Share

Gendis 9

Penulis: Bonamija(Mondi)
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-12 04:55:45

Suasana ruang tengah rumah Gendis mendadak hening. Reyhan merasa kehabisan oksigen saat ini. Ruangan ini mendadak pengap. Jika Gendis sudah membahas masalah Tanti, berarti sudah tahu semua daftar selingkuhan Reyhan.

"Trus kamu maunya gimana, Ndis?" tanya Reyhan berusaha membuka obrolan setelah lama mereka terdiam.

"Mau aku, kita cerai." Gendis dengan tegas mengatakan keinginannya itu.

"Nggak semudah itu, Ndis. Sedikit banyak, aku ikut membesarkan nama restoran kamu. Kalo emang minta cerai, aku kabulkan dengan syarat dan kamu harus penuhi." Reyhan segera ke belakang dan membanting pintu kamar yang disediakan Gendis.

Napas Gendis terengah, menahan emosi yang sudah sangat tinggi. Memang tidak tahu diri Reyhan itu. Bisa-bisanya mengajukan syarat. Gendis harus konsultasi pada pengacaranya dulu masalah ini.

Keesokan paginya, Reyhan tidak tampak keluar dari kamar belakang. Novita mengatakan jika suami Gendis keluar saat menjelang Subuh. Entah laki-laki itu pergi ke mana. Gendis segera menge
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 21

    Masih di rumah Gendis, kali ini suasana masih tegang dan hari sudah menjelang malam. Lampu-lampu mulai menyala temaram, menciptakan bayangan-bayangan panjang di dinding. Di ruang tamu yang sempit, Gendis berdiri dengan wajah dingin dan tatapan tajam sementara Rusmi duduk di kursi rotan dengan tangan gemetar, matanya sembab, dan linglung. Gendis melangkah mendekat, suaranya dingin tapi penuh tekanan. "Bu Rusmi, saya sudah bilang berulang kali, saya tidak akan tinggal bersama Reyhan lagi. Aku kembalikan dia padamu," ucap Gendis sambil menegakkan dagunya, seolah menyiapkan medan perang.Rusmi menunduk, napasnya tersendat. Kelopak matanya yang keriput berusaha menghindari tatapan tajam itu, tetapi tak bisa mengelak. Ia tahu dan paham bagaimana Gendis. Singa yang sedang tidur kini sudah bangun."Gendis... Ibu hanya ingin sedikit perhatian dan… dan uang itu untuk masa depan kita semua. Dan aku juga..." suaranya melemah, seakan kalah sebelum bertanding.Gendis meringis, memelototi ibu mertu

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 20

    Bu Rusmi merasa geram mendengar ucapan sang anak. Bu Rusmi pun langsung mengeluarkan amplop berisi kertas yang harus ditanda tangani Reyhan. Kertas yang berasal dari Gendis. Wanita yang telah melahirkan Reyhan itu pun segera menyodorkan kertas itu pada Reyhan."Kamu nggak percaya, Han? Ini buktinya," kata Bu Rusmi dengan ketus."Apa ini, Bu?" Reyhan tidak paham."Baca sendiri," kata Bu Rusmi kesal. Reyhan membaca tulisan dalam kertas ukuran F4. Tulisan itu seperti janggal menurutnya. Ia pun menatap ke arah sang ibu. Tatapan penuh rasa curiga."Aku nggak mau tanda tangan. Ini karangan Ibu. Aku dan Gendis nggak akan cerai. Kalo kita emang mau cerai, maka dia nggak akan biayai operasi itu. Memang uang dari mana aku bisa operasi?" tanya Reyhan sengaja menjatuhkan sang ibu."Kertas itu bukti jika Ibu ketemu Gendis. Dia yang minta Ibu datang," kata Bu Rusmi tidak mau kalah."Sudahlah, Bu. Sebaiknya, Ibu pulang saja. Aku butuh waktu buat istirahat. Besok aku operasi," usir Reyhan pada sang

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 19

    Gendis sudah mendengar jika Reyhan masuk rumah sakit. Tidak ada keinginan untuk menjenguk laki-laki itu. Gendis justru semakin fokus bekerja sambil menunggu tanda tangan dari Reyhan. Entahlah, bagaimana keadaan laki-laki itu saat ini."Mbak Gendis, ada Mbak Amanda di depan," kata Novita membuat Gendis menghentikan jari-jemarinya saat sedang mengedit sebuah video yang telah dibuatnya beberapa hari yang lalu."Mau ngapain? Kalo nggak penting-penting banget, suruh dia pulang. Aku lagi banyak pekerjaan," kata Gendis yang memang sudah muak dengan Amanda."Tadi, Mbak Amanda bilang, mau bahas masalah tentang Mas Reyhan, Mbak. Jadi, mau diterima atau nggak?" tanya Novita ingin memastikan."Apalagi yang mau dibahas. Aku sama Reyhan udah bubaran. Bahasan apa? Harta gono-gini? 'Kan udah jelas syaratnya apa kalo mau dapat harta gono-gini itu. Kenapa mau dibahas lagi?" Gendis tampak kesal saat ini."Eum... kalo gitu, aku suruh pulang aja," kata Novita yang saat ini paham jika mood Gendis sedang na

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 18

    Gendis sudah mendengar jika Reyhan masuk rumah sakit. Tidak ada keinginan untuk menjenguk laki-laki itu. Gendis justru semakin fokus bekerja sambil menunggu tanda tangan dari Reyhan. Entahlah, bagaimana keadaan laki-laki itu saat ini."Mbak Gendis, ada Mbak Amanda di depan," kata Novita membuat Gendis menghentikan jari-jemarinya saat sedang mengedit sebuah video yang telah dibuatnya beberapa hari yang lalu."Mau ngapain? Kalo nggak penting-penting banget, suruh dia pulang. Aku lagi banyak pekerjaan," kata Gendis yang memang sudah muak dengan Amanda."Tadi, Mbak Amanda bilang, mau bahas masalah tentang Mas Reyhan, Mbak. Jadi, mau diterima atau nggak?" tanya Novita ingin memastikan."Apalagi yang mau dibahas. Aku sama Reyhan udah bubaran. Bahasan apa? Harta gono-gini? 'Kan udah jelas syaratnya apa kalo mau dapat harta gono-gini itu. Kenapa mau dibahas lagi?" Gendis tampak kesal saat ini."Eum... kalo gitu, aku suruh pulang aja," kata Novita yang saat ini paham jika mood Gendis sedang na

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 17

    Gendis masih duduk di lorong rumah sakit tempat Ayu dirawat saat ini. Ayu histeris saat Dokter mengatakan jika anak dalam kandungannya meninggal. Lepas plasenta akibat benturan keras yang dialami sang ibu. Ayu tidak bisa menerima kenyataan. Satu hal, Ayu bahkan tidak ingat apa yang menimpanya. Gendis bahkan sampai bingunh bagaimana menjelaskan pada wanita yang sebentar lagi menjadi mantan adik iparnya itu. Ayu tidak mengenali Gendis sama sekali. Ayu saat ini sudah berada di dalam ruang perawatan yang lebih intensif."Mau kopi?" Tangan seseorang menyodorkan segelas kopi dalam sebuah cup ukuran sedang.Gendis mendongak dan menatap ke arah pemilik suara bariton itu--Andika. Sosok laki-laki yang sejak tadi dicari oleh Ayu. Gendis tersenyum sinis ke arah pengusaha muda bidang properti itu."Terima kasih, saya tidak minum kopi." Gendis menolak halus tawaran Andika. "Jadi?" tanya Gendis pada Andika."Jadi?" tanya Andika malah mengulang pertanyaan Gendis."Stop berpura-pura lagi. Aku sudah t

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 16

    Nominal yang disebutkan sang ibu bukanlah angka kecil. Reyhan paham, sang ibu tidak mau rugi sedikit pun. Ah, ya, bukan hanya sang ibu, semua anggota keluarga juga begitu. Reyhan memikirkan banyak hal sebelum berbicara pada sang ibu. "Apa syaratnya, Han?" Bu Rusmi tampak penuh harap saat bertanya. "Jangan melamun, katakan saja, pasti akan Ibu lakukan," lanjutnya dengan penuh percaya diri."Ibu serius mau uang itu?" tanya Reyhan kali ini tak yakin."Jelas serius, Han. Ibu nggak mau masuk penjara. Ibu mau kembalikan sertifikat itu," kata Bu Rusmi yang saat ini sangat berharap."Baik. Ibu harus mengatakan pada Gendis agar membatalkan gugatan cerai itu." Reyhan membuat sang ibu terkejut.Rasanya permintaan Reyhan tidak akan bisa terwujud. Bu Rusmi jelas tahu jika Gendis sudah memasukkan gugatan cerai tersebut ke pengadilan agama. Mereka bisa melakukan apa pun dengan uang. Bu Rusmi merasa berat kali ini."Ibu mau, 'kan uang itu?" tanya Reyhan dengan wajah sinis."Mau, tapi kenapa syaratny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status