Pov Reno
Sial sekali aku, kenapa Widya kekeh mau berpisah? Apa karena bosnya itu, dia tidak mau kembali padaku? Dengan cara apalagi membujuknya?
Sore ini tidak biasanya ibu datang dan memarahiku. Topik yang dibahas adalah Widya. Kapan dia bertemu mantan istriku sampai dia emosi.
"Benar kamu minta rujuk sama Widya?" tanya ibu dengan emosi.
"Tahu dari mana ibu?"
"Ditanya malah balik bertanya. Jawab aja, benar apa nggak?"
Mau jawab apa kalau ibu sudah emosi. Lebih baik aku berkelit saja, dari pada runyam. Sial sekali hidupku.
"Nggak mungkinlah. Besok Reno mau datang ke sidang perceraian," elakku.
Ibu berhenti mengomel, tapi dia bergeming. Mungkin dia berpikir apa yang aku ucapkan benar apa tidak. Mumet urusannya.
"Awas, ya, kalau kamu sampai rujuk sama dia."
"Iya."
Untung saja ibu percaya. Melihat Widya dengan bosnya hati ini terasa panas. Sepenuhnya aku belum merelakan dia. Kenapa Widya dan ibu
Jadwal persidangan pukul 15.00. Masih bisa kusempatkan bekerja, dari pada izin terus malah tidak enak dengan yang lain."Sidang mau aku temani nggak, Wid?""Nggak usah.""Kalau berubah pikiran bilang, ya."Aku mengangguk saat Nina memberikan tawaran. Namun, sepertinya lebih baik sendiri. Toh, sudah di temani Pak Wawan, pengacaraku.Kenapa aku jadi tidak sabar menyandang gelar janda? Ah ... menyebalkan. Hal ini mungkin karena aku sudah muak dengan kelakuan mereka."Wid, iparmu baru anak magang saja gayanya selangit. Dengar-dengar, dia mau nikah?""Dengar-dengar, tapi nggak tahu, deh.""Nggak jadi katanya.""Lah, kenapa?""Si cowok cuma bisa kasih mahar lima belas juta, tapi ibunya minta tiga puluh juta."Miris, dulu saja saat menikah denganku, Mas Reno hanya memberikan aku lima belas juta. Sekarang, menikahkan anak gadisnya seperti sedang menjualnya.Tidak heran dulu saat kami lamaran saja
Gosip beredar sangat kencang. Tentang aku dan Pak Erlan, entah siapa yang berani memulai itu. Aku berusaha berbicara pada bosku itu. Namun, ah, sudahlah dia tampak tenang.Sementara, aku pusing dengan tatapan aneh mereka padaku. Siapa yang menyebarkan gosip hubunganku dengan Pak Erlan?"Pantas saja dia bercerai dengan suaminya, selingkuhannya lebih kaya."Hatiku pedih saat lewat di depan banyak karyawati. Mereka sepertinya sengaja berbicara kencang agar aku mendengarnya."Kasihan, adik iparnya aja minta traktir makan dia malah bilang kalau mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa. Hih, kacang lupa kulitnya. Amit-amit, ih."Aku meremas dada, aku tahu ulah siapa ini. Sebelumnya, aku harus memberi mereka pelajaran."Kalian kalau tidak tahu apa-apa tidak usah sok menghakimi," ucapku."Siapa juga yang menghakimi, sudah jelas, suami sedang menganggur malah meminta cerai. Eh, malah mendekati Pak Erlan. Dasar matre.""Hih, k
Pede sekali aku berbicara seperti itu pada Kakak Pak Erlan. Namun, aku tidak ingin dia meremehkan diri ini seperti keluarga mantan suamiku dulu.Setelah ini, mungkin Pak Erlan akan kesal denganku. Berulang kali aku bilang jika dia yang sengaja mengejar. Dia pun tidak mengelak, tapi wajahnya terlihat masam. Mungkin pikirnya, aku menyebalkan.Beberapa jam setelah Kakaknya pulang, dia menelepon meminta aku datang ke ruangannya. Pasti dia akan memarahiku atau berhenti mengejar cinta janda ini? Duh, kenapa aku jadi ingin dikejar Pak Erlan? Sebel jadinya.Aku segera ke ruangan Pak Erlan. Seperti biasa dia akan marah jika aku terlalu lama datang."Permisi, Pak.""Masuk, tutup pintu, kunci kalau perlu sekalian." Terdengar suaranya dari dalam.Hih, untuk apa coba di kunci? Pasti dia mau marah sama aku."Duduk."Aku duduk sesuai perintahnya. Tangan pria itu menopang dagunya. Sungguh tampan bosku ini. Namun, terlalu perc
POV Ibu RenoTernyata Ningrum tidak seperti yang aku pikir. Memiliki menantu kaya tidak membuat hidup ini berubah menjadi lebih baik.Reno pun sekarang seperti tunduk pada Ningrum sialan itu. Kurang ajar dia, seharusnya Reno memberikan gajinya padaku. Namun, karena Ningrum menguasai semua gaji anakku, aku pun hanya gigit jari.Dari mana aku mendapatkan uang untuk sehari-hari? Beda sekali saat dia masih bersama Widya. Beberapa kali aku mencercanya, wanita itu masih mau memberikan aku uang.Beda sekali dengan Ningrum. Sialan janda rese itu. Membuat aku percaya hingga mau membujuk Reno menikah dengannya.Perkataannya kemarin membuat aku muak. Dia pikir Reno akan tunduk padanya. Lihat saja, sebentar lagi kuminta anakku menceraikannya seperti pada Widya.Kebetulan Reno datang. Pasti dia mau makan. Sudah pasti, dia tidak diurus oleh wanita sialan itu."Mau makan kamu, No?""Iya, Bu."Ku
Aku bingung dengan hidupku sekarang. Kenapa harus banyak orang yang iri padaku? Padahal aku siapa? Hanya wanita yang hidup menjanda. Di kantor sudah mulai beredar gosip yang digosok kencang oleh Rena. Belum lagi Kakaknya si Pak bos. Duh, banyak banget sih orang berhati busuk.Hari ini Pak Erlan memintaku ke pabrik barunya. Otomatis aku pasti bertemu dengan Mas Reno. Aku sudah menolak, tapi seperti biasa jiwa pemaksa Pak Erlan sangat kuat.Seperti sekarang, aku sudah berada di pabrik baru ini. Berdua dengannya membuat aku canggung. Apalagi setelah aku membuat dirinya malu. Berbicara pada kakaknya kalau pria di sampingku yang kekeh mengejar aku.Pantas saja Kakaknya agak kesal denganku. Aku tidak mau diremehkan lagi. Semua usahaku bangkit tidak boleh jatuh kembali."Bu Widya dan Pak Erlan sudah menunggu lama?" tanya Pak Bagus."Baru saja datang, kok, Pak," ujar Pak Erlan.Kami mengikuti Pak Bagus ke ruang meeting. Aku sudah b
Ketukan palu perceraianku sudah terdengar. Tidak ada mediasi, dan semua berjalan lancar sampai pada sidang terakhir. Kini, aku resmi menjanda.Tidak perlu ditanya bagaimana rasanya. Lega, setelah menunggu lama. Aku bisa terbebas dari keluarga parasit itu.Budeh Sri datang mengunjungiku. Wanita tua itu sengaja menemani aku sementara waktu. Katanya rindu pada keponakannya ini.Senang bukan kepalang saat tahu Budeh akan datang. Aku jadi memiliki teman ngobrol. Sekalian sharing tentang Pak Erlan.[Kamu ke kantor lagi, nggak?"]Sebuah pesan masuk dari Pak Erlan.[Saya langsung pulang saja, Pak.][Oke, selamat atas status barunya, ya]Ya Tuhan. Tolong hati ini, jangan sampai jatuh ke lubang yang sama. Semoga jika memang aku berjodoh dengannya, jangan ada Rena dan ibu mertua seperti keluarga Mas Reno."Bosmu ganteng, Wid. Kaya lagi.""Memang, sih. Aku masih takut, Budeh.""Jalani saja dulu, s
POV RenaAku bahagia bisa menikah dengan Mas Baskoro. Derajatku semakin tinggi menjadi istri dari manajer kantor. Tidak kalah dengan Mbak Widya mantan kakak iparku.Pesta pernikahan dua hari lalu pun sangat mewah. Banyak tetangga dan kawan berdecap kagum. Pintar aku memilih pasangan kata mereka. Setelah kemarin gagal menikah karena permintaan ibu di tolak, aku sempat kesal. Namun, ada untungnya. Mas Baskoro melamarku dan menyetujui pesta besar untuk pernikahan kami.Mas Baskoro memboyongku ke rumah besar miliknya. Aku pun membawa ibu juga karena dia ingin menikmati hidup enak. Kapan lagi buat dia senang."Ren, uang amplop kemarin mana? Bukanya itu jatah perempuan, ya?" Ibu bertanya padaku."Iya, juga, Bu. Nanti aku tanyakan pada Mas Baskoro,” jawabku.Seperti yang Ibu bilang, aku segera menanyakan uang amplop pernikahan kemarin. Suami selesai mandi dan bersiap berangkat ke kantor."Mas, aku mau tanya, uang amplo
Aku takjub mendengar Baskoro meminjam sejumlah uang begitu besar untuk biaya pernikahannya. Tak habis pikir dengan permintaan mantan ibu mertuaku.Pernikahan mewah, begitu yang Baskoro ceritakan padaku. Aku hanya tertawa mendengarnya. Bahkan, dia memuji kecantikan sang istri. Lagi, aku tercengang saat Baskoro bercerita tentang pembudgetan yang luar biasa.Kembali aku teringat perbincangan dengannya saat dia menunggu Pak Erlan selesai meeting."Kamu kenapa tertawa begitu?" tanya Baskoro padaku."Istrimu kuat di kasih jatah segitu? Jadi laki jangan perhitungan. Nanti Rena kabur, baru nyesel." Aku sengaja menggodanya, sebagai perempuan pun aku menolak jika diberi jatah seperti itu."Ah, nggak mungkin, Wid. Dia pasti tahan dan kuat. Dia juga bekerja, pasti bisa buat tambahan. Dia sendiri yang mau acara mewah." Pembelaan Baskoro mengingatkan aku pada Mas Reno. Pria memang selalu benar dan tidak mau disalahkan.Ternyata kasihan, ingin