Hanya sebuah pesan saja bisa membuat aku begitu sangat senang dan membayangkan hal yang indah-indah. Aku menjadi enggan turun ke bawah untuk menemani Mayang makan malam beserta dengan ibu dan keluargaku yang lain.Setelah mandi, aku langsung melakukan ibadah fardhu dengan sangat khusyuk dan sengaja diperlama agar tidak jadi makan malam bersama. Tapi sayangnya mama malah menyusul ke kamar bahkan membawa serta Mayang untuk ikut serta mengajak makan malam."Kenapa sih nyusulin ke kamar Ash?""Ajak kamu turun lah. Mama sampai capek nungguin kamu selesai mandi," ucap mama. "Mama pikir kamu ketiduran jadinya ajak Mayang sekalian ke atas. Kalau sudah selesai salatnya langsung turun ke bawah, ya?""Hm."Aku tidak langsung menyetujui karena Mayang juga seperti enggan untuk turun. Yang lebih menyebalkan adalah Mayang yang tetap berada di sana tanpa ikut dengan mama, jelas membuat aku merasa kesal kenapa Mayang tidak turun ke bawah."Tunggulah saya di meja makan, kita akan makan bersama-sama
"Ashraf, mama kecewa semalam dengan kamu yang tidak bisa bersikap baik terhadap Mayang. Dia datang jauh-jauh demi bisa makan malam dengan kamu dan mengajak kita mengobrol tetapi kamu malah diam saja dan tidak menanggapi semua ucapannya. Kesannya seperti, kamu tidak ingin menikah sampai tua."Ucapan Mama sudah membahas ini, itu artinya mama semalaman memikirkan tentang sikapku dan harus aku pikirkan bagaimana nanti kedepannya. Jika sudah begini aku harus berusaha untuk bersikap sebaik mungkin dan mengubah keputusan Mama untuk menjodohkan aku dengan Mayang."Bang Ashraf itu Lagi sariawan Mama makannya diem aja," kekeh Fildan."Iyakah?" Mama terlihat memperhatikan bibirku dan aku hanya menggeleng pelan lalu beranjak dari tempat makan."Ash, Mama belum selesai ngomong loh. Kok main Pergi saja," teriak mama."Ya sudah sih, Ma. Ashraf itu bukan anak kecil yang harus apa apa diatur, Ma. Kalau memang dia nggak suka sama Mayang ya biarin saja, pasti dia sudah punya pilihan sendiri," ucap Papa
Materi aku sampaikan sesuai dengan apa yang harus aku ajarkan. Namun suara dari luar kelas membuat kami semua terganggu dan akhirnya penasaran dengan suara apa itu. Aku keluar untuk melihatnya Begitu juga dengan mahasiswa yang lain hingga aksi Fildan membuat aku benar-benar kaget. Adikku itu … ah, ya ampun. Aku menengok ke arah Nina yang juga tidak kalah terkejutnya dengan ku. Dipandang oleh seluruh mahasiswa membuat aku jadi salah tingkah. "Seorang mahasiswi cantik bernama Nina Ramadhani, maukah engkau menjadi kakak iparku? Aku sedang membantu apa aku melamarmu jadi tolong terimalah biar aku bebas untuk memilih pacar," teriak Fildan yang menggunakan tuas sebagai media untuk menembak Nina.Terlihat di tangannya sebuah selebaran bertuliskan ajakan menikah denganku dan itu benar-benar membuatku malu karena banyak sekali mahasiswa. Mungkin Jika aku seorang mahasiswa juga tidak masalah tetapi aku adalah seorang dosen, gimana pasti hal semacam ini akan menjadi sorotan dan contoh.TerimaT
Pov NinaAku tidak menyangka kalau Bang Ashraf bakalan mengajakku menikah lagi. Dulu, saat dia melamarku, aku sedih bukan main karena sudah yakin akan ditentang keluarganya. Meskipun sekarang masih sama, tapi ada ayahnya dan Fildan yang katanya sudah merestui. Bahkan Fildan membuat kejutan di kampus hingga membuatku terpana dan tak menyangka.Setelah dari kampus, Bang Ashraf langsung menuju ke rumah Ibu. Dia serius dengan lamarannya dan menyatakan niat baiknya pada Bang Hadi. Aku pun lebih banyak diam dan menyimak bagaimana cara Bang Ashraf melamarku. Dia begitu berwibawa, bahkan mengatakan dengan lantang akan datang bersama keluarganya minggu besok.“Aku butuh waktu untuk mendiskusikan ini, tapi yang jelas aku serius melamar Nina untuk jadi istriku,” ucap Bang Ashraf.Ibu terlihat tersenyum, lalu mengangguk pelan. Bang Hadi pun memberikan jawaban yang cukup menggetarkan hatiku. “Sekiranya serius, datang saja. Pintu rumah ini terbuka untukmu yang sudah terlihat baik budinya. Yang pe
Pov AshrafAku akhirnya pulang dengan hati yang berbunga setelah mendapatkan restu dari kedua orangtua Nina. Tinggal aku katakan pada semua orang di rumah bahwa aku sudah akan menikahi Nina. Satu satunya orang yang harus aku temui dulu adalah Papa. Papa adalah orang yang mungkin bisa menjadi penengahku jika nanti Mama protes karena aku ingin menikahi wanita yang dulu ditentang Mama untuk aku nikahi.Aku langsung menuju ke kantor Papa. Aku menghubungi Fildan untuk memastikan Papa ada di kantor. Fildan cukup cerdas ternyata untuk jadi comblangku. Dengan kejadian di kampus tadi, Nina pasti tak ada keraguan lagi untuk menerimaku. Mungkin dia malu dengan status jandanya, tapi aku harus jadi orang yang menenangkan baginya. Bukankah cinta tak perlu alasan?Sesampainya di kantor, Papa baru aku hubungi. Papa terlihat kaget mendengarku sudah ada di kantor. Di sana sudah ada Fildan yang ternyata lebih dulu sampai.“Duluan aku nih, apa aku dulu nih yang nikah?” kekeh Fildan.Aku menoyor pundak
Pov AshrafSetelah mendapatkan dukungan dari ayah dan Fildan, tentu aku semakin yakin jika pernikahan ini pasti akan terjadi. Aku memutuskan untuk kembali ke rumah bersama dengan mereka dan kita akan membicarakannya bersama-sama saat makan malam nanti."Mama mau bicara sama kamu, Ashraf," ucap Mama saat Aku baru saja masuk ke dalam kamar.Padahal aku sudah hendak berbicara dengan mama saat nanti selesai makan malam tetapi Mama justru menghampiriku saat baru pulang. Ini benar-benar suatu hal yang mendebarkan dan aku berharap Mama tidak memintaku untuk aneh-aneh sebelum Aku mengatakan hal yang sebenarnya ingin aku sampaikan nanti."Ada apa, Ma? Ashraf begitu lelah dan ingin sekali mandi terlebih dahulu. Kita bicara nanti aja selepas makan malam.""Gak bisa, Mama harus bicara sekarang karena Mama cuman butuh ngomong sama kamu. Bukan sama papa atau adik kamu yang tidak bisa sepaham dengan Mama," tegas mama.Terpaksa aku pun harus duduk kembali dan harus bersiap mendengarkan semua ucapan m
Mama tidak menjawab semua pertanyaan yang aku ucapkan saat di kamar dan dia langsung keluar tanpa memberikan pernyataan apapun. Aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan terus memanjatkan doa Semoga Tuhan membolak-balikkan hati Mama yang keras dan tidak pernah merestui hubunganku dengan Nina.Saat makan malam berlangsung Mama juga masih bungkam dan tidak mau bicara. Dia hanya melayani papa dan juga Fildan tetapi tidak mengajakku berbicara. Aku pun tidak berani membuka percakapan dan memilih untuk menyelesaikan makan malamku dengan cepat lalu keluar dari rumah untuk mencari angin segar. Takut terlalu buntu untuk memikirkan hal ini aku memutuskan untuk menemui Mayang dan berharap dia bisa membantuku untuk meluluhkan hati Mama. Tidak ada yang berani mencegahku jika aku sudah mode marah seperti ini termasuk papa dan Fildan. Sikap dingin dan juga arogan ku memang menurun dari mama tetapi Mama tidak menyadarinya. Maka dari itu aku dan mama sering sekali bertengkar hanya karena sama-sama
Aku yakin Mayang tak begitu suka dengan jawabanku. Namun, itu sudah resiko jatuh cinta. Jika tidak meninggalkan maka ditinggalkan. Dia pun tak mengatakan apapun lagi setelah itu di ponsel, padahal biasanya dia selalu mengirimkan pesan di malam hari sebelum aku tidur.“Kamu tadi malam mendatangi Mayang?” tanya Mama saat pagi ini aku sedang sarapan. Aku pikir mama masih marah, nyatanya dia mau bicara juga denganku meskipun pertanyaannya seputar Mayang.“Iya. Aku hanya ingin meluruskan sesuatu yang bisa menimbulkan fitnah dan kesalahpahaman. Aku sudah percaya menikahi Nina dan sudah melamarnya kemarin. Tidak mungkin aku menerima permintaan keluarga Mayang untuk menikah. Jadi, sebagai lelaki yang baik tentunya aku nggak mau memutus hubungan silaturahmi mama dengan keluarga mereka meskipun kita tidak bisa jadi keluarga besan. Aku sedang berusaha untuk menjadi lelaki jantan, makanya aku menemuinya untuk mengatakan dengan baik-baik agar tidak berharap padaku lagi,” ucapku.Mama tidak menga