Share

Bab 6

Rena pun menununjukkan baju dan celananya kemudian sedikit berputar ala model.

"Heeemmm... Iiii.. Iyaaa.. bagus kok," jawab pak Bambang sambil mengeluarkan gaya andalan bapak-bapak saat ada sesi foto, jempol di tangan.

Pak Bambang yang masih heran pun berlalu duduk dengan mata yang masih tertuju pada Rena.

“Mit… Itu temen kamu kenapaaaa?” bisik pak Bambang pada Mitha.

“Katanya bosen pak, mau ganti suasana,” jawab Mitha yang juga berbisik.

“Bosen? Apa kerjaannya kurang ya?”

Mendengar itu, Mitha menjauh dari pak Bambang. Dia tak ingin ikut terseret tambahan pekerjaan. Kemudian pak Bambang berjalan perlahan menuju ke meja Rena.

“Reeeennn…” panggil pak Bambang hati-hati.

“Hmmm? Ya pak?” tanya Rena yang kini sudah menoleh ke arah pak Bambang.

“Kamu lagi bosen? Kerjaan lagi kurang banyak kah?” tanya pak Bambang yang masih berhati-hati.

Wajah Rena langsung berubah cemberut.

“Bapaaakkk… Kalau bapak tambahin lagi kerjaan saya, enggak akan ada yang selesai tepat waktu nanti. Saya aja sekarang udah pegang 5 proyek pak,” jawab Rena.

“Syukurlah masih Rena ternyata,” ucap pak Bambang lega.

Rena yang ia kenal memang seperti ini. Selalu berani beropini dan menolak pekerjaan di luar kapasitasnya.

“Kan udah dibilang kalau ini Rena pak, Renaaaaa.”

“Bapak takut kamu kesambet Ren. Mana tahu kan tiba-tiba kamu berubah jadi penurut yang enggak berani tolak kerjaan. Kalau berubah jadi begitu juga enggak apa sih, Ren. Bapak senang.”

“Diihhh… Itu mah enak di bapaaakkk, saya yang pusing. Enggak ada pokoknya! Enak aja tambahin kerjaan lagi, ini aja udah lembur melulu. Kalau mau tambahin tunggu satu proyek selesai dulu pokoknya,” ucap Rena lembut namun tetap tegas. Terlihat dari wajahnya bahwa tawar-menawar tidak berlaku.

“Iyaaa… Iyaaaa…”

Pak Bambang yang merasa sudah kalah itu hanya mengangguk dan berjalan kembali ke mejanya.

“Tapi Ren…” ujar pak Bambang tiba-tiba.

“Enggak mau pak,” ucap Rena.

“Yeeee kamu mah. Dengerin dulu, Ren. Saya cuma mau bilang jangan lupa satu jam lagi ada rapat.”

“Oohh itu, iya pak. Terima kasih udah diingetin,” ucap Rena malu.

“Gila! Itu kenapa dia? Norak amat!”

“Pppffftttt…”

“Dihhh, sakit kali ya dia hari ini?”

Entah sudah berapa bisik-bisik yang ia dengar hari ini.

“Bagguuusss… Terusinn… Bisik-bisik teruuussss,” batin Rena.

Memang hal ini yang ia incar. Untuk hari ini dan seterusnya, ia akan terus memakai pakaian yang membuat orang lain risih melihatnya.

“Apaan sih mereka, meskipun aneh begitu suka-suka orang kali mau pake baju sama celana mau modelan gimana juga,” gerutu Mitha.

“Udah Mit, biarin aja,” ucap Rena.

Semua ini adalah buah dari hasil kerja otak Rena semalaman suntuk, untuk membuat Ferdian dan Rendy sakit mata. Transfer bonus dan pengumuman kenaikan gaji akan diumumkan beberapa bulan lagi, setelah itu Rena akan pergi dari kantor ini. Rena tidak akan membiarkan hasil kerja kerasanya hangus begitu saja hanya karena orang-orang menyebalkan itu!

“Cantik juga kamu pakai baju yang warnanya tabrakan begitu,” ucap Rendy.

Rendy yang baru saja sampai di kantor itu hanya singgah sebentar ke meja Rena untuk mengomentari penampilannya. Setelah memuji cantik, pria itu langsung berjalan menuju mejanya sendiri.

“H… Hah?” ucap Rena bingung. Otaknya masih memproses apa yang baru saja ia dengar itu.

"Ciiiieeeeeee..."

"Cakep tuh cakeepppp..."

"iiihhiiiyyyyy si cakkeeeppp..."

Rekan-rekan tim Rena menjadi heboh. Hal itu membuat wajah gadis itu semerah tomat.

Sementara Rendy? Dia tersenyum bahagia, tujuannya tercapai!

Menjahili Rena dan membuat wajah gadis itu merona merupakan kegiatan yang paling ia sukai. Suasana yang benar-benar mengingatkannya pada masa lalu.

***

“Aku gabung ya?” tanya Rendy.

Mendengar suara yang tidak asing itu, Rena yang sedang makan bakso nyaris tersedak.

“Iya duduk aja, Ren,” jawab Mitha.

Rena yang masih batuk-batuk menatap Rendy dengan sebal.

“Kamu kenapa sih? Tumben banget pakai baju terang begini?” tanya Rendy membuka pembicaraan sambil menyuap nasi ke mulut.

“Katanya sih lagi boseennn, pengen ganti suasana,” celetuk Mitha.

Rendy pun memperhatikan Rena dengan saksama.

“Apa dia mau bikin aku jadi sebel ya biar jauhin dia?” batin Rendy.

Rena tiba-tiba merinding, mendadak ia merasa pikirannya telah terbaca.

“Kenapa Mit?” tanya Rena pada Mitha yang matanya tiba-tiba mengecil seperti sedang memperhatikan sesuatu dengan seksama.

“Ferdian.”

“Dia lagi perhatiin aku ya?” tanya Rena. Mitha mengangguk.

“Haduh, jangan sampe deh dia ke sini. Repot...” ucap Rena.

Gadis itu meletakkan sendok dan garpu ke mangkok. Dia tidak bisa makan dengan ketidakpastian tempat duduk Ferdian.

“Ada apa sih?” tanya Rendy penasaran.

Rena pun menggeleng pada Mitha. Rendy pun melihat mereka berdua secara bergantian.

“Percuma, Renaaa. Rendy kan udah kerja di sini. Cepet atau lambat juga dia pasti tahu, sekalian ajaa,” ucap Mitha.

“Tungguuu…” kata Mitha yang masih mengamati Ferdian. Mitha ingin melihat ke mana pria itu akan duduk.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status