Share

Bab 4a

last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-06 05:03:42

POV Author

 

Tengah malam, Herlan kembali ke rumah. Keadaannya sangat kacau. Didapatinya rumah dalam keadaan gelap gulita, juga tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda ada orang di dalam. Sejak sore tadi, berkali-kali ia mencoba menghubungi Icha, tapi nihil. Nomor Icha tidak aktif dan status Wanya aktif 12 jam yang lalu. Itu artinya, satu jam setelah ia mengejar Nora, Icha menonaktifkan data seluler.

 

Untuk menghubungi adik Icha dan mendatangi rumah ibunya, Herlan tak punya nyali. Dia tahu benar, Icha tidak akan mendatangi rumah orang tua ketika dia sedang bermasalah dengannya. Ditambah lagi, ibu dan adik Icha sangat membencinya. Icha hanya akan mendatangi sahabat baiknya, Josh.

 

Sialnya, Herlan pun tidak punya cukup nyali untuk menanyakan keberadaan Icha pada sosok bar-bar Josh. Dua tahun yang lalu, nyawanya hampir melayang di tangan Josh kalau saja Icha tak mencegahnya. Saat itu terjadi pertengkaran hebat antara Icha dan Herlan setelah Herlan pulang diantar seorang perempuan dalam keadaan mabuk berat.

 

Josh yang kebetulan mendatangi rumah Icha, tak sengaja melihat Herlan melayangkan pukulan ke perut Icha. Dihantamnya punggung Herlan  dengan menggunakan balok kayu yang saat itu tergeletak di halaman rumah Icha.

 

"Brengsek!"

 

Dhuegh dhuegh!

 

Josh menendang perut Herlan bertubi-tubi. Josh tak peduli walau Herlan telah terkapar tak berdaya. Dicabutnya pisau yang selalu Josh sembunyikan di sabuk celananya. Pisau itu nyaris menancap di dada Herlan kalau saja Icha tak mencegahnya.

 

"Hentikan, Josh. HENTIKAN!" jerit Icha.

 

Josh terpaksa mengurungkan niatnya.

 

"Kau mulai mencintainya, huh?" geram Josh.

 

"Dia suamiku, Josh!"

 

"Suami? Suami macam apa yang sedang kau lindungi?"

 

Icha terisak. Dia menjatuhkan tubuh di samping tubuh Herlan yang tak sadarkan diri.

 

"Kau tau, Josh, dari dulu tubuhku sudah tergadai atas nama balas budi. Jangan tanyakan tentang cinta. Cinta ini tak pernah bertuan, Josh," ratap Icha.

 

Josh menggamit lengan Icha.

 

"Kalau gitu, ikut aku!" ajak Josh.

 

Icha menggeleng.

 

"Jangan membuat posisiku sulit, Josh! Ibuku sakit. Aku nggak mau terjadi apa-apa dengannya." Icha mengiba.

 

Sial!

 

Itulah kelemahan Josh. Tak bisa melihat Icha menangis. Josh menjatuhkan tubuh sejajar dengan Icha.

 

"Ayo kita bawa manusia brengsek ini ke rumah sakit!" ajak Josh.

 

Icha mengusap ujung matanya yang basah.

 

"Rupanya kau belum rela SUAMIMU kukirim ke neraka, Cha," sindir Josh.

 

***

 

Herlan memutar handle pintu yang kuncinya sudah terbuka. Berjalan ke arah stop kontak dan satu persatu lampu di beberapa ruang dinyalakan.

 

Hening, walaupun semua lampu sudah menyala. Melangkah gontai ia menuju kamar tidurnya. Didapatinya ranjang dengan sprei yang terpasang rapi tanpa lipatan sedikit pun. Tak didapatinya sisa-sisa pergulatan tadi siang bersama Nora.

 

"Dalam keadaan marah sekali pun kamu masih peduli, Cha...," lirih Herlan.

 

Memaku di dalam kamarnya, ia edarkan pandangan ke seluruh ruang tidur. Ia menyugar rambutnya kasar. Kelebatan peristiwa siang tadi berputar di kepalanya.

 

Kenapa aku bisa sebodoh ini, melampiaskan nafsu di tempat peraduannya dengan Icha, satu-satunya perempuan yang menganggap diriku telah berubah? Rutuk Herlan dalam hati.

Icha gadis istimewa, meski bukan dari keluarga kaya. Semua orang tahu bahwa Icha adalah anak cerdas dan ramah. Sayang, karena kondisi keuangan yang serba kekurangan, Icha hanya bisa menyelesaikan pendidikan sampai lulus sekolah menengah atas. Icha menyelesaikan diploma tiga jurusan akuntansi karena bantuan salah seorang kerabat ibunya di Jogja.

 

Selepas wisuda, Icha diterima di sebuah perusahaan garment dan ditempatkan di bagian keuangan.

 

Hanya setahun Icha bekerja. Memasuki tahun kedua ia terpaksa berhenti karena sebuah konspirasi antara atasannya dan orang tua Herlan. Icha dipecat tanpa pesangon dengan alasan yang tidak jelas. Berawal dari situlah skenario pernikahan Herlan dan Icha dimainkan.

 

Membujuk Icha untuk menikah dengan Herlan bukanlah hal yang mudah. Orang-orang di kampung tahu bahwa Icha perempuan yang berpendirian  kuat, pantang diintimidasi. Hingga suatu hari, dia harus pasrah mengesampingkan egonya, dipaksa menikah dengan Herlan dengan alasan hutang budi keluarganya terhadap keluarga Herlan.

 

Icha menghidupi ibu dan kedua adiknya pasca ayah Icha meninggal. Sangat bertolak belakang dengan Herlan yang serba kecukupan dan mendapat fasilitas hidup dari orang tuanya.

 

"Tolong, Cha. Terimalah Herlan. Kami yakin dia akan menjadi lebih baik jika menikah denganmu," bujuk ibu Herlan waktu itu.

 

"Tapi saya tidak ada perasaan apa-apa sama anak Ibu. Bagaimana mungkin saya menikah dengannya?"

 

"Cinta bisa dipupuk, Cha seiring waktu."

 

"Ingat satu hal, Cha. Kami yang dulu membiayai pengobatan adikmu di rumah sakit. Ayahmu yang memohon-mohon pada kami." Ayah Herlan menimpali kalimat istrinya.

 

Icha hanya menunduk. Bagaimana dia lupa? Malam-malam saat hujan lebat, adiknya mengalami demam tinggi. Saat itu Icha masih duduk di kelas tiga sekolah menengah pertama. Ayah dan ibunya kebingungan harus membawa adiknya ke rumah sakit dengan apa. Ayah Icha akhirnya mendatangi orang tua Herlan yang saat itu jaraknya tidak jauh dari kediaman Icha.

 

Mengesampingkan rasa malu dan harga diri, ayah Icha mengiba meminta kebaikan hati orang tua Herlan dengan meminjam sejumlah uang kepada mereka karena setelah ditangani di IGD, adik Icha harus opname karena DB.

 

Tiga hari dirawat, kondisi adiknya tidak membaik. Qodarullaah, adik Icha akhirnya mengembuskan napas terakhirnya di ruang PICU.

 

Walau nyawanya tak tertolong, utang tetaplah utang. Ayah Icha harus mengembalikan utang yang tidak sedikit, setidaknya untuk keluarga Icha waktu itu.

 

"Saya masih ingat kebaikan Bapak/Ibu, sangat ingat. Tapi apa Bapak/Ibu lupa kalo ayah sudah  melunasi utang itu?" Icha mengingatkan.

 

Kedua orang tua Herlan gelagapan. Namun, hanya beberapa saat. Detik berikutnya, mereka sudah bisa menetralisir keadaan.

 

"Kami tidak lupa, Cha. Namun, apakah kamu tidak ingin membalas itu walau sedikit saja pengorbanan, heh?"

 

"Akan saya pikirkan" kata Icha akhirnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kubawa Benihmu Saat Kau Menalakku   Bab 11b

    Diraihnya Rosa dalam gendongan Hendar. Ia peluk bocak cantik yang gurat wajahnya sangat mirip dengan Dewi itu erat, seakan ia tak akan bertemu lagi dengan buah hati tercintanya itu."Papa ...." ucap Rosa."Papa sayang Rosa."Diciuminya wajah Rosa bertubi-tubi."Ocha cayang Papa uga.""Jangan nakal, baik-baik sama Ayah Hendar sama Ibu Erna, ya?"Rosa mengangguk sambil mengerjab-ngerjab lucu.Masih teringat perbincangan itu dua belas tahun yang lalu antara dirinya dan papa kandung Rosa, majikannya.Sejak saat itu, Aditya tak memperbolehkan lagi Hendar dan istrinya bekerja di rumahnya, tapi sebagai gantinya ia tetap memberi gaji kepada mereka karena mengasuh Rosa.Hendar terhenyak dari lamunan saat Icha memegang lengannya."Kak Rosa nggak apa-apa. Bantu Ibu siapkan makan, gih! Biar Ayah yang bujuk Kak Rosa."Icha pun berlalu menuju dapur dan mendapati Bu Erna sedang memotong sayur. Tok! Tok! Tok!"Buka pintunya, Nak! Ini Ayah," panggil Hendar."Ayah jahat! Rosa benci Ayah!" seru Rosa da

  • Kubawa Benihmu Saat Kau Menalakku   Bab 11a

    "Apa ada hal penting yang sehingga Pak Aditya mengutus Anda ke mari?""Itu tujuan saya ke mari, Pak.""Maksud Bapak?""Saya diminta Pak Adit untuk mengambil Non Rosa ....""Kenapa bukan Pak Adit dan Bu Dewi yang datang ke mari?""Pak Adit ....""Pak Adit kenapa?" tanya Hendar."Keluarga Pak Adit sedang ada masalah cukup berat, Pak.""Maksudnya?""Depresi Nyonya Dewi hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan membaik, dan Non Yoshi juga sakit ....""Innalillaahi ....""Non Yoshi sakit apa?""Saya tidak tahu persis, Pak. Pak Adit tidak mengatakan detailnya. Beliau hanya mengatakan akan mengusahakan pengobatan untuk Nyonya Dewi dan putrinya jauh dari sini, dan Pak Adit ingin Non Rosa ikut serta""Beri kami waktu untuk bicara dengan Rosa.""Tapi berapa lama, Pak? Pak Adit meminta secepatnya untuk membawa Non Rosa.""Secepatnya akan kami kabari."Tanpa Hendar sadari, Rosa mendengar pembicaraan ayah dan tamunya di balik pintu ruang tengah. Tiba-tiba raut wajahnya berubah."Kak ...!

  • Kubawa Benihmu Saat Kau Menalakku   Bab 10b

    Sikap aneh yang ditunjukkan oleh Dewi, menurut dokter yang menanganinya, merupakan gejala yang umum ditunjukkan oleh seorang ibu pascamelahirkan. Jika kehamilan ibaratnya roller coaster yang mengaduk-aduk emosi, pasca melahirkan mungkin lebih tepat seperti tornado yang mengacaukan emosi. Perubahan suasana hati, kekesalan yang tiba-tiba menyerang, tangisan yang seringkali tak beralasan, adalah hal-hal yang mungkin sorang ibu rasakan tanpa bisa dikendalikan. Melahirkan menyebabkan tubuh seorang ibu melalui beberapa penyesuaian hormon yang terkadang sangat 'liar'. Di sisi lain, saat harus berjuang berdamai dengan perubahan hormon tersebut, ada si Kecil yang masih sangat membutuhkan perhatian sang ibu. Hal ini menimbulkan pergolakan yang menyebabkan perasaan sedih, stres, dan gelisah atau yang disebut dengan postpartum depression (PPD).Postpartum Depression atau PPD, adalah suatu bentuk depresi klinis yang dimulai setelah kelahiran bayi. Gejala umumnya meliputi : kehilangan selera mak

  • Kubawa Benihmu Saat Kau Menalakku   Bab 10a

    Siapakah Rosa, sehingga ia begitu berarti untuk Josh dan hidupnya?Flashback onDua gadis kecil berlari-lari di hamparan pasir di sepanjang pantai saat senja hari. Keduanya tertawa lepas mengiringi tenggelamnya sang surya menuju peraduan di ufuk barat.Sementara di bangku panjang terbuat dari bambu yang berjajar di antara deretan pohon cemara, tampak seorang laki-laki memperhatikan kedua gadis itu seraya menyunggingkan senyumnya. Menyesap kopi hitam yang dipesan di warung tak jauh dari tempatnya duduk, ia sandarkan punggungnya di sandaran kursi. Matanya tak lepas mengawasi keduanya.Terengah-engah kedua gadis yang beranjak remaja itu menghampiri laki-laki berusia 38 tahun itu."Icha capek, Ayah," keluh anak gadis yang lebih kecil. Diraihnya gelas berisi es teh di depan laki-laki yang dipanggilnya ayah."Kak Rosa juga capek," timpal gadis yang lebih besar.Keduanya menghenyakkan tubuh di samping kanan kiri ayah mereka. Mereka menyandarkan kepala di kedua bahu ayahnya."Sudah cukup main

  • Kubawa Benihmu Saat Kau Menalakku   9b

    "Sampai kapan aku harus menunggu, Lan?" gerutu Nora kesal."Nunggu apa?""Perutku sudah membesar, tapi kau tak kunjung menikahiku secara sah." Nora mulai kesal dengan sikap Herlan."Aku juga bingung, Nora! Keberadaan Icha saja aku tak tahu." Herlan tak kalah kesal karena Nora terus mendesaknya."Tanya Josh! Dia pasti tahu keberadaan perempuan memyebalkan itu.""Mau cari mati tanya Josh, hah?" geram Herlan. Matanya tajam menyorot istri keduanya itu."Turunkan gengsimu. Apa salahnya ngomong baik-baik sama dia? Bila perlu kau mengiba di kakinya.""Sinting kamu! Bila dia tahu aku mencari Icha hanya untuk menceraikannya, apa kamu bisa menjamin aku akan hidup, hah?""Lalu bagaimana nasibku, Lan?""Seandainya sampai anak ini lahir kau belum menikahiku secara resmi, gimana Lan?" Sambung Nora."Pusing aku, Nora. Bisa nggak mulutmu itu diam sebentar?"'Kemungkinan terburuk, kamu hanya akan menjadi istri kedua jika Icha mau menandatangani surat pernyataan bersedia dimadu. Itu pun harus melalui s

  • Kubawa Benihmu Saat Kau Menalakku   Bab 9a

    Josh melenggang meninggalkan rumah orang tua Herlan menuju mobilnya. Saat hendak membuka pintu mobil, gawai di saku celananya bergetar.Panggilan dari Ina. Saat hendak mengangkat, panggilan terputus.[Kakak, Kak Icha pingsan]Pesan dari Ina.Tanpa membuang waktu, Josh segera memasuki mobilnya dan segera melaju dengan kecepatan tinggi. Dia berbalik arah menuju kediaman ibu Icha.Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya Josh sampai. Ia turun dari mobil dan segera berlari menuju ke dalam. Dilihatnya Icha terbaring di sofa dengan wajah pucat. Di sampingnya, Bu Erna dan Ina berusaha menyadarkan Icha dengan mengoles minyak kayu putih di ujung hidung Icha."Icha kenapa?" tanya Josh panik."Tadi Kak Icha ke kamar mandi, terus muntah-muntah. Pas aku susul, dia sudah pingsan di depan kamar mandi," terang Ina."Kakak akan telpon dokter."Ina hanya mangangguk.Josh merogoh ponsel di saku kemejanya kemudian mencari kontak seseorang. Dokter Fahmi, dokter keluarga Josh.Berulang kali Josh memencet tand

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status