Share

Kubalas Madu dengan Manisnya Racun
Kubalas Madu dengan Manisnya Racun
Penulis: May za

Oleh-oleh Suamiku

Penulis: May za
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-03 06:10:31

Terbangun sendiri tanpa suami disisiku bukanlah hal yang asing bagiku, suamiku sering melakukan perjalanan bisnis mewakili ayahku yang sudah ingin pensiun dari perusahaannya.

Perusahaan ayah kelak akan menjadi milikku semuanya, karena aku satu-satunya anak dari orang tuaku.

Tidak ada yang berbeda dipagi ini, semua berjalan dengan semestinya, berulang kali aku mematut diri didepan cermin, pagi ini suamiku berjanji akan pulang, bahkan dia berkata membawa oleh-oleh untukku.

Sebab itu aku harus tampil sempurna didepannya, aku tidak ingin suamiku kecewa dengan penampilanku.

Terdengar suara mobil masuk halaman rumah, tanpa melihat aku tau itu mobil suamiku, gegas aku keluar kamar menuju ruang depan bersiap menyambut suami tercintaku.

Dan benar saja saat pintu terbuka suamiku dengan gagahnya berdiri didepan pintu, aku yang bersiap menghambur kedalam pelukannya seketika menghentikan langkah meskipun Mas Rian sudah merentangkan tangan bersiap menyambut pelukanku.

"Sayang kamu tidak rindu, kenapa tidak memelukku?" Tanya Mas Rian saat menyadariku terpaku ditempat.

Pandanganku tidak lepas dari perempuan yang berdiri dibelakang mas rian.

"Sayang?" Suamiku mendekat saat meyadariku tak bergerak dari tempat. Ia memeluk pundakku memabawaku lebih dekat dengan perempuan yang tak asing bagiku.

"Sayang kenalin dia Sarah, adik madumu." Tanpa basi-basi Mas Rian mengenalkan perempuan itu sebagai adik madu.

'Apakah ini yang dia maksud oleh-oleh?' Jangan ditanya bagaimana perasaanku, seperti ada serpihan kaca yang menancap dihati, perih itulah yang kurasa.

Sesaat otakku seperti tidak berfungsi, aku tidak bisa dengan mudah mencerna kalimat suamiku,

hingga panggilan Mas Rian menarikku dari gelapnya hati.

Aku masih terdiam, bahkan tidak menjabat uluran tangan dari perempuan yang dibawa Mas Rian.

Aku mengenal jelas siapa perempuan itu, dia sahabatku waktu berseragam putih abu-abu, meski tidak pantas dibilang sahabat dengan apa yang pernah dia lakukan terhadapku.

Seketika keinginan untuk balas dendam terlintas dipikiranku.

"Ya Mas?" Aku menjawab panggilan yang sudah entah keberapa.

"Maaf." Mas Rian yang menyadari perubahanku meminta maaf. "Mas akan jelaskan."

"Masuklah," ajakku acuh.

"Sayang, maafin Mas." Mas Rian yang sudah duduk didekatku kembali meminta maaf.

"Jelaskan."

"Dia Sarah ......."

"Aku tau, Mas sudah mengatakannya tadi." Pura-pura saja aku tidak mengenalnya, dan sepertinya Sarah juga begitu, pura-pura tidak mengenalku.

"Maafkan Mas, Mama memaksaku untuk menikah lagi, beliau menginginkan seorang cucu."

'What!!!!!!!! cucu????? sejak kapan Mama mertuaku menginginkan sesuatu selain uang?' Aku menjawab kalimat Mas Rian dalam hati.

Aneh saja, mertuaku yang notabene gila harta sejak kapan memiliki keinginan lain selain money.

"Mas janji akan adil terhadap kalian." Mas Rian kembali berkata saat aku tak menjawab kata-katanya.

"Adil soal apa Mas?" Tanyaku.

"Mas akan menafkahi kalian secara adil."

"Menafkahi????? bukankah selama ini aku yang menafkahimu Mas? lalu bagaimana jika aku meminta Ayah untuk memecatmu?" Aku berkata dengan setenang mungkin.

Kulihat wajah Mas Rian berubah pias, begitupun dengan perempuan yang katanya sebagai maduku, wajahnya seperti tersirat keterkejutan.

"Jangan dibahas," aku tau Mas Rian tidak bisa menjawab pertanyaanku. "Apa statusnya?" Aku mengalihkan pembicaraan soal nafkah.

"Dia gadis."

'Gadis????' Bukankah terakhir kali aku mendengar kabarnya dia telah menikah dengan lelaki hasil merebut dariku, lalu kenapa sekarang dia mengaku gadis, rencana apa yang ada diotak liciknya..

Baiklah kali ini aku akan mengikuti permainannya.

"Benarkah?? wahhh beruntung sekali suamiku mendapatkan seorang gadis," kulirik Sarah yang seperti salah tingkah.

Tenang Sarah, aku tidak akan membongkar bangkaimu sekarang.

"Sarah!"

"Ya....." kata-katanya menggantung sepertinya dia bingung harus memanggilku apa.

"Panggil aku Mba,, sekarang kamu adik maduku." Dan aku akan menjadi kakak racunmu.' Kulanjutkan kata-kataku dalam hati.

"Ya mba," meski tidak ada kerelaan namun Sarah tetap mengikuti kata-kataku.

"Darimana kamu mengenal Mas Rianku?" Ku tekankan kata Mas Rianku, agar dia tersadar bahwa Mas Rian memang milikku.

"Mamaku yang mengenalkannya, katanya dia anak temen Mama." Kali ini Mas Rian yang menjawab.

"Sudah berapa lama Mas Rian menikahinya?" Aku bertanya pada Mas Rian, kepala aku senderkan dipundaknya, biarkan saja sekalipun aku sangat membenci Rian saat ini, tapi aku ingin membuat hati Sarah panas menyaksikan kemesraanku.

"Dua bulan," jawabnya sambil membelai rambutku.

"Apakah dia sudah hamil?" Tanyaku menyelidik.

"Sudah."

'Hamil' Sarah hamil, hamil anak siapa?' Aku bermonolog dalam hati, Mas Rian mandul tidak mungkin dia bisa menghamili.

Yang Mas Rian dan Ibunya tau akulah yang mandul, karena aku mengaku seperti itu demi menjaga harga diri Mas Rian, tapi tidak disangka kebaikanku mereka balas dengan pengkhianatan.

"Sudah berapa minggu?"

"Tujuh minggu," hebat memang Sarah bersandiwara,

" Mas, apakah kamu ingin aku menerima Sarah dirumahku?" Aku menangkup kedua pipinya agar menghadapku, masih terpancar jelas dimatanya rasa cinta dan kerinduan mendalam untukku.

Hanya anggukkan kepala sebagai jawaban dari Mas Rian, matanya tak lepas menatapku, membuat wanita yang duduk berhadapan denganku menahan emosi.

"Baiklah aku punya beberapa syarat!"

"Katakan sayang!"

"Sarah harus tidur dikamar tamu, dia juga harus melakukan pekerjaan ibu rumah tangga, termasuk mencuci dan bersih-bersih rumah, memasak hanya untuk dirinya, dan dirimu jika kamu mau, untukku aku akan memasak sendiri, kulkas itu area pribadiku jangan menyentuhnya, dan satu lagi aku tetap jadi satu-satunya nyonya dirumah ini." Aku tidak ingin ditindas. Kulihat wajah Mas Rian dan Sarah secara bergantian, terlihat jelas raut keberatan diwajah mereka, biarkan saja jika mereka tak setuju boleh angkat kaki dari rumahku.

"Memangnya disini tidak ada ART?" Jelas Sarah sangat tidak setuju dengan syarat dariku yang memintanya mengerjakan pekerjaan rumah.

"Ada, tapi dia hanya melayaniku," jawabku acuh tanpa memandang wajahnya.

"Jika kamu mau, silahkan cari ART sendiri untuk melayanimu, bayar dengan uang bulananmu yang dari Mas Rian, jangan memberatkan lelakiku dengan memintanya membayar ART juga, bagianmu lantai bawah, kamu tidak perlu membersihkan lantai atas!" Perintahku seperti tidak ingin dibantah.

"Sayang apa itu tidak keterlaluan?" Mas Rian juga sepertinya keberatan.

"Jika kalian menganggap aku keterlaluan, aku rasa kalian masih tau pintu keluar," meski tersenyum saat mengatakan namun tak dapat dipungkiri ada yang berdenyut didalam diriku, hati.

"Maksudmu? kamu mengusir kami?"

"Tidak Mas, hanya saja jika tidak betah tinggal dirumahku, aku juga tidak akan memaksa diri untuk menahan kalian tetap tinggal." Masih dengan senyum yang menghiasi wajahku.

"Mas pasti cape ya, apa tidak ingin istirahat dulu?" Tanpa menunggu mereka menjawab perkataanku, aku kembali berkata mesra pada Mas Rian, tujuannya tentu saja untuk membuat Sarah cemburu.

Dan benar saja wajahnya terlihat seperti baju baru keluar dari mesin cuci.

"Bi Nani!" Aku memanggil asisten rumah tanggaku, memintanya mengantarkan Sarah menuju kamar tamu, bahkan dari tadi aku lupa menawari mereka minum.

"Ya non?" Bi nani berlari tergopoh-gopoh dari ruang belakang.

"Tunjukan kamar tamu untuknya, tunjukan saja tidak usah membantu membereskannya."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Racun   Bab 19

    "Brengsek kamu!" Teriak seorang wanita, aku yang hendak bangkit mengurungkan niatnya. Kembali duduk dan melihat, ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."Ma-maya?" Lelaki itu tergagap menyebut nama wanita yang baru saja datang dengan sejuta kemarahan yang siap ia luapkan."Kenapa? Kaget?" Wanita itu tersenyum sinis dengan seringai diwajahnya. "Kamu memang tidak pantas membersamaiku." Lanjutnya lagi."May maafkan aku, aku janji tidak akan mengulanginya lagi, aku dijebak may, percayalah perempuan licik ini yang menggodaku."Elak lelaki yang tidak aku tahu namanya."Mas!" Teriak Sarah tidak terima. "Bukannya kamu janji akan menikahiku setelah berhasil menguasai harta wanita tua itu." Sarah menunjukan jarinya kearah perempuan bernama Maya.Sepertinya pertunjukkan semakin menarik, dan sarah juga belum menyadari keberadaanku."Jaga ucapanmu perempuan murahan!" Kata Maya sambil melirik kearah perut Sarah. "Mungkin kamu bisa dengan mudah menipu pria bodoh ini, tapi tidak denganku.""Ma

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Racun   Bab 18

    KESIALAN SARAH🦋🦋🦋Saat beralih dari buku menu menghadap pintu masuk, aku melihat sosok yang sangat aku kenal sedang menggandeng pria dengan mesra."sarah!" Teriakku dalam hati, kalau teriak beneran bisa disangka orang gila, dan juga bisa menyebabkan target buronan kabur.Jiwa kepoku meronta-ronta ingin segera dituntaskan, tentang bagaimana sarah bisa kabur padahal aku sudah meminta Pak Roni untuk berjaga dengan siaga.Pasti ada yang tidak beres dengan kelakuannya."Liatin apa sih?" Bunda mengagetkanku. Tiba-tiba saja sudah ada didepanku mengikuti arah pandanganku."Owh sahabat laknat?" Tanya Bunda lagi sebelum aku menjawab pertanyaan sebelumnya. Sebenarnya ini bukan pertanyaan lebih tepatnya pernyataan."Tidak usah heran dia memang seperti itu abaikan saja." Bunda berkata lagi setelah tidak ada jawaban terdengar dari bibirku.Apa tadi Bunda bilang, dia memang seperti itu? Artinya Bunda tahu kelakuan sarah yang sebenarnya? Atau Bahkan tahu lebih banyak dari sekedar yang aku tahu..

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Racun   Bab 17

    "Apa!"Aku dan Alea berteriak bersama, dan Pak Arfa yang katanya manager jangan ditanya, mengangkat kepala saja tidak berani.Bagaimana bisa aku yang notabene anak Bunda Lisa tidak tahu jika butik ini milik Bundaku.Kemana saja aku selama ini? Bahkan masuk butik ini saja baru pertama kali, aku memiliki butik langgananku sendiri yang memang milik Bunda juga. Tapi tentang butik ini aku sama sekali tidak mengetahuinya.Bahkan saat opening saja aku tidak diundang, benar-benar Bunda durhaka sama anak."Biasa aja kali beb," kata Bundaku santai. Apa katanya tadi, biasa? Bagaimana bisa aku bersikap biasa dengan keterkejutan ini, seberapa banyak aset yang Bunda miliki, apakah ini butik terakhir yang tidak aku ketahui setelah beberapa waktu lalu restoran tempat aku dipermalukan karena lupa bawa dompet saat makan bersama teman-teman ternyata juga milik Bundaku dan parahnya awalnya aku juga tidak mengetahui jika restoran itu milik Bunda.Yang aku tahu Ayah hanya seorang pengusaha tekstil tempat

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Racun   Bab 16

    "Mba Aku mau gaun itu!" Kata seorang wanita dimeja kasir ketika melihat gaun yang akan aku beli belum dimasukan papperbag.Enak saja katanya, mau ini. Padahal aku dulu yang menginginkannya."Maaf Nona tapi baju ini milik Nona yang ada dibelakang anda," kata pelayan itu ramah, yang aku tau dari nametagnya bernama Rina, sambil menunjuk kearahku."Tapi aku menginginkannya." Kata perempuan yang aku belum tau wajahnya seperti apa, karena meskipun mbak pelayan sudah memberitahu itu milikku yang ada dibelakangnya, perempuan itu tetap tidak mau menengok kebelakang."Sekali lagi mohon maaf nona, tapi ini memang sudah dibeli, Nona bisa memilih model dan warna lain." Mbak pelayan masih bersikap ramah dan mencoba sabar menghadapi pembeli tak ada akhlak model perempuan begitu.Mau tidak mau akhirnya perempuan itu menghadap kearahku, kemudian tersenyum sinis."Dia tidak akan pernah bisa membayar, lihat saja penampilannya." Katanya sambil memandang remeh kearahku.Aku yang memakai kacamata hitam mem

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Racun   Bab 15

    "Kalian mau kemana?" Begitu sampai diujung tangga paling bawah, Lagi-lagi Mama mengganggu momen romantisku."Mengantar Ana kedepan." Jawab Mas Rian singkat.Kami berjalan beriringan menuju pintu."Mengantar!" Tanya Mama namun dengan suara yang sedikit keras, lebih seperti bentakan, ah entahlah, bertanya tapi dengan sebuah penekanan.Kami menghentikan langkah yang memang belum benar-benar keluar pintu."Iya ma, Ana akan pergi," Mas Rian menjawab.Biarkan saja Mama menjadi urusan Mas Rian aku malas meladeninya."Sendiri? Benar-benar istri urakan, malam-malam keluyuran sendiri padahal ada suami, dan suami hanya mengantar sampai depan, kasihan sekali kamu Rian dapat istri tidak punya moral." Panjang lebar Mama memberi ceramah, lebih tepatnya cacian."Sudah selesai ma? Tanyaku, "bukankah itu baik jika Ana pergi sendiri, artinya Mas Rian ada dirumah tanpa aku, dan Mama bisa melaksanakan aksinya untuk mendekatkan Mas Rian dengan Sarah?" Aku berkata dengan pelan."Bagus lah jika kamu sadar di

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Racun   Bab 14

    RASA YANG SAMA🍒🍒🍒"Ma, itu punya Ana!" Teriak Mas Rian, Baru kali ini aku melihat Mas Rian berani berkata dengan menaikan nada beberapa oktaf, biasanya dirinya akan berbicara dengan lembut."Ka-kamu berani membentak Mama?" Mama juga sepertinya shok mendengar perkataan Mas Rian.Sebenarnya ini belum bisa dibilang membentak.Hanya karena Mas Rian selalu berbicara lembut setiap harinya, sekalinya berkata sedikit keras sudah terasa seperti membentak."Maaf Ma, bukan maksud Rian membentak Mama," Raut bersalah jelas terlihat diwajah Mas Rian."Memang wanita mandul itu bukan wanita baik-baik, membawa pengaruh buruk sama kamu!" Mama menatap kearahku.Selalu seperti itu, apapun yang terjadi aku selalu menjadi kambing hitamnya.Tidak pernah sekalipun wanita itu menghargaiku, aku memang tidak pernah peduli akan hal itu, dulu aku hanya ingin berbakti, tapi sekarang? entahlah, apakah aku masih kuat bersandiwara atau tidak.Terlalu sakit jika terus mendapat hinaan seperti ini, ingin rasanya mem

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Racun   Bab 13

    POV DIANA🍒🍒🍒SUAMI IDAMAN🍒🍒🍒"Bibi!" Teriakku, betapa terkejutnya aku begitu keluar kamar melihat Bi Nani sedang berguling ditangga.Aku berlari kearah Bi Nani, beruntung Bi Nani masih berada ditangga bagian bawah sehingga lukanya tidak terlalu serius."Bi, apa yang sakit?" Tanyaku, aku memeriksa seluruh tubuh Bi Nani."Bibi tidak apa-apa non, hanya kakinya yang terkilir," aku sedikit lega mendengar penuturan Bi Nani.Jika terjadi apa-apa dengannya, aku tidak bisa memaafkan Mama mertuaku."Kita ke Dokter Bi!" Aku tidak bisa diam saja melihat keadaan Bi Nani yang untuk berdiri saja merasa kesakitan."Tidak perlu Non, nanti diurut juga baikan."Bi Nani memang tidak pernah mau merepotkan siapapun, termasuk aku."Tidak! pokoknya Bibi harus ke Dokter! Ini perintah, tidak menerima penolakan!" Tegasku.Aku memapah Bibi menuju mobil, sebelum benar-benar keluar aku memandang Mama dengan tajam "Jika terjadi apa-apa dengan Bi Nani, Mama harus tanggung jawab."Mama tidak bergeming, masih m

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Racun   Bab 12

    POV AUTHOR🍒🍒🍒BUAH SIMALAKAMA🍒🍒🍒"Sarah mau kemana?" Ana sedang duduk diruang televisi, mendapati Sarah sudah berpakaian rapih."Bukan urusanmu!" Ketus Sarah."Aku tanya mau kemana?" Tanya Ana lagi dengan santai kaki disilangkan duduk dengan anggun bak seorang nyonya besar."Sudah aku bilang bukan urusanmu!"Sarah tidak terima ketika Ana ikut campur urusan pribadinya.Sarah berlalu meninggalkan Ana yang masih duduk santai disofa empuknya.Namun bukan Ana namanya jika membiarkan mangsa lari begitu saja."Pak jangan biarkan siapapun keluar dari rumah ini tanpa ijinku!" Ana menelpon security yang bertugas menjaga rumah Ana.Dengan patuh Pak Dirman yang mendapat sift jaga siang segera mengunci pintu gerbang."Pak Dirman buka gerbangnya saya mau keluar!" Teriak Sarah.Pak Dirman menulikan telinga, seolah-olah tidak mendengar apapun.Semua pekerja berada dipihak Bos mereka, sekalipun kepada Fatma yang notabene mertua dari Nona mereka, nyatanya tetap mereka tidak ingin patuh."Pak tu

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Racun   Bab 11

    TENTANG DENDAM🍒🍒🍒"Bukannya kamu yang mandul, jangan memutar balikan fakta!" hebat secepat itu bisa menguasai keadaan."Faktanya akan kamu lihat, jika kamu sudah lelah dengan rencanamu yang tidak akan ada hasilnya."Aku berdiri dari dudukku, berjalan menuju pintu keluar."Ingat, jangan katakan kepada siapapun tentang keadaan Mas Rian jika masih ingin diberi nafkah."Aku berkaa lagi sebelum benar- benar keluar pintu."Apa yang kamu lakukan dikamar sarah?" Saat baru menutup pintu kamar yang ditempati Sarah, Mama keluar dari Singgasana ternyamannya."Sejak kapan kamar itu menjadi kamar sarah? aku hanya meminjamkannya, tidak memberikan, jadi kapanpun aku mau aku bisa mengambilnya kembali."Salahkah aku jika berani melawan kata-kata mertua."Ana, Mama butuh uang!" Katanya dengan nada sombongnya, memangnya aku peduli dengan apa yang Mama butuhkan.Dulu aku pasti akan menjawab 'berapa?' sekarang, masa bodo."Terus? Apa peduliku?" Kataku dengan santai sambil berlalu menuju lemari pendingi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status