Share

Menyesal

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2021-11-29 12:17:52

Asti, mana dasi Aa!" Bayu berteriak sambil mencari-cari dasi.

"Aa, kenapa manggil Teh Asti. Aa lupa kemarin abis mentalak dia?"

Bayu terhenyak. Benar, dia lupa jika dirinya sudah menjatuhkan talak untuk istri pertamanya. Ada rasa sesal, tetapi keegoisannya membuat pria itu enggan mengakui kesalahannya.

"Ya, udah. Kamu carii dasi Aa di kamar Asti." Bayu memerintah Mawar.

Mawar segera melangkah ke kamar Asti. Dia mencari-cari sampai akhirnya menemukan yang suaminya minta. 

Segera dia kembali ke kamarnya untuk memberikannya dasi itu. 

"Kok lama amat?" tanya Bayu.

"Nyarinya susah. Di simpennya nyempil."

Bayu tidak menanggapi lagi Mawar. Dia tahu Mawar kesulitan mencari karena Asti memang rapi dalam merapikan sesuatu. 

Mawar mencoba membantu memakaikan dasi, tetapi masih saja Bayu merasa kurang rapi. Kembali dirinya teringat Asti. Memang susah menghilangkan bayangan istri pertamanya itu.

Setelah sibuk dengan dasi, Bayu mengernyitkan dahi saat menghampiri meja makan. Tidak ada sarapan, kedua orang tuanya, juga Ayumi terdiam menunggu Bayu dan Mawar.

"Kok kalian belum makan?"

"Apa yang mau di makan?" Ayumi berkata sinis.

"Mawar, kamu nggak masak?" tanya ayah mertuanya.

"Bu--bukannya ada Mami?" 

Ayumi tertawa mendengar ucapan Mawar. "Mami mana bisa masak. Selama ini yang masak Teh Asti. Jadi, sekarang kalau nggak ada dia, kamu yang masak."

"Ayumi, sopan sama Kakak Ipar kamu." Rahayu menegur Ayumi.

"Bener, kan Papi ucapan Ayumi?"

"Benar. Bukannya selama ini Mami yang selalu meminta Asti masak?" Kini gantian ayah mertua Mawar berbicara.

Rahayu merasa bingung dengan keadaan ini. Dia tahu jika Mawar tidak bisa apa-apa. 

"Bagaiman kalau kita bayar pembantu? Biar semua beres?" Usul Rahayu ditanggapi senang oleh Mawar.

"Nggak bisa begitu, dong. Bukannya Mami dulu bilang, tugas istri adalah di rumah. Memasak, merapikan rumah dan mengurus suami. Untuk apa ada pembantu? Buang-buang uang. Mami ingat, kan?" Ayumi terus menyindir sang Ibu.

Sepakat dengan Ayumi, Bambang ikut tidak setuju dengan usul Rahayu. 

"Papi nggak setuju, biaya kamu shoping aja melebihi budget. Biar Mawar belajar jadi istri yang baik. Sudah Papi mau berangkat, makan nanti di kantor aja."

"Bayu juga, nggak mood."

Sepeninggal kedua pria itu, Rahayu tak bisa berkata apa-apa. Dia menatap heran pada Ayumi. Gadis itu selalu berbeda pendapat dengannya. 

"Ay, kenapa kamu nggak dukung Mami?"

"Buat apa mendukung orang salah."

"Salah Mami di mana?"

"Salah Mami menikahkan Aa Bayu dengan Mawar."

"Kok kamu kaya nggak suka gitu?" tanya Mawar.

"Emang nggak suka. Kenapa? Mau komentar?"

Melihat Ayumi lebih galak, Mawar tidak berai banyak bicara. Dia kembali diam. Rahayu, ikut tidak tenang jika Mawar tidak bisa melakukan apa-apa di rumah ini.

Bisa jadi Rahayu yang akan repot atau bahkan akan mengeluarkan uang lebih banyak untuk beli masakan. 

"Sudah, Yum. Jangan dibahas, biar Mawar nanti Mami ajarin." Rahayu mencoba menenangkan Ayumi. 

"Mi, jujur Ayumi kecewa. Aa Bayu saja yang bukan anak kandung Mami masih bisa menghargai Mami. Dia rela menikah lagi karena Mami mendesaknya. Kenapa Mami malah menghancurkan semuanya. Yuni kecewa sama Mami!"

Gadis itu mengentakkan kaki, lalu melangkah cepat menaiki anak tangga. 

Sementara, Rahayu tidak habis pikir mendengar anak gadisnya berucap seperti itu. Memang Bayu bukan anaknya, tetapi dia pun menyayangin Bayu seperi dia menyayangi anak kandungnya.

"Mih, Mawar nyerah aja."

"Jangan menyerah. Anak Mami pasti bisa merebut hati Bayu. Pokoknya Mami dukung."

Terpaksa tersenyum, Ayumi kini melangkah masuk ke kamarnya. Seakan tidak sanggup, tetapi dia mencoba untuk kuat menghadapi Bayu. Terutama Ayumi.

**

Sepulang kerja Bayu merebahkan diri di sofa. Melihat rumah tidak ada orang dirinya kembali teringat sesuatu. 

Netranya memindai sekeliling. Kenapa tidak ada teh hangat? Atau biasanya Asti datang menghampiri saat dia pulang kerja.

Rasanya hampa. Ada yang hilang, tetapi dia tidak menyadari betapa berartinya Asti untuk seorang Bayu.

"Yum, pada ke mana?"

"Nggak tahu." Ayumi menjawab ngasal. 

"Kamu mau ke mana?"

"Cari makan, laper. Lihat sendiri, kan, nggak ada Teh Asti semuanya berantakan. Termaksud jadwal makan siangku."

Bayu terdiam mendengar ucapan sang adik. Semenjak Asti tidak ada, semua kacau balau. Sang ibu tidak mengizinkan memiliki pembantu dengan alasan agar Asti tidak bosan di rumah kalau hanya duduk santai.

Semua Asti kerjakan tanpa mengeluh. Setiap malam, teh hangat atau jahe hangat selalu di sajikan untuk sang suami. 

Baru sehari saja, semua isi rumah kembali berantakan. Bayu menghela napas, kesalahannya menalak Asti membuat dia menyesal.

"Semalam Ayumi baca tentang talak bagi istri. Masih bisa kalau mau rujuk, sebelum masa idaah Teh Asti."

"Anak kecil tahu apa? Urusan Aa nggak sok, ah."

"Terserah, Aa. Kalau Teh Asti ditaksir orang, terus nikah. Punya anak, wuih, Ayumi nggak mau, ya, jadi bahan curhatan lagi kaya dulu waktu sama mantan pacar Aa."

Gadis itu melenggang meninggalkan sang kakak yang meruncingkan bibir saat Ayumi terus saja memojokkannya. 

Bayu masuk ke kamar Asti. Dia merebahkan tubuh di kasur, menatap langit-langit ruangan penuh kenangan indah bersama sang istri.

Bayangan tentang masa lalu membuatnya tersenyum sendiri. Asti, wanita yang membuatnya melupakan sang mantan. 

Beruntung dirinya mendapatkan Asti. Namun, kini dirinya malah menyia-nyiakan Asti. 

"Andai saja kamu bisa lebih sopan pada Mamiku."

Bayu mencoba berbicara sendiri. Seolah ada Asti, dia sangat merindukan sang istri. Entah, terbiasa atau memang merindukan wanita itu. 

"Mas, aku cari kamu. Kok ada di sini?" Mawar bertanya pada Bayu setelah mencari suaminya tidak ada di kamar mereka.

Benar dugaan Mawar, sang suami ada di kamar Asti. Ditangannya, Mawar membawa kantong keresek berisi makanan untuk makan malam.

"Tadi nyari baju, cuma kok nguantuk."

"Oh, makan dulu, yuk. Aku beli buat makan malam."

"Aku mandi dulu, deh."

"Iya, udah. Mawar siapin makan malam dulu."

Mawar kembali ke dapur, sedangkan Bayu merasa berat meninggalkan kamar milik Asti. Netranya terpejam sesaat, tetapi bayangan istri pertama terus menghantui.

"Asti, di mana kamu sekarang? Kalau kamu marah sama Aa, maafkan Aa."

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nunyelis
katanya kaya tp gk punya art........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kubalas Madu Dengan Racun   Sebuah Akhir Kehidupan

    Selesai sidang perceraian, kemudian Asti bersama sang kakak langsung pulang ke kampung. Perjalanan jauh membuat dia merasa lelah hingga tertidur pulas.Sesampainya di rumah, sang ibu sudah menunggu kabar dari Asti. Dia sangat menghawatirkan sang anak. Namun, bersyukur mereka kembali dengan baik-baik saja."Bagaimana sidangnya, Nak?""Baik, Bu. Asti ke kamar, ya. Sudah lelah.""Iya, ibu faham."Sang ibu melihat Asti begitu nelangsa. Kasihan dengan nasib yang sama menimpa sang anak. Padahal ia sudah berdoa agar anaknya tidak mendapat hal serupa dengannya. Namun, takdir berkata lain.Wanita tua itu menghampiri Fajar ingin bertanya tentang sidang itu."Jar, tadi bagaimana?""Ya, begitu. Bayu tetap mau rujuk.""Edan sekali anak itu. Jangan sampe Asti luluh, Jar.""Nggak, kok, Bu kayanya."Wanita tua itu mengehela napas panjang. Berharap Asti tidak kembali pada Bayu.Sementara, di kamar Asti memandang lang

  • Kubalas Madu Dengan Racun   Sesak Menyelimuti Dada

    Masalah dengan mantan sekertarisnya belum juga selesai. Riska terus saja meneror dirinya. Sampai detik ini hingga membuat dirinya sering mengalami sakit kepala dan susah tidur.Ia menyesal sudah bermain dengan api. Beranggapan mendapat teman bicara malah ia tertipu daya oleh gadis licik itu. Berulang kali Riska datang, tetapi ia selalu mengusirnya. Bayu benci air mata palsu, sama seperti Mawar yang selalu datang mencari belas kasihnya.Riska mendatangi Bayu di ruang kerjanya dengan mengajak kedua orang tuanya untuk meminta pertanggungjawaban dari pria itu. Sudah sebulan lebih, Riska mendapat penolakan dari Bayu, tetapi ia tak gentar mendekatinya.Kali ini, dia datang bersama kedua orang tuanya. Bayu sudah merasa lelah dengan kejaran Riska. Ia mempersilahkan kedua orang tua itu duduk."Ada apa kamu bawa kedua orang tuamu?" tanya Bayu dengan nada sinis."Saya ingin Bapak bertanggungjawab atas saya. Saya hamil anak Bapak, jadi Pak Bayu harus tanggung

  • Kubalas Madu Dengan Racun   Tidak ada kata Maaf

    Beberapa kali Riska mencoba menghubungi Bayu, tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya. Pria itu tak ada gairah untuk bangkit, ia memilih mengambil cuti dari kantor untuk menyendiri.Tekadnya bulat untuk kembali meminta Asti kembali. Tubuhnya kini menjadi kurus karena sudah beberapa hari ia menolak makan. Ayumi sang adik sampai bingung mau berbuat apa."Aa, kalau nggak makan, mana ada tenaga buat nyusul Teh Asti.""Yum, Aa nggak nafsu makan." Lagi, Bayu menolak asupan makanan dari Ayumi.Ayumi menggeleng melihat tingkah sang kakak. Sejujurnya dia memang kasihan pada Bayu, tetapi semuanya memang kesalahan dia.Gadis itu bergegas membukakan pintu rumah karena ada yang memencet bel. Ia terkesiap melihat siapa yang datang sepagi ini."Ngapain Mami sama Mawar datang?" Ayumi masih saja membenci Mawar."Mami mau ketemu Papa. Tolong Mami!""Siapa, Yum?" teriak sang ayah dari dalam.Pria tua itu melangkah menghampiri Ayumi

  • Kubalas Madu Dengan Racun   Tidak Ada Lagi Kesempatan

    "Aa nggak mau cerai, apa alasan kamu meminta cerai, Ti?" Perasaan Bayu tidak enak saat mendengar Asti meminta perceraian padanya. Dirinya mungkin sudah menduga jika Asti menelepon dan sengaja Riska menjawab.Bukan hanya Bayu yang merasa sesak di dada, Asti pun merasakan apa dirasakan sang suami. Dirinya tidak menginginkan hal itu, tetapi akal sehatnya sudah tidak bisa menerima untuk kedua kalinya dikhianati.Perselingkuhan sang suami membuatnya muak. Apalagi dengan daun muda yang seharusnya sebagai adiknya."Bukti ini sudah cukup untuk melayangkan gugatan perceraian?" Asti memperlihatkan foto dalam ponsel miliknya yang dikirimkan Riska kemarin malam.Bayu merebut ponsel milik Asti, dan langsung menghapusnya. Asti kembali merebut benda pipih itu dari tangan Bayu. Emosi wanita itu memuncak saat tahu sang suami menghapus foto itu."Aa pikir dengan menghapus foto itu menyurutkan niat aku untuk bercerai dari kamu? Aa, cukup, ya buat Asti menderita seper

  • Kubalas Madu Dengan Racun   Ceraikan Aku Mas

    Bayu terkesiap saat terbangun melihat Riska tidur di sampingnya. Dirinya mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam bersama sekertaris mudanya. Namun, kepalanya malah terasa sakit.Pria itu melihat jam di tangan, gegas dia memakai baju. Teringat dirinya janji akan menemui Asti di kampung. Berulang kali Bayu mengusap wajah kasar dan mwnagacak-ngacak rambutnya."Pak Bayu mau ke mana?" Riska sadar Bayi sudah bangun."Apa yang terjadi semalam?"Riska memperlihatkan wajah sendu. Lalu, dia menangis tergugu di depan Bayu."Pak Bayu telah merenggut kesucian saya."Bayu mengusap wajah kasar. Dia merasa telah kedua kali mengkhianati Asti jika sang istri tahu, entah apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Bayu berpikir kenapa bisa melakukan itu pada Riska?Gegas Bayu merapikan baju hendak pulang. Namun, Riska mencegahnya. Dia ingin Bayu bertanggungjawab atas apa yang telah mereka perbuat semalam."Pak, bagaimana dengan saya?"

  • Kubalas Madu Dengan Racun   Petaka Kedua (2)

    Beberapa hari Bayu disibukkan dengan pekerjaan kantor Hingga larut malam. Riska sebagai sekertaris pun ikut mendampingi Bayu dalam melakukan kegiatan di luar maupun di dalam kantor.Gadis itu sangat bersemangat, beberapa kali Bayu mengantarnya pulang karena memang sudah larut malam. Malam ini, dia pun kembali diantar sang bos ke rumah kontrakan miliknya."Pak, mampir dulu," ajak Riska."Sudah malam, Ka.""Baru jam delapan malam, Pak. Sebentar saja," bujuk Riska.Bayu berpikir tidak ada salahnya karena hanya sebentar di rumah Riska. Dia masuk mengikuti langkah gadis itu. Leher jenjang Riska membuat dirinya menelan Saliva. Sudah hampi dua bulan ini dirinya tidak bertemu sang istri, hingga membuat Bayu merindukan hasrat bersama sang istri."Duduk, Pak. Saya buatkan minum dulu," ucap Riska."Iya."Riska kembali ke ruang tamu beberapa menit membawa segelas kopi."Ini, Pak. Saya mau mandi sebentar, Pak Bayu istirahat saja dulu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status