkunjung kemari....” ucap Nyi Ipat Koco.

“Iya nyi.... sejak ayahanda menyerahkan kekuasaan istana dasar samudra, saya sangat sibuk mengurusi masalah-masalah kerajaan”. Ucap Putri Samudra lagi

“Heemmm..... ada maksud apa gerangan kanjeng Putri dan gusti prabu Yudha Manggala datang kemari, pastinya bukan sekedar untuk berkunjung bukan ?” tanya Nyi Ipat Koco. Putri Samudra dan Bintang terlihat saling pandang.

Dengan menarik napas panjang, Putri Samudrapun menceritakan maksud tujuannya datang ketempat Nyi Ipat Koco.

“Segel kutukan selaput dara....” ulang Nyi ipat koco lagi dengan wajah berubah seraya menatap kearah Bintang.

“Dari siapa raden mendapatkan segel kutukan selaput dara itu ?” tanya Nyi ipat koco lagi.

“Ratu Bunian” jawab Bintang singkat.

“Puti ayu pitaloka ?!!” tanya Nyi ipat koco lagi.

“Bukan nyi, tapi Puti Ayu Ningrum....” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Nyi ipat koco kembali berubah.

“Puti Ayu Ningrum, setahuku Ratu Bunian adalah puti ayu pitaloka... apakah putrinya atau apa ya ?” ucap Nyi ipat koco lagi seakan bertanya pada dirinya sendiri. Bintang sendiri bingung, karena Putri Samudra pun mengatakan demikian.

“Ah sudahlah, lalu bagaimana caranya gusti prabu bisa terkena segel kutukan selaput dara itu ? setahu hamba, segel itu tidak bisa digunakan untuk laki-laki, karena segel itu digunakan untuk merapatkan milik perempuan agar selalu seperti perawan” ucap Nyi ipat koco lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
takawa buton
enak banget main sama jin lubangnya pelet rapet terus kaya perawan wkkkk......
goodnovel comment avatar
Azrul Kunsalam Ajirun
ankirrrrrrrrrr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 17

    Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 16

    Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 15

    “Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 14

    Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 13

    Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 12

    “Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status