“Xiao Jue, kamu pikir hanya kamu yang memiliki garis darah Binatang Petir Ilahi!” BOOM!!! Seketika ledakan api petir meledak dari tubuh Xiao Tian, menggetarkan seluruh arena bela diri. Tanah di bawahnya bergetar hebat. Batuan-batuan kecil terangkat ke udara. Angin menyayat ke segala penjuru. Dalam sekejap, wujud aslinya muncul. Sayap api petir membentang luas di belakang punggungnya, seolah membelah cakrawala. Tanda api petir membara di dada dan lengannya, memancarkan aura yang menelan sekitarnya. Mata api petir menyala tajam seperti dua pusaran energi yang dapat menelan bintang. Armor api petir membalut tubuhnya dengan kokoh, menyatu seperti bagian dari dagingnya sendiri. Tidak ada suara. Tidak ada gerakan. Hening seketika. Para penonton—baik dari Klan Xiao, para tetua, hingga generasi muda dari galaksi lain—tidak bisa mengalihkan pandangan. Mereka tidak sedang menyaksikan pertarungan biasa. Mereka sedang menyaksikan lahirnya badai, badai yang akan menggulung bangunan-bangunan
Tanpa aba-aba, Xiao Jue melesat. Tubuhnya berubah menjadi kilatan petir menyambar, menembus jarak dalam sekejap. Tendangan mengayun ke arah kepala Xiao Tian. Itu bukan percobaan serangan. Itu serangan pembuka yang ditujukan untuk membunuh. BAANG!!! Tubuh Xiao Tian terdorong ke belakang. Ia menahan tendangan itu dengan kedua tangannya. Energi bertabrakan. Suara benturan menggema. Meskipun menerima langsung kekuatan penuh, tubuhnya hanya mundur lima langkah. Langkah kakinya mantap, tidak goyah, dan tidak roboh. Dalam benaknya, ia bergumam dingin. “Tidak mengecewakan. Walaupun tubuh abadi Semesta-nya hanya peringkat dua puluh tiga tahap menengah, energi ilahi-nya memperkuat tubuh fisiknya secara signifikan.” Namun di sisi lain, Xiao Jue terdiam sesaat. Matanya sedikit menyipit. Ia mengira serangannya akan membuat Xiao Tian terpental jauh, mungkin bahkan menghantam batas arena. Namun hasilnya hanya lima langkah mundur. Itu bukan hasil yang dia harapkan. Itu adalah sinyal bahaya. “Hah
Akhirnya, dalam hening yang menyebar seperti kabut, Xiao Yue menundukkan kepala. Ia menarik napas panjang, lalu mengangkat wajahnya kembali dengan mata yang tetap bersinar. “Kakak Xiao Leng, aku menyerah.” Suara itu tegas. Tidak bergetar. Bukan karena putus asa, melainkan pengakuan terhadap perbedaan tingkat pemahaman dan kekuatan. Xiao Leng menatapnya, senyum kecil menghiasi wajahnya yang teduh. “Aku akan membuat koreksi terhadap teknikmu, tapi tidak sekarang. Karena aku tidak ingin menunda waktu terlalu lama.” Sebuah janji singkat, namun bernilai tinggi di mata Xiao Yue. Mereka berdua saling memberi hormat, kemudian berjalan meninggalkan arena. Penonton memberikan tepuk tangan yang tidak berlebihan, namun penuh makna. Bukan karena pertarungan yang sengit, tapi karena martabat yang tetap dijaga oleh dua jenius sejati. Begitu kaki mereka menginjak tribun kembali, suara Xiao Hu terdengar, keras dan menggema: “Wang Tian, melawan Xiao Jue!” Arena kembali diam. Semua pandangan ter
Dalam hati Xiao Tian, perasaan yang selama ini disimpannya mulai bergejolak. Ia menyadari, gadis yang dulunya pernah berada di sisinya, kini berdiri di tempat yang berbeda. Xiao Yue bukan lagi sosok yang lemah atau bergantung pada siapapun. Warisan langit berbintang telah mengubahnya, memperkuat jiwa dan ketekunan dalam dirinya. Ia sekarang adalah seorang finalis, berdiri di hadapan para tokoh besar dunia luar. Namun ironisnya, ia tidak tahu siapa yang ada di sampingnya. “Xiao Yue… kamu sudah tumbuh sejauh ini,” batin Xiao Tian perlahan, “tapi kamu masih tidak mengenal orang yang dulu selalu berdiri di dekatmu. Jika aku menunjukkan wajah asliku, mungkin kamu akan berhenti bertarung dan datang padaku.” Namun bukan waktunya. Identitas yang ia kenakan bukanlah tanpa alasan. Sebelum semuanya tuntas, penyamaran ini harus tetap dipertahankan. Ia tahu, keterkejutan Xiao Yue akan datang dengan sendirinya—pada saat yang tepat. Tanpa suara, keempat peserta kembali ke tempat masing-masing di
Setelah kericuhan kecil itu mereda, Xiao Hu kembali berbicara. Suaranya menjadi lebih dalam, dan penuh penekanan. Kali ini nadanya bukan lagi sekadar pengumuman, melainkan penegasan dari sesuatu yang jauh lebih besar. “Bertarunglah dengan seluruh kemampuan kalian. Aku akan memberitahu kalian semua, kompetisi ini tidak hanya bisa disaksikan oleh para penonton di tribun penonton, tapi bisa disaksikan di beberapa titik pusat Galaksi, bahkan ada juga di Alam Langit Berbintang.” Seketika, napas banyak orang tertahan. Tidak hanya peserta, bahkan beberapa Tetua tampak saling memandang. Keheningan menggantung selama beberapa detik, seolah seluruh arena terputus dari waktu. Xiao Hu melanjutkan dengan tenang namun penuh tekanan. “Kami sengaja membuka formasi agar semuanya bisa tahu, siapa generasi muda yang paling berbakat di era ini! Jadi tunjukkan yang terbaik.” Suasana arena berubah menjadi lebih sakral. Formasi di atas langit yang semula tampak redup mulai berdenyut lembut, menandakan b
Pertandingan dilanjutkan. Serangkaian pertempuran digelar dalam tempo yang cepat. Sorotan cahaya formasi pelindung kembali menyala, menyinari tiap pojok arena. Setiap pertarungan berlangsung sengit, tapi tetap dalam kendali penuh para Tetua. Tidak ada satu pun yang berani melanggar peringatan Xiao Hu. Xiao Tian kembali menunjukkan dominasinya. Ia berhasil mengalahkan lawannya tanpa banyak perlawanan berarti, dan dengan demikian, mengamankan posisinya di perempat final. Langkahnya mantap dan tanpa ragu. Setiap serangan yang ia lepaskan seperti telah melalui hitungan yang presisi, tidak menyisakan ruang bagi lawan untuk bernapas. Namun, nasib berbeda menimpa Xiao Lian. Meskipun dia sudah menunjukkan kekuatan luar biasa, dan bahkan hampir menembus pertahanan lawannya, akhirnya dia tetap dikalahkan. Lawan yang mengalahkannya bukan sembarangan. Dia adalah Xiao Yue, orang yang sama-sama mendapatkan warisan langit berbintang. Pertarungan mereka berjalan sengit, tapi pada akhirnya, Xiao Yue