Share

Bab 5

Penulis: Fortunata
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-10 14:36:08

Rena yang merasa panas mengingat masa lalu itu meneguk es lemon tehnya dengan kasar.

“Indy bahkan selalu ketakutan dulu pas lewat depan aku. Artinya apa? Artinya dia merasa bersalah ke aku. Dia tahu yang dia lakuin salah. Sementara kamu? Cuma kamu yang enggak merasa itu salah,” tambah Rena.

Rena bahkan menatap Rendy frustasi. Ekspresinya bahkan mengisyaratkan dengan jelas bahwa gadis itu sedang mengumpat, “Hey bro, come on! Kamu pinter loh, masa logika sederhana begini enggak kepikiran!”

Rendy meletakkan burgernya yang masih tersisa sedikit di atas piring dan menatap lurus ke mata Rena.

“Tapi Ren…” ucap Rendy terlihat ingin membantah.

“Apa?” tanya Rena ketus.

Rendy diam dan merenung sesaat. Penjelasan Rena masuk akal juga. Benar juga dulu dia mulai dekat dengan Indy saat masih berpacaran dengan Rena. Meski status mereka bukan pacar, dia lebih sering menghubungi Indy daripada Rena.

“Okee. Aku ngaku salah. Aku bersalah sama kamu, Ren. Maaf, aku belum sempat minta maaf dengan benar sama kamu,” ujar Rendy pelan.

Dia benar-benar baru paham mengapa Rena sangat marah hingga memblokir instakilo pria itu.

“Hmm, iya,” jawab Rena singkat.

Lagi-lagi Rena menghembuskan nafasnya dengan kasar. Rendy sudah meminta maaf, apa lagi yang harus ia lakukan jika Rendy sudah meminta maaf?

Semua sudah lama berlalu.

“Aku maafin, lagian udah lama juga lewat,” lanjut Rena.

Mendadak, raut wajah Rendy berubah cerah saat mendengar maaf dari Rena.

“Tapi jangan bercanda dengan panggil aku istri kamu lagi, enggak lucu. Satu lagi, tolong itu jelasin ke orang tua kita masalah jodoh-jodohin atau apa lah itu. Mamaku enggak akan mau dengerin aku soalnya. Kamu juga pasti enggak mau kan dijodohin sama aku?”

“Siapa bilang? Aku mau-mau aja tuh," jawab Rendy enteng.

“Hah? Rendy kamu gila ya? Mana ada sih orang yang mau nikah sama cewek yang bahkan udah enggak pernah di kontak selama hampir sepuluh tahun? Kita bahkan enggak tahu masing-masing dari kita berubah sejauh mana!!” ucap Rena setengah berteriak.

Gadis itu benar-benar tak mengerti apa yang ada di kepala sang mantan pacar.

"Waaahhh, kayaknya seru nih! Kita boleh gabung kan?" tanya Silvi pada Rena dan Rendy.

"Kenapa lagi sih iblis betina ini pake acara muncul segala?" batin Rena sebal.

Dia yang sedang emosi jadi harus harus merasakan emosi dua kali lipat dikarenakan kedatangan Silvi dan Mia.

"Siapa ya?" tanya Rendy pada Silvi dan Mia.

"Kita sekantor loh, aku Mia dan ini Silvi," ucap Mia memperkenalkan diri.

Dia dan Silvi langsung duduk di kursi kosong sebelah mereka berdua. Rendy dan Rena sendiri belum mengizinkan mereka.

"Halo Mia, halo juga Silvi. Maaf banget ya kita lagii..."

Belum sempat Rendy menyelesaikan kalimatnya, Rena sudah berdiri dari tempat duduk.

“Aku balik ke kantor duluan, permisi.”

Rena dengan cepat berjalan keluar dari Wekdi. Rendy sangat marah, pria itu sudah berniat untuk keluar dari sana juga.

"Kita denger loh tadi obrolan kalian," ucap Mia.

Rendy mengurungkan niatnya.

"Kalian denger? Mulai dari mana?" tanya Rendy mengernyitkan dahi.

"Dari kamu yang bersedia dijodohin sama Rena, orang tua kalian saling kenal? Jangan mau sama Renaaaa, mending sama aku aja," ucap Mia menggoda Rendy tanpa tahu malu.

Rendy terlihat tidak nyaman dengan ucapan Mia.

"Mia ngomong begitu ada alasannya, Rena itu bukan cewek yang bener. Kan sayang banget kamu ganteng begini dapet cewek yang enggak bener," ucap Silvi santai sembari meminum lemon tea.

"Maksudnya?" tanya Rendy heran.

"Dia suka banget rebut pacar orang. Itu Silvi aja putus sama pacarnya gara-gara digodain sama Rena," ucap Mia.

"Aku tahu kamu pasti enggak percaya, tapi yaa kenyataannya begitu. Mungkin kamu akan berpikir kalau dia yang dulu enggak mungkin begitu, tapi orang kan bisa berubah," kata Silvi.

"Iyaaa betul tuh kata Silvi, kamu sama aku aja. Aku jamin enggak akan selingkuh, kamu pasti bahagia dari aku. Lagian aku juga lebih cantik kan daripada dia?" tanya Mia dengan percaya diri.

Rendy hanya tersenyum kikuk mendengar perkataan Mia. Kepala Rendy penuh dengan pertanyaan atas pernyataan yang mereka berdua sampaikan barusan.

***

“Rennnaaaa!! Kamu kenapa? Kenapa baju kamu kayak gini?” tanya Mitha yang terkejut melihat penampilan Rena pagi ini.

Baju hijau stabilo dan celana pink fuschia. Sungguh perpaduan cerah nan terang secerah matahari yang terbit di pagi hari.

“Enggak kenapa-kenapa sih, pengen ganti suasana aja. Lagian kantor kita kan enggak masalahin dress code selama enggak ketemu klien,” ucap Rena santai.

Mereka bekerja di perusahaan Konsultasi Teknologi Informasi dan jabatan mereka adalah konsultan senior. Memang benar di kantor mereka terbilang cukup bebas dalam berpakaian. Namun, saat bertemu klien, aturan pakaian formal diberlakukan.

“Y… yaaa.. okeee…”

Mitha kehabisan kata-kata untuk berkomentar karena semua yang dikatakan Rena itu BENAR.

“Astaghfirullah… Ya Allah Ya Rabbi… Kamu kenapa Renaaaa?”

“Kamu beneran Rena kan?”

Pak Bambang yang baru saja datang sangat terkejut dengan penampilan Rena pagi ini.

"Anak yang biasanya pakai baju warna kalem kenapa jadi heboh begini sih?" batin pak Bambang.

Pak Bambang benar-benar menatap Rena dengan seksama dari ujung rambut hingga sepatu. Sepatu gadis itu pun sama berwarna hijau stabilo!

“Iya ini Rena pak, 100% orisinil ini Rena. Mama saya enggak berniat untuk ganti nama saya sih,” jawab Rena santai. Seperti biasa, es kopi selalu ada di tangannya.

"Gimana? Bagus kan?" tanya Rena yang mendadak berdiri di depan pak Bambang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 22

    "Bodoh sih sejujurnya, kan gue udah bilang putusin ajaaa cowok kayak gitu. Cowok yang gak mau coba untuk deep talk tuh buat apa sih dipertahanin? Aaaaarrrggghhhh!! Sebel!!!!!"Rena hanya bisa mengumpat dalam hati. Dia tidak tega harus berkata seperti itu pada Mitha yang sedang sedih dan sakit."Sabar Rena saabbaaarrrrrr," batin Rena."Enggak mit, enggak bodoh kok. Jangan nangis lagi ya, Mit. Lo harus fokus buat sembuh dulu ya..."Rena hanya bisa mengucap hal itu berulang-ulang bak mantra sihir hingga tiba di apartemen Mitha.Mitha hanya menangis sesegukan di sepanjang jalan. Terlihat wanita yang pucat pasi itu menahan diri agar tidak berteriak histeris."Ren, kamu gendong aja ya. Kasihan kalo dibangunin," ucap Rena pada Rendy usai pria itu memarkirkan mobil di parkiran apartemen Mitha."Kamu gak cemburu?" tanya Rendy.Anehnya, Rena merasa senang dengan pertanyaan Rendy barusan. Perutnya serasa dipenuhi kupu-kupu, dadan

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 21

    "Malam dok," jawab Rena dan Mitha bersamaan."Saya demam," jawab Mitha lemah.Rasa dingin Mitha sudah sedikit berkurang kali ini."Sudah berapa hari demamnya mbak?" tanya dokter Yasmine."Dari kemarin malam mbak. Saya jam empat pagi tadi juga udah sempat ke klinik dan minum obat dari dokternya. Cuma memang demamnya belum turun-turun," jelas Mitha."Kalau saya boleh tahu, mbak nya diberi obat apa saja ya oleh dokter klinik?""Saya dikasih obat demam, obat radang tenggorokan, antibiotik sama vitamin dok. Untuk nama obatnya saya gak inget dan gak bawa juga," kata Mitha.Mitha menyesali mengapa tidak sempat memotret obat yang ia dapat dari klinik."Tadi dia buru-buru saya bawa ke sini karena udah terbaring di lantai pas saya sampai di apartemennya dok, makanya gak kepikiran buat bawa obatnya juga," jelas Rena pada dokter Yasmine."Baik kalau begitu. Maaf sebelumnya, dengan mbak siapa?""Saya Rena, teman saya ini Mitha, dok..."Dokter Yasmine pun tersenyum dan memegang kening Mitha."Cukup

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 20

    "Pfffftttt... ppfffffttt..."Rena benar-benar berusaha menahan tawanya."Tadi katanya gak akan ketawaaaaaa??" tanya Mitha cemberut.Meski begitu, Mitha tidak marah pada Rena."Iya... okee... maaf.. maaf.. aku gak akan ketawa lagi..."Rena berusaha berhenti tertawa secepat mungkin. Jujur saja, perut gadis itu sampai sakit menahan tawa."Ehhmmm... eehhheemmm..."Rena berdehem untuk membantu dirinya sendiri agar tak tersenyum. Gadis itu dengan cepat meraih botolnya agar bisa minum sehingga fokusnya dapat segera teralihkan."Okeee, tanya ke chatGPT," ucap Rena berusaha kembali serius pada topik pembicaraan mereka."Terus apa kata chatGPT?" tanya Rena usai meletakkan botolnya kembali ke meja.Mitha memajukan bibirnya. Meski terlihat tak senang, Mitha tetap ingin bercerita tentang kebodohan yang telah lama ia pendam ini."Menurut chatGPT, hal itu dikarenakan dalam hati aku merasa enggak dianggap sebagai bagian dari hidup pacarku. Umumnya, undangan pernikahan adalah ajang perkenalan pasangan

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan    Bab 19

    "Dia adalah contoh nyata dari istilah 'kalau udah cinta, tai ayam pun rasa coklat'. Gak usah terlalu dipikirin," jawab Mitha dengan mimik wajah jutek andalannya."Pfffttttt, bisa-bisanya lo Mit..." sahut Olivia.Olivia sendiri tidak pernah terpikir lagi dengan istilah jadul itu hingga Mitha menyuarakannya."Hahahaa...""Hahaha, tapi bener juga sih ya.""Emang dia segitunya banget..."Seluruh anggota tim jadi menertawakan celotehan Mitha sebelumnya. "Halo???" ucap seseorang memecah gosip sore Rena and friends.Semua orang langsung menoleh ke arah sumber suara."Jamal... Jamal... Bisa-bisanya dateng sekarang, lagi seru nih kittaaaa..." ucap Olivia sedikit merajuk pada Jamal."Bikin kaget aja..." gumam Mitha."Hehe... Maaf ya, maaf banget. Bentar doang kok. Mau kasih undangan nikah buat kalian satu divisi," jawab Jamal malu-malu.Jamal pun meletakkan undangan fisik berbentuk amplop berwarna merah ke meja yang paling dekat dengannya."Waaahhh... Selamat Jamaallll, akhirnyaaaa...""Widihh

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 18

    "Aku gak janji ya mbak, kan ada beberapa orang yang lewat tadi pas aku lagi ngomong sama debt collector. Apalagi mbak tahu perlakuan Silvi itu parah banget ke aku. Jadi jangan berharap banyak, aku gak sebaik itu mbak," jawab Rena datar."Kenapa harus capek-capek rahasiain, biarin aja dia malu. Kalo emang bukan dia, biarin aja entar dia klarifikasi sendiri. Ngapain aku harus pusing pikirin dampak yang bakal dia dapet," gerutu Rena dalam hati.Rena langsung berdiri bersiap untuk keluar ruangan."Terus uangnya gak apa mbak gak usah dibalikin, anggap aja aku nyumbang. Buang sial. Aku pamit balik ke meja mbak," pamit Rena pada Hanna.Hanna tak bisa berkata apa-apa untuk menahan Rena. Wanita itu coba memposisikan dirinya di kaki Rena."Jika aku Rena, sepertinya aku akan langsung membuat pengumuman ke seluruh kantor agar dia malu," gumam Hanna.***"Si gatel lewat tuh...""Kapan sih dia resign, kesel banget harus lihat dia lewat..."Meski celaan ini sudah menjadi santapan sehari-hari, tetap

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 17

    "Halo... Pak... Saya bukan Silvi, ini siapa ya? Boleh jelasin dulu kenapa bapak cari Silvi?" tanya Rena berusaha menekan emosinya."MANA SILVI? SURUH DIA BAYAR HUTANG! MAU CUMA DAPET DUIT AJA, BAYAR GAK SANGGUP. KALAU GAK SANGGUP BAYAR JANGAN PINJEM!""Pak... Maaf ya, anda bisa kan bicara santai saja. Silvi siapa yang anda cari?""SILVIA ANDARINA LAH! SIAPA LAGI? BUDEG YA LO?!""Apa-apaan pria ini? Kurang ajar sekali!" maki Rena dalam hati.Rena yang diam sebentar itu menatap Mitha dan Rendy berjalan santai melewati dirinya."Kamu kenapaaa?" tanya Mitha dengan suara pelan."Gak apa, lanjut aja lanjut..." jawab Rena yang tak kalah pelan."Beneran kamu gak apa?" tanya Rendy.Terlihat sekali pria itu mengkhawatirkan Rena."Gak apa, lanjut aja kalian kalau mau pergi," jawab Rena lagi."Pak, Silvia Andarina sedang tidak ada di kantor. Sebaiknya anda langsung menghubungi ponsel Silvi saja, yang anda hubungi sekar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status