Share

Putar otak

Sejak aku minta izin kerja dan ditolak mentah mentah sama Mas Ahmad, aku pun hanya bisa pasrah. Setiap hari, Ibu mertua merepet dan meminta banyak hal padaku. Menyuruhku ini itu, sampai telinga rasanya panas dan berdengung. Lagi lagi, emosiku hanya reda jika Mas Ahmad sudah menenangkanku.

Sabar.

Begitu yang Mas Ahmad selalu ucapkan. Entah sampai kapan sabar ini harus aku jalani. Nyatanya, paket sabar unlimited tak mungkin dijual di toko kelontong sehingga aku pun berada di titik jenuh dan stress setiap hari nya.

“Ahmad belum sembuh?” tanya Mbak MIta dengan tatapan mengejek seperti biasanya.

“Liat aja di dalam, pake tanya lagi,” jawabku malas, tanganku fokus mencabuti rumput.

“Ditanya songong!”

“Situ nanya belagu! Setiap hari pertanyaannya sama, nggak ada pertanyaan lain apa? Bosan dengernya,” jawabku.

Semakin hari, diladeni dan disabarkan mereka semakin melunjak. Mereka selalu saja memancing amarahku bahkan dengan mengatakan hal-hal yang kadang membuat ku harus mengeluarkan kata-kat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status