Share

Bab 5

Rena yang merasa panas mengingat masa lalu itu meneguk es lemon tehnya dengan kasar.

“Indy bahkan selalu ketakutan dulu pas lewat depan aku. Artinya apa? Artinya dia merasa bersalah ke aku. Dia tahu yang dia lakuin salah. Sementara kamu? Cuma kamu yang enggak merasa itu salah,” tambah Rena.

Rena bahkan menatap Rendy frustasi. Ekspresinya bahkan mengisyaratkan dengan jelas bahwa gadis itu sedang mengumpat, “Hey bro, come on! Kamu pinter loh, masa logika sederhana begini enggak kepikiran!”

Rendy meletakkan burgernya yang masih tersisa sedikit di atas piring dan menatap lurus ke mata Rena.

“Tapi Ren…” ucap Rendy terlihat ingin membantah.

“Apa?” tanya Rena ketus.

Rendy diam dan merenung sesaat. Penjelasan Rena masuk akal juga. Benar juga dulu dia mulai dekat dengan Indy saat masih berpacaran dengan Rena. Meski status mereka bukan pacar, dia lebih sering menghubungi Indy daripada Rena.

“Okee. Aku ngaku salah. Aku bersalah sama kamu, Ren. Maaf, aku belum sempat minta maaf dengan benar sama kamu,” ujar Rendy pelan.

Dia benar-benar baru paham mengapa Rena sangat marah hingga memblokir instakilo pria itu.

“Hmm, iya,” jawab Rena singkat.

Lagi-lagi Rena menghembuskan nafasnya dengan kasar. Rendy sudah meminta maaf, apa lagi yang harus ia lakukan jika Rendy sudah meminta maaf?

Semua sudah lama berlalu.

“Aku maafin, lagian udah lama juga lewat,” lanjut Rena.

Mendadak, raut wajah Rendy berubah cerah saat mendengar maaf dari Rena.

“Tapi jangan bercanda dengan panggil aku istri kamu lagi, enggak lucu. Satu lagi, tolong itu jelasin ke orang tua kita masalah jodoh-jodohin atau apa lah itu. Mamaku enggak akan mau dengerin aku soalnya. Kamu juga pasti enggak mau kan dijodohin sama aku?”

“Siapa bilang? Aku mau-mau aja tuh," jawab Rendy enteng.

“Hah? Rendy kamu gila ya? Mana ada sih orang yang mau nikah sama cewek yang bahkan udah enggak pernah di kontak selama hampir sepuluh tahun? Kita bahkan enggak tahu masing-masing dari kita berubah sejauh mana!!” ucap Rena setengah berteriak.

Gadis itu benar-benar tak mengerti apa yang ada di kepala sang mantan pacar.

"Waaahhh, kayaknya seru nih! Kita boleh gabung kan?" tanya Silvi pada Rena dan Rendy.

"Kenapa lagi sih iblis betina ini pake acara muncul segala?" batin Rena sebal.

Dia yang sedang emosi jadi harus harus merasakan emosi dua kali lipat dikarenakan kedatangan Silvi dan Mia.

"Siapa ya?" tanya Rendy pada Silvi dan Mia.

"Kita sekantor loh, aku Mia dan ini Silvi," ucap Mia memperkenalkan diri.

Dia dan Silvi langsung duduk di kursi kosong sebelah mereka berdua. Rendy dan Rena sendiri belum mengizinkan mereka.

"Halo Mia, halo juga Silvi. Maaf banget ya kita lagii..."

Belum sempat Rendy menyelesaikan kalimatnya, Rena sudah berdiri dari tempat duduk.

“Aku balik ke kantor duluan, permisi.”

Rena dengan cepat berjalan keluar dari Wekdi. Rendy sangat marah, pria itu sudah berniat untuk keluar dari sana juga.

"Kita denger loh tadi obrolan kalian," ucap Mia.

Rendy mengurungkan niatnya.

"Kalian denger? Mulai dari mana?" tanya Rendy mengernyitkan dahi.

"Dari kamu yang bersedia dijodohin sama Rena, orang tua kalian saling kenal? Jangan mau sama Renaaaa, mending sama aku aja," ucap Mia menggoda Rendy tanpa tahu malu.

Rendy terlihat tidak nyaman dengan ucapan Mia.

"Mia ngomong begitu ada alasannya, Rena itu bukan cewek yang bener. Kan sayang banget kamu ganteng begini dapet cewek yang enggak bener," ucap Silvi santai sembari meminum lemon tea.

"Maksudnya?" tanya Rendy heran.

"Dia suka banget rebut pacar orang. Itu Silvi aja putus sama pacarnya gara-gara digodain sama Rena," ucap Mia.

"Aku tahu kamu pasti enggak percaya, tapi yaa kenyataannya begitu. Mungkin kamu akan berpikir kalau dia yang dulu enggak mungkin begitu, tapi orang kan bisa berubah," kata Silvi.

"Iyaaa betul tuh kata Silvi, kamu sama aku aja. Aku jamin enggak akan selingkuh, kamu pasti bahagia dari aku. Lagian aku juga lebih cantik kan daripada dia?" tanya Mia dengan percaya diri.

Rendy hanya tersenyum kikuk mendengar perkataan Mia. Kepala Rendy penuh dengan pertanyaan atas pernyataan yang mereka berdua sampaikan barusan.

***

“Rennnaaaa!! Kamu kenapa? Kenapa baju kamu kayak gini?” tanya Mitha yang terkejut melihat penampilan Rena pagi ini.

Baju hijau stabilo dan celana pink fuschia. Sungguh perpaduan cerah nan terang secerah matahari yang terbit di pagi hari.

“Enggak kenapa-kenapa sih, pengen ganti suasana aja. Lagian kantor kita kan enggak masalahin dress code selama enggak ketemu klien,” ucap Rena santai.

Mereka bekerja di perusahaan Konsultasi Teknologi Informasi dan jabatan mereka adalah konsultan senior. Memang benar di kantor mereka terbilang cukup bebas dalam berpakaian. Namun, saat bertemu klien, aturan pakaian formal diberlakukan.

“Y… yaaa.. okeee…”

Mitha kehabisan kata-kata untuk berkomentar karena semua yang dikatakan Rena itu BENAR.

“Astaghfirullah… Ya Allah Ya Rabbi… Kamu kenapa Renaaaa?”

“Kamu beneran Rena kan?”

Pak Bambang yang baru saja datang sangat terkejut dengan penampilan Rena pagi ini.

"Anak yang biasanya pakai baju warna kalem kenapa jadi heboh begini sih?" batin pak Bambang.

Pak Bambang benar-benar menatap Rena dengan seksama dari ujung rambut hingga sepatu. Sepatu gadis itu pun sama berwarna hijau stabilo!

“Iya ini Rena pak, 100% orisinil ini Rena. Mama saya enggak berniat untuk ganti nama saya sih,” jawab Rena santai. Seperti biasa, es kopi selalu ada di tangannya.

"Gimana? Bagus kan?" tanya Rena yang mendadak berdiri di depan pak Bambang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status