Share

Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku
Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku
Author: Pineaple

1. Win Win Solution

Author: Pineaple
last update Last Updated: 2024-09-09 11:54:30

"Saya akan bebaskan Pak Marwan dari penjara, asal kamu mau menikah dengan suami saya!" tawar mbak Lena tiba-tiba menghampiriku seraya bersedekap.

Aku yang sedang bekerja didepan mesin cuci seketika terdiam mendengarnya, padahal niatku hanya minta kasbon sembari menceritakan musibah yang menimpa orangtuaku satu-satunya itu. Dan demi dapat mengantarkan makanan kesukaan bapak, aku rela meminta gajiku diturunkan lebih awal kepada mbak Lena, selaku pemilik usaha laundry di tempatku bekerja.

Akan tetapi, wanita itu justru menawarkan hal yang aneh sekali.

"Maksud mbak Lena ...?" tanyaku dengan kalimat menggantung, sebab aku tak sanggup melanjutkannya.

Sebagaimana seorang perempuan, tentu saja aku merasa heran dengan penawarannya, apa aku tidak salah dengar?

"Kamu sudah kenal Mas Azka, kan?" tanya bosku itu lagi tak sabar, karena aku malah mematung ditempat.

Akupun reflek mengangguk sambil teringat jika suaminya yang pernah datang sekali itu ternyata adalah kakak kelasku semasa SMA. Namun, aku hanya sekedar tahu namanya saja, karena dulu Azka adalah siswa tampan, populer dan idola pada masanya, hanya itu.

Aku bahkan tak pernah sekalipun bertegur sapa dengannya.

"Jadi, kamu mau atau tidak? Asalkan kamu mau menikah dan segera hamil, saya jamin bapakmu akan bebas!" tanya mbak Lena lagi dengan mudahnya, ia menuntut jawabanku segera.

"Hah!"

Apalagi ini, pasangan macam apa mereka? ... kenapa malah meminta anak dariku? Aku tahu mbak Lena memang belum memiliki anak, tapi...

Aku hanya bisa mengerjap heran dengan mulut yang terbuka seraya memandang wanita itu.

Tahu aku sedang membatin mencerna kalimatnya dengan penuh tanda tanya, mbak Lena mendengkus panjang lalu menghubungi seseorang.

Karyawan lain pun diminta menggantikan tugasku, tanpa bertanya lebih dulu, wanita itu langsung mengajakku pergi ke sebuah restoran.

"Ini mbak Sonia, istri pertama Mas Azka!"

Degh

Seruan mbak Lena kembali membuatku takjub tak habis pikir.

"Ini yang namanya Elva, mbak?" beritahu Lena pada Sonia seraya menyenggol lenganku, berisyarat agar aku segera mengulurkan tangan untuk menyalami wanita elegant berwajah cantik dengan tampilan ala-ala wanita karier tersebut.

"I-istri pertama ...!" beoku kemudian, dengan kening berkerut dalam.

"Saya istri pertama Azka Fadillah!" sambungnya menegaskan informasi tersebut.

Akupun melirik mbak Lena bingung, sembari otakku otomatis bekerja. Jika wanita ini adalah istri pertama, maka mbak Lena adalah istri kedua, lalu jika aku menjadi istrinya ... berarti aku adalah urutan berikutnya?

Tuhan, seplayboy itukah?

Sementara itu, mbak Lena masih sibuk memintaku untuk meraih tangan wanita berkelas dihadapanku.

Dengan ragu, mau tak mau aku segera mengulurkan tangan sambil memperkenalkan diri, senyumku yang dipaksakan pun mungkin telah terbaca oleh mereka berdua. Untung saja, mbak Sonia tidak banyak berkomentar, ia menyambutku dengan ramah meski terkesan sinis lalu mempersilakan kami duduk.

"Poin pertama, kamu harus bersedia menikahi mas Azka. Poin keduanya, kurang dari dua tahun kamu harus bisa melahirkan anak untuknya!" ucap mbak Sonia begitu lugas tanpa berbasa-basi.

Gleg

Kupikir setelah bertemu wanita anggun ini, rasa penasaranku akan terjawab. Tapi nyatanya, ia malah menodongku dengan pertanyaan yang sama, bahkan lebih rinci dan gamblang dari sebelumnya.

Sementara aku masih menautkan kening, tak percaya dengan drama mereka. Apa ini hanya jebakan?

"Say-saya ... !"

"Saya jamin, besok lusa bapak kamu sudah bebas, jika kamu bersedia!"

Belum sempat aku menyelesaikan ucapan, mbak Sonia segera menyela dan terus mengimingiku dengan penawaran yang menggiurkan.

Seolah tak ingin mendengar alasanku apalagi penolakan, wanita itupun menjelaskan tentang apa dan mengapa ia sampai merencanakan pernikahan suaminya. Lagi, ia juga memberikan penjabaran tentang keuntungan yang akan aku dapatkan jika mau bekerjasama dengannya.

Tak kalah penting dan tak kalah mengejutkan, Kedua wanita itu akhirnya memberitahuku jika selain mereka berdua rupanya lelaki bernama Azka itu juga telah mempunyai istri yang lain.

Meski tidak hadir pada pertemuan ini, namun Lena dan Sonia berani menjamin jika istri ketiga itu tidak akan keberatan dengan keputusan mereka.

Aneh sekali bukan? Dan yang lebih aneh lagi adalah, posisiku yang kini mundur satu langkah, yaitu menjadi istri ke empat.

Ya Tuhan! Mimpi apa aku semalam?

Ini Berkah atau Musibah?

"Maaf sebelumnya, bukan maksud saya menyinggung perasaan kalian, ta-tap .. tapi, apa kalian sadar dengan yang kalian lakukan?" tanyaku berhati-hati, pada dua wanita itu melihatnya bergantian.

"Dan saya yakin, mbak Sonia juga tidak akan bertindak sembarangan!" tambahku lagi melirik wanita pintar diseberangku.

Sonia tidak langsung menjawab, ia menghela napas dalam-dalam lalu menghembusnya kasar sebelum buka suara.

"Saya rasa, kamu juga cukup bijak dalam menentukan pilihan, anak dan orangtua adalah dua hal yang sama penting, bukankah ini sudah setimpal!" sahut mbak Sonia tajam. Dan akupun langsung terdiam kembali.

Ya, intinya mereka menginginkan anak dariku dan Mas Azka. Dan sebaliknya, akupun menginginkan orangtuaku bebas dari penjara.

Sejujurnya, aku butuh bicara berdua dengan pemilik nama yang sejak tadi kami bicarakan, namun ketika mengingat sosoknya sembari memejamkan mata, entah kenapa berkali-kali ucapanku seolah tertahan di tenggorokan.

"Saya beri kamu waktu satu hari untuk berpikir!" putus Sonia, sebab belum mendapatkan kepastian dariku.

Wanita itu melihat ke arah jarum jam dipergelangan tangan sebelum beranjak meninggalkan aku bersama Mbak Lena dengan kebimbangan luar biasa.

***

Kuhempas tubuh yang lelah ini diatas tempat tidur, pandangan ku lurus keatas menatap langit-langit sembari menyelami kembali kalimat-kalimat ajaib yang terlontar dari dua wanita yang kutemui tadi siang.

Kuakui, aku cukup tergoda dengan penawaran itu karena membebaskan bapak dari jeruji besi adalah hal yang sedang aku perjuangkan saat ini.

Akan tetapi, mengingat kesepakatan yang tidak biasa dan lumayan berat itu, akupun harus mempertimbangkannya ratusan kali.

Ayolah ... Ini perkara anak, bagaimana caranya agar aku bisa segera hamil sementara cinta saja kami tidak punya? Belum lagi, seorang anak tidak selayaknya dijadikan bahan mainan, perjanjian atau alat pembayaran dan sebagainya.

Apakah mereka tidak mengerti, seandainya aku menikah dan memiliki anak bersama lelaki itu, artinya aku dan Mas Azka akan semakin memiliki ikatan erat.

Bahkan, sekalipun kami telah menyadari tidak adanya cinta selama pernikahan, kami tidak bisa dengan mudahnya memilih berpisah, sebab kami memiliki tanggung jawab untuk masa depan anak itu.

"Kamu tidak perlu khawatir, tidak ada tuntutan perceraian setelah kamu melahirkan, dan kamu juga memiliki hak selayaknya istri-istri yang lain."

salah satu ucapan mbak Sonia yang mungkin bisa kupegang kuat untuk menyetujui kesepakatan ini.

Apakah aku harus mengiyakannya?

Mungkin dengan pernikahanku, setidaknya bapak tidak akan lagi membanting tulang dan menjadi supir truk yang mengantuk diperjalanan, dan akupun tak perlu khawatir dengan insiden kecelakaan yang memakan korban jiwa itu terulang kembali.

Melihat bapak yang tersenyum damai padaku setiap hari, adalah impianku. Inilah yang bisa kulakukan untuknya, setelah pengorbanan beliau yang luar biasa memperjuangkan kehidupan kami.

Apa ini yang dinamakan Win win solution?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku   58. Hamil

    "Kamu kalau tidak tahu apa-apa, gausah ikut campur!" tegas mas Azka dengan angkuh."Kalau aku tidak tahu tentang kalian, tidak kubiarkan Elva menangisi bajingan sepertimu!" balas kak Abi menyindir.Suasana semakin memanas ketika mas Azka beralih menatapku, entah apa yang ada didalam benaknya."Jadi si tukang bengkel ini tahu semua tentang kita?" lirihnya menanyaiku seperti tak terima."Elva, kamu membeberkan keadaan rumah tangga kita pada orang lain?" tanya mas Azka lagi, sebab tak kunjung mendapat jawaban dariku.Karena bingung harus menjawab apa, akupun hanya diam mematung sambil melirik pada kak Abizar seolah meminta dukungan darinya.Jujur saja, aku masih sangat kesal pada sikap suamiku."Jawab Elva!" kesabaran mas Azka sudah berada pada puncaknya, karena itulah dia makin menuntut dengan nada suara lebih tinggi."Setidaknya, kak Abi bisa memberikan bahunya untuk dijadikan sandaran disaat suamiku sendiri memilih menyingkirkan aku!" sahutku reflek, didasari kekecewaan akhirnya aku

  • Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku   57. Ingin Berpaling Tapi Tak Bisa

    "Please Elva, jujur sama saya!" desak kak Abi saat kami berjalan keluar dari kantor polisi menuju parkiran."Jujur apa lagi sih kak?" tegasku sembari terus menghindari tatapan matanya yang penuh tanda tanya."Kamu jangan bohongin saya, mana mungkin kamu mau menikah dengan pria yang sudah beristri lebih dari satu!" Rupanya kak Abi masih belum memercayai keteranganku dan bapak saat didalam tadi."Untuk apa El sama bapak bohongin kakak, untungnya apa?" terangku lagi."El!"Langkahku terhenti saat kak Abi mencekal lenganku, ia muak dan malas bermain kejarmungkin-kejaran denganku."Jadi selama ini, kamu menjalani rumah tangga secara poligami? dan dua wanita yang mau kamu temui kemarin adalah istri-istri tua suamimu?" tuntutnya lagi, ia sangat tidak berharap aku mengiyakan dugaan itu. Tapi, mau bagaimana lagi, yang dia katakan adalah kenyataan sebenarnya."Iya kak!" jawabku pasrah dan lemah.Kak Abi langsung menjatuhkan kedua bahunya lelah, seperti menolak percaya, kecewa, dan prihatin ter

  • Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku   56. Sebuah Dugaan

    Salahkan jika aku merindukan suamiku, salahkah jika aku menginginkan kehangatan pelukannya.Rasanya kacau sekali setelah mengetahui mereka telah serumah tanpa memberitahuku."Sadar Elva, sadar!""Yang mbak Sonia lakukan sama halnya seperti yang kau lakukan sendiri bersama Azka di Australia kemarin!" batinku terus memperingati kegundahan hati yang terus mengaduk perasaanku."Aku sendiri juga pernah berduaan dengan suaminya, kan?" kembali, aku berusaha menguatkan diri ini dan terus menyeka air mata yang tak telah menjebol bendungannya."Astagfirullah, apa yang terjadi padaku?"Hampir semalaman aku malah menangisi mas Azka, bukankah harusnya aku lebih memikirkan ayahku yang tengah kedinginan didalam jeruji besi daripada si pembohong itu.Meskipun tubuhku sangat lemas, namun aku berusaha untuk bangkit, selain bangkit dari keterpakuan diatas sofa hampir semalaman, aku juga harus bangkit dari keterpurukan dan rasa cemburu, jangan sampai perasaanku pada mas Azka berhasil menumbangkan pertaha

  • Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku   55. Mencintai Suamiku

    "Kamu kenapa sih El, emang suami kamu gak bisa ditelpon?" Kak Abi langsung menodongku dengan pertanyaan saat aku baru saja membuka mata dan tersadar, Meskipun nadanya ketus tapi aku tahu dia peduli."Minta minum kak!" ucapku lebih dulu menjeda dengan suara serak yang hampir tak terdengar.Sambil bersabar menunggu jawabanku, kang bengkel itu segera membangunkan tubuhku yang masih lemas untuk bersandar di sandaran sofa lalu diberikan segelas air.Tercium bau menyengat khas minyak kayu putih dari sekeliling tempatku berbaring setelah aku mengembalikan gelas kosong itu padanya."Ukkhh, kalau bisa dihubungi, untuk apa aku menunggu semalaman, El sampai gak bisa tidur kak!" keluhku pada akhirnya penuh kepasrahan.Aku bersandar dikursi dengan kaki yang diluruskan, jujur saja kepala ini masih pusing dan terasa berputar-putar. Hingga kemudian kak Abi menunjukkan keningku yang agak merah dan benjol.Aku baru sadar jika kepalaku juga sakit dan berdenyut, entah apa yang terjadi tadi pagi setelah

  • Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku   54. Rumah Baru

    "Sudahlah Elva, ayo kita pulang!" tak henti-henti kak Abi dan bapak mengatakan kalimat memuakkan itu.Bukankah sudah kukatakan, aku ingin bermalam disini menemaninya."El, kamu gak bisa disini, ini bukan tempatmu!" kak Abizar kembali membujukku, begitu pula dengan beberapa petugas disana."Aku tahu ini bukan tempatku, dan seharusnya ini juga bukan tempat yang pantas untuk bapak!" Kutepis semua nasihat itu, karena yang kukatakan adalah kebenaran, aku harus berjuang untuk itu."Kita selesaikan ini besok, El!" Astaga, kak Abizar tak bosan-bosan mengajakku untuk pulang.Tentu saja, itu membuatku mengeratkan pelukan pada bapak, sekalipun sudah terbatas oleh besi."Kamu istirahat dirumah ya nak, datanglah besok, bapak gak mau kamu tinggal disini." sejak tadi setelah makan dengan lauk tumis kangkung buatannya, dengan penuh kelembutan dan kesabaran bapak memang terus mengatakan hal yang sama, yaitu menyuruhku segera pulang. Tapi bukankah itu sangat kejam? Sebagai anak, aku tidak mungkin be

  • Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku   53. Tempat Bermalam Yang Dingin

    "Pak, tolong jangan bawa orangtua saya, dia tidak bersalah!" mohonku segera berlutut menarik kaki seorang Polisi yang sudah memegang kedua tangan orang yang aku sayangi."Ini perintah, mbak tidak boleh menghalang-halangi kami!" dengan tegas, pak polisi berkumis tebal itu menjawabku. Ia juga memperlihatkan surat itu lagi, surat yang tadi kuabaikan karena merasa ketentuannya tidaklah adil dan mendasar."Mana mungkin bapak saya mencelakai orang, dia sudah berhenti bekerja sebagai supir truck sejak empat bulan yang lalu." Sebagai bukti, akupun menunjukkan kebun sayuran organik yang dikelola bapak dibelakang rumah, pun dengan menunjukkan tidak adanya mobil truck yang terparkir didepan rumah. Hanya saja, untuk sementara ini aku memang tidak bisa memperlihatkan surat pemberhentian kontrak atas pekerjaan bapak, karena ia memang hanya sebagai sopir lepas. Entahlah... setahuku bapak memang tidak menerima jaminan apa-apa di perusahaan tempatnya bekerja, sekalipun pekerjaan itu cukup beresiko.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status