Share

Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri
Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri
Author: Nurhasna

Curiga

Author: Nurhasna
last update Last Updated: 2023-12-04 15:11:55

Enam bulan belakangan ini aku merasa Mas Alan berubah, selalu pulang larut malam bahkan terkadang ia tidak pulang ke rumah. Alasannya ia menginap di rumah ibunya. Memang rumahku dan rumah ibu mertua berada dalam satu kota.

"Mas, besok aku mau ke rumah ibu," ucapku.

"Mau ngapain ke rumah ibu?" tanya Mas Alan seakan ia keberatan kalau aku ke rumah ibunya.

"Yah mau ketemu ibu lah, lagian kan sudah lama juga aku tidak kesana," jawabku mengoles skincare malam ke wajah.

"Kalau tidak ada yang penting mending kamu di rumah saja," 

Lagi-lagi Mas Alan menghalangiku untuk ke rumah ibu.

"Memangnya kenapa sih, Mas? Aku tidak boleh ke rumah ibu kamu?" tanyaku menatapnya.

"Yah, bukan gitu, Rin," jawab Mas Alan.

"Ya udah kalau kamu larang aku ke rumah ibu kamu, besok aku ke kantor saja, mau lihat keadaan kantor," ucapku.

"Mau ngapain kamu ke kantor?" tanya Mas Alan jutek.

"Kamu nanya mau ngapain, Mas, jelas aku mau lihat keadaan perusahaan papaku lah. Kamu lupa perusahaan itu milik papaku yang sebentar lagi akan jadi milik aku," jawabku kesal.

Awalnya Mas Alan seorang karyawan biasa di perusahaan papa namun karena kinerjanya yang bagus juga ia termasuk karyawan yang rajin dan disiplin akhirnya papa mengangkat Mas Alan sebagai general manager. Tidak hanya itu, papa juga menjodohkan aku dengan Mas Alan. Alasannya supaya nanti ada yang bisa membantuku menangani perusahaan. Awalnya aku menolak namun, begitu bertemu dengan Mas Alan aku berubah pikiran, aku terpesona dengan ketampanan Mas Alan juga sikap dia yang sangat sopan.

Aku dan Mas Alan menikah dua tahun yang lalu namun enam bulan belakangan ini dia selalu melarang jika aku mau ke rumah ibunya. Selalu ada alasannya setiap kali aku mau kesana. Awalnya aku biasa saja namun, makin hari aku semakin curiga dengan perubahan sikap Mas Alan, semoga ini hanya perasaanku saja.

"Kenapa sih, Mas, akhir-akhir ini kamu selalu saja melarang ku ke rumah ibu?" tanyaku akhirnya

"Lagian buat apa juga kamu kesana, buang-buang waktu saja, mending di rumah fokus kerjaan rumah, apalagi sekarang kita lagi program punya anak jadi kamu tidak boleh capek," jawab Mas Alan.

"Aku curiga, jangan-jangan ada yang kamu sembunyikan dari aku, Mas," ucapku lagi.

"Jangan ngaco kamu, Airin! Mas Alan membentakku.

"Kamu bentak aku, Mas?" tanyaku tidak percaya.

"Habis kamu sih ngeyel banget kalau dibilangin," jawab Mas Alan ketus, kemudian ia berjalan ke arah pintu kamar.

Braak!

Mas Alan membanting pintu dengan sangat keras. Dia kenapa sih, harusnya kan aku yang marah.

Ini tidak bisa dibiarkan, Aku akan cari tahu sendiri ada apa di rumah ibu Mas Alan.

Aku mengambil ponsel untuk menelpon seseorang namun sebelum itu aku harus pastikan dulu Mas Alan tidak mendengarnya.

Setelah aman, aku menelpon Rendi orang kepercayaan papa.

"Halo, Rendi, saya ada tugas buat kamu," ucapku begitu Randi menjawab telpon.

"Katakan saja, Non Airin," jawab Rendi.

"Saya mau mulai kamu awasi rumah ibu mertua saya," ucapku.

"Siap laksanakan, Non," jawab Rendi.

"Okay, saya tunggu laporan dari kamu," ucapku kemudian mematikan sambungan telpon.

Setelah itu aku mengambil laptop untuk menonton serial drama Korea favoritku yang belum selesai kunonton. Aku melirik jam, masih jam sembilan malam. Bisalah kunonton satu episode sebelum tidur.

Saat sedang asyik menonton, Mas Alan masuk ke kamar. Ia membuka lemari dan mengganti piyama tidurnya dengan setelan kemeja.

"Mau kemana, Mas?" tanyaku heran.

"Ke rumah ibu, barusan dia telpon katanya tidak enak badan," jawab Mas Alan sambil memaki baju.

"Aku ikut yah," ucapku antusias.

"Tidak usah, kamu di rumah saja," jawab Mas Alan ketus.

"Katanya ibu sakit, aku mau lihat keadaan ibu, Mas," ucapku bersikukuh ingin ikut.

"Airin, kamu di rumah saja, lagian aku cuma sebentar kok," ucapnya lagi.

Akhirnya aku mengalah dan melanjutkan menonton. Mas Alan keluar dari kamar, aku mengikutinya sampai di teras. Saat mobil Mas Alan sudah agak jauh aku menelpon Rendi.

"Halo, Ren, tolong kamu ke rumah ibu mertuaku sekarang, Mas Alan sedang menuju kesana," ucapku begitu Rendi menjawab telponnya.

"Baik, Non," jawab Rendi kemudian aku memutuskan sambungan telpon.

Setelah itu aku kembali masuk ke kamar Kembali melanjutkan menonton serial drama Korea.

Satu jam berlalu, ponselku berdering. Ternyata Rendi yang menelpon, jantung ku seketika berdetak tidak karuan, aku takut mendengar apa yang akan disampaikan oleh Rendi, aku takut kalau kecurigaanku selama ini menjadi kenyataan.

"Halo, Ren," ucapku pelan.

"Saya di depan sudah di rumah ibu mertua, Non, dan saya juga melihat ada perempuan muda yang membukakan pintu begitu Pak Alan sampai," jelas Rendi.

Deg!

Perempuan muda, apakah ini sebabnya selama ini Mas Rendi menghalangi ku untuk ke rumah ibu.

"Begitu melihat Pak Alan, perempuan itu langsung memeluk bapak, Non," lanjut Rendi yang semakin membuat napasku naik turun.

"Kalau, Non, tidak percaya, saya akan kirim fotonya," ucap Rendi lagi.

"Okay, kirim fotonya sekarang," ucapku lalu mematikan sambungan telpon.

Ting!

Aku segera membuka pesan dari Rendi Dan benar saja di foto yang dikirim Rendi tampak seorang perempuan muda membuka pintu sambil tersenyum ke arah suamiku bukan hanya itu di foto selanjutnya dia juga memeluk Mas Alan, tunggu. Mas Alan juga balas memeluknya.

Aku mengepalkan tangan dengan sangat kuat. Mas Alan rupanya kamu sudah berani bermain api, lihat saja akan kubuat kamu terbakar dengan api yang kamu ciptakan sendiri.

Aku akan menyelidiki siapa perempuan di rumah ibu mertuaku itu, kalau itu saudara sepupu Mas Alan rasanya tidak mungkin, karena mereka terlihat begitu mesra. 

"Halo, Rendi, tolong kamu selidiki siapa perempuan di rumah ibu mertuaku itu, mulai besok awasi rumah ibu," ucapku pada Rendi di telpon.

"Baik, Bu," jawabnya.

"Saya tunggu laporan kamu," 

Aku menutup telpon dan melemparnya dengan sembarang ke atas ranjang.

***

Keesokan harinya sebelum berangkat ke kantor aku meminta Bi Minah untuk membuat sup ayam kampung kesukaan ibu. Tadi malam, Mas Alan tidak pulang katanya ia menemani ibu yang sedang tidak enak badan.

Pagi ini aku akan mengantarkan sup ayam kampung ini sekaligus sarapan dengan suami dan ibu mertuaku itu. Tentu ini sebuah kejutan untuk Mas Alan.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah ibu mertua, aku turun dari mobil dengan menenteng sebuah rantang berisi sup ayam kampung.

Tok...tok...tok...

Aku mengetuk pintu dan tidak lama kemudian pintu dibuka oleh seorang wanita muda, usianya kutaksir sekitar sembilan belas tahun. Aku memandang wanita itu dari ujung kaki sampai ujung rambut, tidak ada yang spesial dari wanita ini, bahkan soal penampilan dan fisik aku masih jauh diatasnya.

"Sayang, siapa yang datang?" 

Dapat kudengar jelas suara Mas Alan dari dalam rumah, dia memanggil wanita muda di depanku ini dengan sebutan sayang. 

"Sia...pa?" 

Mas Alan terperanjat kaget melihatku berdiri di depan pintu rumah ibunya.

"Airin," ucapnya dengan mata terbelalak.

Aku ingin sekali memakinya juga wanita muda itu namun sebisa mungkin kutahan. Aku tidak boleh bersikap

bar-bar yang akan mempermalukan diriku sendiri.

"Boleh aku masuk, Mas," ucapku tetap tenang.

"I...iya," jawab Mas Alan terbata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Akhir

    Arfin berhasil dibekuk polisi. Ia dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya. Pembunuhan terhadap Om Wisnu dan rencana pembunuhan terhadap Bu Sarti dan juga Alan.Airin bernapas dengan lega karena Arfin sudah berada dibalik jeruji besi. Kini saatnya ia mengakhiri hubungannya dengan Alan. Bagaimana pun juga ia ingin hidup dengan tentram dan bahagia tanpa dibayangi masa lalu.Proses perceraian nya dengan Alan berjalan dengan lancar yang pastinya dibantu oleh pengacara. Ia datang ke rumah Alan membawa surat cerai itu dan menyuruh Alan untuk menandatanganinya.Sementara Nuri ia sudah kembali ke kampung halamannya. Dengan segala penyesalan ia minta maaf pada Airin karena sudah mengacaukan rumah tangganya karena keegoisannya. Namun, yang ia dapat hanyalah kebahagiaan semu dan pada akhirnya ia memilih untuk pergi.Sebagai seorang kakak, Niko berjanji akan membiayai hidup Nuri dan calon anaknya. Bagaimanapun juga Nuri tetap lah saudaranya walau mereka beda ayah.Alan tidak dapat berbuat apa-

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Arfin Ditangkap Polisi

    Airin memberi Nuri ponsel yang sudah ia aktifkan fitur lokasinya. Sehingga ia akan dengan mudah melacak kemana Nuri dan Arfin pergi."Awas saja kalau sampai kamu berkhianat. Kamu akan tahu akibatnya kalau berani mengkhianati aku," bisik Airin dengan nada ancaman."Sekarang kamu temui Arfin dan lakukan sesuai rencana. Hari ini juga Arfin harus mempertanggung jawabkan perbuatannya," ucap Airin melipat kedua tangan di depan dada."Okay," jawab Nuri singkat.Berbekal uang dari Airin, Nuri mengendarai taksi online menuju kos Arfin. Tidak lama kemudian ia sudah sampai di sana. Dengan perasaan sedikit cemas ia mengetuk pintu kamar Arfin. Tidak lama berselang Arfin membukakan pintu."Nuri, ayo masuk," ucap Arfin menarik tangan Nuri."Kenapa kamu baru kesini? Kamu tahu aku sangat khawatir dengan keadaan kamu," ucap Arfin dengan nada khawatir."Aku baru bisa kabur dari Mas Alan," jawab Nuri lemah."Alan enggak ngapa-ngapain kamu kan? Dia nggak nyakitin kamu kan?" tanya Arfin cemas."Dia menyiks

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Rencana Untuk Menjebak Arfin

    "Nik, sini," panggil Airin.Niko berdiri dan melangkah ke arah Airin."Ada apa?" tanya Niko penasaran."Ini, lihat." Airin menyodorkan tabnya.Niko mengambil tab dan melihat rekaman cctv itu. Niko sangat terkejut melihat adegan demi adegan dalam rekaman cctv itu."Nik, bawa aku ketemu dengan Nuri," ucap Airin kemudian."Untuk apa?" tanya Niko."Kita bisa pakai Nuri untuk menjebak Arfin supaya mau mengakui kalau dia yang sudah membunuh Om Wisnu dan anak buahnya. Dengan begitu dia akan dipenjara dan aku tidak perlu khawatir lagi dicelakai sama dia," jelas Airin.Niko diam sejenak. Ia memikirkan perkataan Airin barusan."Okay, nanti sepulang kerja aku jemput kamu," jawab Niko."Kenapa enggak sekarang aja sih?" tanya Airin sedikit kesal."Airin sayang, sebentar lagi aku ada pemotretan," jawab Niko."Ya udah, sana pergi. Ngapain masih di sini," ucap Airin kesal."Jangan jutek gitu dong, ntar cantiknya hilang," goda Niko."Bodoh amat," balas Airin."Ya udah aku pergi yah, nanti pulang kanto

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Penderitaan Nuri

    Alan sangat murka terhadap Nuri. Ia memperlakukan Nuri seperti pembantu. Bu Sarti yang sudah mengetahui semuanya tidak dapat berbuat apa-apa. Ia juga begitu kecewa dengan perbuatan Nuri.Alan tidak ingin menceraikan Nuri karena ingin membalas perbuatannya dengan Arfin. Ia akan membuat Nuri menderita."Bangun!" bentak Alan seraya mengguyur Nuri dengan seember air.Sejak malam dimana Alan memergoki Nuri dan Arfin, ia menyuruh Nuri tidur di kamar belakang khusus untuk pembantu."Mas, kamu keterlaluan banget sih," pekik Nuri yang baru saja bangun."Jam berapa sekarang ha? Cepat bangun dan siapkan sarapan untuk aku dan Ibu," perintah Alan."Mas, sejak tadi malam aku tidak enak badan. Perutku rasanya sakit," keluh Nuri dengan tampan memelas."Aku tidak peduli! Sekarang cepat ke dapur dan siapkan sarapan aku dan Ibu," bentak Alan."Mas," ucap Nuri dengan tampan memohon dan memelas."Cepat!" bentak Alan membuat Nuri tersentak kaget.Dengan meringis kesakitan juga memegang perutnya Nuri berjal

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Akhirnya Alan Tahu

    Niko membawa Bu Wulan dan Airin ke sebuah cafe outdoor. Mereka menikmati makan malam dengan panorama alam yang didesain sedemikian rupa hingga dapat memanjakan mata pengunjung.Selama berada di cafe itu, Niko tidak pernah melepas masker, jaket dan juga topi yang dikenakannya. Ia tidak mau orang-orang yang ada di cafe mengenalinya."Masker sama topinya kenapa tidak dilepas?" tanya Bu Wulan."Ma, di sini banyak orang, aku nggak mau nanti kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi," Airin menjawab pertanyaan ibunya."Ya udah kalau begitu, kita cari restoran yang ada ruang privat nya," ucap Bu Wulan."Tapi, di sini bagus, Ma," selah Airin."Daripada Niko tidak makan, cuma lihatin kita," ucap Bu Wulan."Ya udah," ucap Airin mengalah.Setelah membayar makanan, mereka pergi dari cafe itu. Sesuai dengan usulan Bu Wulan mereka ke sebuah restoran yang ada ruang privat nya.Mereka kembali memesan beberapa menu. Setelah itu mereka diantar oleh pelayan restoran ke ruang privat."Silahkan," ucap pe

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Apakah Nuri dan Arfin Akan Berhasil?

    Setelah Arfin dan Nuri pergi dari cafe itu, Airin juga pergi. Tujuannya setelah dari cafe adalah klinik dokter Fatimah. Ia harus memberitahu dokter Fatimah tentang rencana Arfin dan Nuri.Tidak lama kemudian ia sudah sampai di klinik dokter Fatimah."Kok, tutup yah," gumam Airin setelah melihat plan bertuliskan tutup di depan pintu masuk.Airin mengambil ponselnya dari tas kemudian menelpon dokter Fatimah."Halo, Airin, ada apa?" tanya dokter Fatimah begitu menjawab telpon."Maaf kalau saya mengganggu waktu, dokter. Saya hanya ingin bertanya, kenapa klinik dokter tutup?" tanya Airin."Saya sedang ada seminar dan pelatihan di Singapura sampai dua Minggu ke depan. Ada apa Airin?" jawab dan tanya dokter Fatimah."Ah, tidak apa-apa, dokter, saya hanya ingin menanyakan hasil tes DNA Mas Alan," jawab Airin."Hasilnya akan keluar tiga Minggu lagi kan. Saya hanya dua Minggu di sini," jawab dokter Fatimah.Airin diam sejenak, ia bingung bagaimana caranya menyampaikan ke dokter Fatimah perihal

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Rencana Nuri & Arfin

    Tanpa sepengetahuan Niko, diam-diam Airin menjalankan aksinya untuk mendapatkan bukti kejahatan Arfin.Airin mendatangi pemilik indekos dan mengatakan padanya jika penghuni kamar dua belas seorang pembunuh dan saat ini ia sedang berusaha mencari bukti kuat.Airin meminta izin kepada pemilik indekos itu untuk memasang penyadap dan juga kamera pengintai di kamar yang ditempati oleh Arfin itu.Sepertinya keberuntungan sedang berpihak pada Airin. Hari itu, Arfin keluar sehingga Airin bisa masuk dan meletakkan penyadap di bawah ranjang dan kamera pengintai ditempat tersembunyi."Okay sudah selesai," ucap Airin lalu dengan cepat pergi dari sana.Setelah dari indekos Arfin, Airin mampir sejenak di sebuah cafe untuk sekadar menikmati secangkir cokelat hangat.Setelah memarkir mobil, Airin hendak turun namun ia urungkan karena melihat dua orang yang sangat ia kenal berjalan dengan bergandengan tangan memasuki cafe itu."Itu kan' Arfin sama Nuri. Wah nggak bener nih, mereka kok gandengan tangan

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Arfin Yang Meresahkan

    Setelah mengantar Alan dan Nuri melakukan tes DNA, Airin langsung menuju kantor. Banyak pekerjaan yang menumpuk karena sibuk mengatasi masalah rumah tangganya yang sudah hancur itu.Sesampai di kantor ia dikejutkan dengan Niko yang menunggu di depan ruangannya."Niko, ngapain kamu di sini?" tanya Airin mengerutkan dahinya."Kangen," jawab Niko terkekeh."Jangan mulai deh, nanti ada yang dengar terus sebar ke media, bisa jadi berita besar lagi," ucap Airin jengah."Bercanda, nggak usah cemberut gitu," ucap Niko."Jadi, ada apa kamu kesini?" tanya Airin lagi."Aku sudah berhasil menemukan Arfin," jawab Niko."Serius?" tanya Airin tidak percaya."Iya, orang suruhanku berhasil menemukannya, dia tinggal di indekos Nuri," jawab Niko."Kok bisa dia tinggal di situ?" tanya Airin lagi."Jadi waktu itu Arfin datang ke kos-an Nuri dan kebetulan waktu itu Alan juga berada di sana. Arfin berpura-pura jadi teman lama Nuri, karena Nuri sudah kembali ke rumah Bu Sarti, akhirnya Arfin tinggal di sana,

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Tes DNA

    "Aku akan memberikan separuh hartaku dengan syarat, Kamu melakukan tes DNA dengan janin yang sedang dikandung oleh Nuri," ucap Airin sukses membuat Nuri terkejut."Apa-apaan kamu, Airin!" ucap Nuri dengan suara tinggi, jelas ia tidak setuju dengan apa yang dikatakan Airin itu."Kalau hasilnya sama, maka aku akan memberikan separuh hartaku," lanjut Airin.Nuri maju beberapa langkah dan kini berdiri tepat dihadapan Airin."Apa maksud kamu, ha?" tanya Nuri dengan tatapan tajam."Nggak, ibu nggak setuju! Ini sama aja penghinaan terhadap Alan," ucap Bu Sarti menimpali."Baiklah, aku akan melakukannya," ucap Alan membuat mata Nuri seketika membulat."Mas, kamu apa-apaan sih. Kamu nggak percaya kalau anak ini, anak kamu?" tanya Nuri dengan raut wajah tidak setuju."Bukannya aku tidak percaya. Aku ingin membuktikan ke wanita sombong ini, kalau selama ini dialah yang mandul, dan begitu hasil tes DNA keluar, separuh hartanya akan jadi milik kita," ucap Alan menatap Airin tajam."Okay, besok kal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status