Share

Bab 7

Penulis: Vyra Fame
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-19 13:16:59

"Halo, Bu,  barang-barang sebagian sudah saya bawa,  dan ini sudah ada didalam truk, " ucap orang suruhan Nia pada Nia melalui sambungan telepon. 

"Bagus,  segera bawa ke alamat ini,  dan letakkan saja di dalam ruangan kosong yang ada disana,  karena memang sudah saya persiapkan sebelumnya,  untuk eksekusi berikutnya nanti saya hubungi kalian."

"Baik, Bu,  terima kasih. "

"Ibu,  Mas Indra dan Mimi, nikmatilah kemiskinan kalian secara perlahan, " ucap Nia sembari menyeringai. 

***

"Hu hu hu hu,  dasar menantu sialan,  dia yang punya hutang kenapa kita yang harus menanggung hutangnya,  hu hu hu,  mana sebentar lagi teman-temanku mau reunian disini lagi, " gerutu Ibu Indra sembari menangis. 

Disaat Ibu Indra masih menangisi barang-barang yang disita, datanglah Indra dengan wajah paniknya. 

"Ibu, bagaimana ceritanya barang-barang bisa disita,  tadi Mimi pas telepon aku masih meeting Bu,  makanya gak bisa langsung pulang, " ucap Indra panik. 

"Hu hu hu, indra,  istrimu itu memang benar-benar kurang ajar,  dia berhutang entah untuk apa,  dan katanya lagi kalau barang-barang yang diambil belum cukup nilainya untuk melunasi hutang Nia,  mereka mau balik lagi dan menyita juga rumah ini. "

"Ya gak bisa gitu dong,  seenaknya main ambil rumah orang. Aku juga berhak atas rumah ini secara aku suaminya Nia. "

"Tapi,  Ndra,  kalau memang Nia sudah menggadaikan sertifikat rumah ini,  lalu kamu bisa apa?"

"Ya tinggal kita tuntut ke pengadilan lah, Bu,  bagaimanapun rumah ini kan jadi harta gono-gini nantinya. "

"O iya,  ya,  kenapa Ibu lupa ya,  kan harta istri juga harta suami. "

"Nah,  itu Ibu ingat,  sudah gak usah nangis lagi,  dan kata Ibu,  Ibu mau ngadain acara reunian sama teman-teman lama Ibu disini kan?"

"Iya, tapi gimana dong,  sofa nya udah gak ada. "

"Alah gelar karpet aja,  bilang aja lagi beli sofa yang baru soalnya sofa yang lama udah jelek jadi dibuang gitu. "

"Iya juga ya,  kamu benar, tapi,  Ndra,  Ibu minta uang dong,  buat beli makanan di restoran untuk jamuan teman-teman Ibu. "

"Aku udah gak ada uang lagi, Bu,  kan Ibu bisa minta makanan dari  restorannya Nia."

"O iya,  tapi kalau mereka minta uang buat bayar gimana Ndra? "

"Bilang aja kalau gak mau kasih ntar dilaporkan ke Nia buat pecat mereka,  bagaimanapun juga Ibu kan mertua Nia jadi juga berhak memerintah mereka. "

"Oke deh,  ide kamu boleh juga,  yaudah Ibu mau pesan dulu. "

"Yaudah aku mau istirahat dulu aku capek. "

"Lho kamu gak balik lagi Ndra ini kan masih jam nya kerja. "

"Aku tadi sudah izin cuma setengah hari saja, Bu,  jadi gak perlu balik lagi,  sekarang mau istirahat dulu."

"Yaudah Ibu juga mau pesan makanan sekarang, soalnya acaranya sebentar lagi." setela Indra masuk ke kamarnya, Ibu Indra pun bergegas menghubungi nomor restaurant Nia untuk memesan makanan di sana. 

"Halo,  selamat siang,  terima kasih sudah menghubungi restoran Niajib,  ada yang bisa kami bantu? " ucap suara seorang customer service dari seberang telepon. 

"Heh,  saya Ibu mertua Bos kamu,  si Nia itu, saya mau pesan Ikan gurame bakar dua porsi,  udang saus tiram dua porsi,  cumi bakar madu empat porsi sama capcay kuahnya dua porsi dan cah kangkung nya dua porsi juga,  segera kirim ke alamat rumah Nia ya,  saya tunggu sekarang, harus di buatkan kalau tidak kamu saya adukan sama Nia dan akan dipecat!" Ibu Indra lantas mematikan sambungan teleponnya. Sementara sang customer servis hanya geleng-geleng kepala setelah mendapat telepon dari Ibu Indra. 

***

"Ya halo, " saat ini Nia yang masih berdiam diri di rumah rahasianya tengah menerima telepon dari salah satu karyawannya. Selama menyelesaikan misi,  Nia memang menyerahkan sementara restaurant pada orang kepercayaannya, sedangkan Nia hanya memantau dari jauh saja. 

"Maaf, Bu,  mengganggu,  ini barusan Ibu mertua Bu Nia telpon dan beliau pesan sejumlah makanan yang lumayan banyak, dia mengancam kalau tidak dibuatkan maka kami akan dipecat, Bu. "

"Oh ya?  Siapa yang berani pecat kalian selain saya?  Saya bosnya bukan Ibu mertua saya. "

"Iya Bu,  maaf,  tapi kami takut karena beliau Ibu mertua Bu Nia."

"Yasudah karena sudah terlanjur,  buatkan saja pesanan mereka TAPI ganti menu yang dia minta,  buatkan saja menu yang paling murah yang ada di restorant kita. "

"Tapi,  Bu,  kalau Ibu mertua Bu Nia marah gimana? "

"Itu urusan saya,  yang jelas tidak akan ada yang bisa mecar kalian selain saya. "

"Baik, Bu,  terima kasih. "

"Dasar satu keluarga parasit semuanya,  kayaknya aku harus cepat-cepat melepaskan diri dari mereka, makin lama kelakuan mereka makin menjadi. "

***

"Jeng Asri,  Jeng Neni,  Jeng Wulan,  Jeng Sari, ya ampun kita sudah lama ya gak ketemu." ucap Bu Nita, mertua Nia,  menyambut kedatangan teman lama nya. 

"Ya ampun,  Jeng Nita makin hari makin cetae aja deh Jeng, ngomong-ngomong ini rumah anakmu? Wah besar dan mewah ya," ucap Bu Asri sembari memandang kagum bangunan milik mendiang orangtua Nia itu. 

"Ah iya dong Jeng,  anak saya itu memang hebat,  di usia muda dia sudah punya jabatan penting di kantornya hingga bisa membangun rumah sebesar ini. "

"Tapi kalau gak salah dari kabar yang beredar,  katanya rumah ini milik menantu Jeng Nita? " tanya Bu Wulan. 

"Ah,  Jeng Wulan siapa yang bilang? Si Nia itu bisanya cuma nyusahin saja,  ini murni rumah hasil kerja keras anak saya, eh kok malah di luar begini,  ayo masuk,  kita makan dulu,  kebetulan sudah saya pesankan di restoran yang terkenal itu lho, bahkan bungkusnya saja belum saya buka,  karena gak keburu waktunya, yuk masuk,  o iya tapi maaf ya Jeng semua,  sofanya tidak ada,  yang lama sudah saya buang soalnya sudah jelek,  saya udah pesan yang baru tapi katanya baru ada minggu depan. "

"Ah Jeng Nita, santai aja gak masalah lagian gak usah repot-repot,"

"Gak ngerepotin kok Jeng Sari, kan sesekali saja, " jawab Bu Nita sembari menaikkan lengan bajunya sedikit ke atas sehingga menampakkan kilauan gelang emas yang digunakannya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kubuat Miskin Suamiku Dan Keluarganya   Bab 42

    Saat itu juga darah mengalir dari kedua pangkal pahaku hingga aku berteriak kesakitan. Saat itulah para penjaga bergegas membawaku ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit aku segera dibawa ke ugd, tapi karena aku merasa sudah tidak kuat menahan sakit yang menjalar di sekitar tubuhku tiba-tiba saja pandanganku berubah menjadi gelap.Saat aku terbangun, aku sudah mendapati diriku di ruangan perawatan dan ada dua orang penjaga yang menungguku disana. Waktu kuraba perutku aku mulai gusar karena mendapati perut yang sudah rata."Bu, bayiku mana?" ucapku kala itu pada penjaga yang belum menyadari kalau aku sudah sadar."Bu Risa sudah sadar? Tunggu sebentar ya, biar saya panggilkan do

  • Kubuat Miskin Suamiku Dan Keluarganya   Bab 41

    Selama ini pun aku tak pernah mencari dimana keberadaan Risa, jujur hingga saat ini apa yang Risa perbuat masih belum bisa kumaafkan, saat ini aku hanya fokus untuk kerja dan mencari uang, rencananya aku ingin meminta Mimi untuk kembali melanjutkan kuliahnya yang sempat terputus karena keterbatasan biaya."Ndra, ini surat apa?" ucapan Ibu membuyarkan lamunanku tentang kehidupan masa laluku. Saat ini aku baru saja pulang dari tempatku bekerja."Oh, ini undangan pernikahan Nia dengan Pak Angga, Bu.""Maksud kamu Nia mantan istri kamu?" ucap Ibu sembari meletakkan teh hangat di depanku, Ibu memang selalu membuatkanku teh atau kopi setiap aku baru pulang kerja."Iya, Bu, Nia mantan istriku

  • Kubuat Miskin Suamiku Dan Keluarganya   Bab 40

    Flashback onSeperti biasa jika pagi sudah menyapa, seorang penjaga yang ditugaskan Tedi untuk bersih-bersih rumah atau markas Tedi dan teman-temannya akan datang untuk membersihkan rumah tersebut, mulai dari menyapu, mengepel, serta mencabuti rumput jika dirasa sudah panjang. Tapi pagi itu si penjaga rumah dikejutkan dengan sosok Tedi yang sudah terbujur kaku tanpa mengenakan busana, dengan mata melotot bibir mengeluarkan busa putih, serta warna kulit yang sudah mulai membiru pucat."Allahu Akbar! Mas Tedi, kenapa, Mas!" pekik si penjaga tersebut. Usahanya membangunkan Tedi sia-sia, karena Tedi sudah tak lagi bernyawa.Tak mau dijadikan salah tuduhan si penjaga itu pun bergegas untuk menghubungi pihak kepolisian. Tak berselang lama, para polisi yang di tel

  • Kubuat Miskin Suamiku Dan Keluarganya   Bab 39

    Sebelum memutuskan untuk benar-benar pergi, aku bergegas memakai pakaian ku, lalu dengan setengah berlari aku masuk kedalam mobil Tedi dan menghidupkan mesinnya lantas segera pergi dari rumah terkutuk itu.***Aku berhenti di jalanan yang lengang, aku melihat kanan, kiri dan sekitarnya, saat kurasa aman ku matikan mesin mobil lalu aku keluar dari mobil, kubuka penutup tangki bensin mobil lalu aku menghidupkan korek api yang terbuat dari kayu, lantas aku memasukkannya ke dalam tangki bensin. Dengan cepat aku berlari menjauh dari mobil Tedi sebelum mobil itu meledak, meskipun dengan susah payah aku berlari karena perutku yang buncit ini, hingga akhirnya...Duar....Mobil meledak dan terbakar, a

  • Kubuat Miskin Suamiku Dan Keluarganya   Bab 38

    "Oke deh, aku tunggu," ucapku dengan sumringah. Mataku berbinar membayangkan aku kembali akan menikmati barang itu, entah kenapa hari ini aku hanya ingin ditemani oleh Tedi saja, mungkin ini bawaan si utun di dalam rahimku.Bergegas aku mengganti pakaianku, aku tak terbiasa memakai pakaian seksi jika sedang keluar maupun di rumah. Itu sengaja kulakukan agar orang lain tidak tahu sepak terjangku. Terkadang aku merutuki kebodohan orang-orang yang dengan berani live di sosmednya saat mereka tengah berpesta sabu, justru mereka membuat lubang neraka untuk hidup mereka sendiri, itulah aku katakan mereka itu bodoh bin tolol. Kalau mau bersenang-senang ya sah-sah saja, tapi tak perlu juga di umbar seperti itu hingga seluruh dunia tau kebodohan mereka.Ah, kenapa aku jadi mikirin hal gak jelas kayak tadi sih, inilah akibat k

  • Kubuat Miskin Suamiku Dan Keluarganya   Bab 37

    "Nia? Kamu tak apa?" tanyaku khawatir."Yang kamu lihat gimana?""Maaf, aku gak sengaja, sini aku bantu," ucapku mencoba membantu Nia berdiri tapi tanganku ditepis oleh Nia."Gak usah, aku bisa sendiri!"Kutarik kembali tanganku dari depan Nia, Nia kini sudah berdiri dihadapanku, ah, betapa indah makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini."Mas, minggir aku mau lewat!" suara Nia membuyarkan pikiranku yang entah lagi kemana. Kumiringkan tubuh ku agar Nia bisa lewat, hingga saat tubuh Nia berada didekatku tanpa sengaja aku mencium aroma shampo dari rambut Nia yang tergerai indah. Dan refleks aku memeluk Nia dan membenamkan kepalak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status