Share

Kukira Dia Cinta, Ternyata Pemberi Luka
Kukira Dia Cinta, Ternyata Pemberi Luka
Author: Lakmus

Bab 1

Author: Lakmus
Hari ketika Riko membantu Erni keluar dari rumah perawatan ibu dan bayi, aku baru saja menyelesaikan pekerjaan serah terima di rumah sakit.

Baru sampai di depan pintu, aku sudah mendengar tawa riang dari dalam.

"Anak ini benar-benar cantik! Alis tebalnya persis seperti punya Riko. Erni, kamu benar-benar berjasa besar bagi Keluarga Fosa."

Ibu mertuaku tersenyum gembira sambil mengelus bayi di pelukannya, sementara Riko keluar dari dapur membawa semangkuk sup iga panas yang mengepul.

"Erni, kamu sudah banyak menderita. Ini sup yang aku buat sendiri, tubuhmu masih lemah, kamu harus makan yang bergizi," ucap Riko.

Riko duduk di tepi ranjang, menatap Erni dengan penuh kasih sambil menyuapinya sup.

Pemandangan yang begitu hangat dan bahagia itu seperti keluarga yang sempurna.

Di sisi lain, ayah mertuaku memegang mainan bayi berbentuk genderang kecil sambil tertawa dengan penuh kebahagiaan.

"Anak ini sama menggemaskan seperti ibunya. Untung bukan anak si Nisa itu, punya ibu yang seorang dokter cuma buat pusing!" seru ayah mertua.

Tanganku yang memegang gagang pintu tiba-tiba menegang.

Aku teringat saat pertama kali bertemu ayah mertuaku. Waktu itu, dia dengan bangga menepuk bahuku dan mengatakan betapa dia bangga memiliki menantu yang berprofesi sebagai dokter.

Namun, sekarang, dari mulut yang sama, keluar kalimat bahwa dokter tidak pantas memiliki keluarga.

Saat baru menikah, keluarga suamiku pernah mengalami kesulitan keuangan. Jadi, aku mengeluarkan seluruh tabunganku berjumlah 200 juta untuk membantu mereka melewati masa sulit itu.

Kini, aku hanya pergi ke luar negeri selama setahun untuk studi lanjut, dan rumah ini sudah tidak menyisakan tempat untukku lagi.

Aku menunduk dan tersenyum getir.

Aku dan Riko sudah menikah selama tiga tahun, dulu kami juga pernah punya seorang anak.

Namun, karena sebuah kecelakaan, aku kehilangan anak itu dan sekaligus rahimku, membuatku tidak akan pernah bisa hamil lagi.

Saat tahu kabar itu, aku menangis sejadi-jadinya. Riko memelukku dengan erat dan menenangkanku. Dia pernah mengatakan bahwa seumur hidup ini hanya akan memiliki anak denganku.

Demi aku, dia bahkan memutuskan untuk hidup tanpa memiliki anak.

Namun, kini, dia mengingkari janjinya. Demi memenuhi keinginan terakhir gadis pujaan hatinya, dia menghancurkan prinsipnya sendiri.

Aku masih ingat hari aku berangkat ke luar negeri, dia menangis seperti anak kecil, memelukku dengan erat dan enggan melepaskanku.

Setiap hari kami saling menelepon, berbagi cerita kehidupan. Bahkan rekan-rekanku sering menggoda kami. Kata mereka sudah menikah tiga tahun, tetapi kami masih seperti pasangan yang baru jatuh cinta.

Namun, sebulan lalu, aku akhirnya mendapat cuti dan pulang. Meskipun harus menempuh sembilan jam penerbangan, aku tidak mengeluh sedikit pun. Begitu sampai di rumah, aku malah melihat Riko berjalan bergandengan tangan dengan Erni di taman kompleks.

Di sana, perut Erni tampak tengah membuncit besar.

Lamunanku sontak buyar ketika Erni menatapku dan berkata, "Kak Nisa, kapan kamu pulang? Kenapa berdiri di depan pintu, nggak masuk?”

Begitu dia bicara, semua orang di ruangan itu menoleh ke arahku. Saat ibu mertua melihat surat pengunduran diri di tanganku, alisnya langsung mengernyit.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kukira Dia Cinta, Ternyata Pemberi Luka   Bab 11

    Aku tidak mengalami luka serius, tetapi Peter terkena ledakan dan satu kakinya cedera.Karena merasa bersalah, aku memutuskan untuk menebusnya dengan seluruh hidupku dan berjanji akan merawatnya seumur hidup.Awalnya, aku memang bersama Peter dengan niat untuk menemaninya dan menebus kesalahanku. Namun, seiring waktu berlalu dan kami terus berinteraksi, perlahan-lahan aku mulai memahami isi hatiku sendiri.Kelembutannya, kesabarannya, ketulusannya, dan pengertiannya yang mendalam membuat hatiku yang dulu beku perlahan menjadi hangat kembali. Aku sadar sepertinya aku kembali memiliki kemampuan untuk mencintai seseorang lagi.Dengan dorongan dan bantuan rekan-rekan kerja, aku akhirnya menerima Peter sepenuh hati.Kami menjadi sepasang kekasih dalam arti yang sesungguhnya dan berjanji untuk saling setia sampai menua.Aku pikir, mungkin Tuhan merasa iba melihat aku yang selama ini sendirian, sehingga Tuhan menghadirkan takdir baru tepat di genggamanku. Karena itu, kali ini aku bertekad unt

  • Kukira Dia Cinta, Ternyata Pemberi Luka   Bab 10

    Aku menatapnya dengan dingin, setiap kata keluar dari mulutku dengan penuh ketegasan."Aku nggak mungkin kembali pada cinta yang sudah berlalu, apalagi kembali cuma untuk menjadi pengasuh gratis untukmu dan anakmu. Jadi, lupakan saja," ucapku.Mata Riko memerah. Dia membuka mulut seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun, sebelum sempat bersuara, aku sudah lebih dulu berkata, "Aku masih ada urusan. Tempat ini berbahaya, sebaiknya kau cepat pulang saja."Selesai berbicara, aku berbalik menuju perkemahan.Dari belakang, suara Riko kembali terdengar."Nisa, kalau kamu nggak mau pulang, aku juga nggak akan pergi. Aku akan tetap di sini menemanimu. Saat semua hal yang mau kau lakukan sudah selesai, aku akan ikut pulang bersamamu," teriak Riko.Aku sama sekali tidak menoleh, bahkan tidak berniat menjawab apa pun. Namun, belum sempat aku melangkah jauh, kudengar dia menerima panggilan telepon. Sepertinya dari rumah sakit di dalam negeri."Apa katamu? Erni meninggal? Aku segera pulang! Kalian har

  • Kukira Dia Cinta, Ternyata Pemberi Luka   Bab 9

    Jadi, sekarang, untuk apa Riko bersusah payah datang mencariku lagi?Memikirkan hal itu, aku sedikit gugup dan tidak nyaman. Aku mendorongnya menjauh dengan wajah datar."Riko, kita sudah bercerai," ujarku.Mendengar itu, mata Riko memerah makin berat, suaranya serak dan bergetar."Nisa, jangan dorong aku, kumohon. Aku sudah menyusuri semua bandara, bertanya ke setiap petugas, baru akhirnya bisa menemukanmu di sini …. ""Kamu tahu nggak, selama satu bulan kamu pergi, banyak hal yang terjadi. Ibuku … dia sudah meninggal," pungkas Riko.Aku tertegun. Aku tidak pernah terpikir kalau ibu Riko sudah tiada.Selagi aku masih diam membeku, Riko terus berbicara dengan suara penuh penyesalan."Nisa, maaf … dulu kami semua nggak percaya padamu, kami pikir kamu berbohong. Tapi yang berbohong sebenarnya adalah Erni!""Dia pembohong! Dia sama sekali nggak mencari dokter ahli yang kamu sebut. Penyakit ibuku justru makin parah. Andai saja waktu itu kami mendengarkanmu dan menemui dokter yang tepat, mu

  • Kukira Dia Cinta, Ternyata Pemberi Luka   Bab 8

    Riko menunduk dan diam tanpa berbicara sepatah kata, tampak seperti anak kecil yang baru saja melakukan kesalahan. Namun, suara marah ayahnya membuat bayi di pelukannya terkejut dan menangis keras.Tangisan bayi itu membuat ayah mertua makin kesal. Dengan wajah murka, dia menaruh bayi itu di kursi plastik di sampingnya sambil berseru, "Menangis apa lagi! Siang malam kerjanya cuma nangis! Orang bisa mengira kita melahirkan seorang tuan besar kalau begini!""Riko, itu anakmu, kamu yang tenangkan sendiri!" ucap ayah mertua ketus.Namun, Riko sudah tidak sanggup lagi memperhatikan apa pun. Dia perlahan mengeluarkan ponsel, berusaha meneleponku. Mungkin hanya aku yang bisa menghubungi dokter ahli tersebut untuk melakukan operasi.Akan tetapi, panggilannya tidak pernah tersambung karena saat itu aku sudah berada di pesawat yang menuju luar negeri. Di dalam pesawat, aku bersandar di jendela, memandangi pemandangan di luar yang perlahan menjauh, hingga dorongan kuat membawa pesawat menembus la

  • Kukira Dia Cinta, Ternyata Pemberi Luka   Bab 7

    Akhirnya, Riko hanya bisa menatap punggungku yang menjauh meninggalkan mereka dengan tegap. Dia berpikir bahwa dirinya masih ada waktu untuk berbicara baik-baik lagi setelah semua ini reda. Lagi pula, selama dia menolak menandatangani surat cerai, hubungan kami tidak akan benar-benar putus.Dengan berpikir seperti itu, Riko pun merasa sedikit tenang. Namun, dia tidak tahu. Sejak dia dan Erni memiliki anak, sejak dia mengkhianati perasaan kami, kami tidak mungkin bisa bersama lagi.Setelah aku pergi, Riko dan rombongannya yang panik langsung membawa Erni ke rumah sakit. Namun, di perjalanan, ibu mertua justru mengalami sesak akibat gejolak emosi dan asmanya kambuh lagi. Wajah ibu mertua memucat, bibirnya kebiruan, dia mencengkeram tangan Riko sambil tersengal meminta pertolongan."Riko … tolong … Ibu sangat sesak …." pinta ibu mertua.Di sisi lain, Erni juga menutup dahi, memegangi pakaiannya dengan napas yang tersengal sambil berseru, "Riko … aku kesulitan bernapas … sepertinya aku ngg

  • Kukira Dia Cinta, Ternyata Pemberi Luka   Bab 6

    "Kamu mau apa? Aku peringatkan, jangan asal bicara atau aku nggak akan melepaskanmu!" ancam Riko kepadaku.Wajah Riko tampak panik. Dia menarik ujung lenganku dan memperingatkanku dengan suara rendah, tetapi aku menepis tangannya tanpa menoleh sedikit pun.Kalau memang tidak melakukan hal memalukan, kenapa harus takut saat kebenaran terpampang di depan mata?Aku menarik napas perlahan, lalu berbicara dengan tenang di hadapan semua orang, "Pertama-tama, aku ingin berterima kasih kepada semua kerabat yang sudah datang jauh-jauh untuk menghadiri pesta satu bulanan hari ini.""Sebagian besar dari kalian juga menjadi saksi saat aku dan Riko melangkah ke pelaminan beberapa tahun lalu. Selama ini, aku selalu mengingat doa dan restu dari kalian. Tapi, tadi saat kalian masuk, seharusnya juga sempat melihat foto keluarga yang terpajang di pintu."Begitu aku mengucapkan itu, wajah Riko sontak berubah. Dia bergegas menghampiriku dengan wajah yang masam, lalu mencoba merebut mikrofon dari tanganku.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status