Melihat Yusuf pergi, Syifa langsung berlari mengejarnya.
''Mas ... Tunggu! Syifa terus mengejar Yusuf hingga ke dekat mobil.''Mas, tunggu! kamu gak bisa ninggalin aku seperti ini,'' ucap Syifa seraya mengatur nafasnya''Syifa, mas mohon ... untuk saat ini kamu jangan egois, sekarang Audy pasti sangat marah, mas harus mengejar dia dan menjelaskan hubungan kita,'' ucap Yusuf masih sempat menenangkan Syifa.''Aku ikut!'' Permintaan itu tentu membuat Yusuf sangat terkejut, bagaimana jadinya nanti jika Syifa ikut menemui Audy, bukankah Audy akan bertambah marah dengannya, atau bahkan Audy bisa menendangnya keluar dari rumahnya saat ini.''Syifa, plis ... untuk saat ini, jangan bersikap ke kanak-kanakan. kamu mau semuanya hancur?" tanya Yusuf membuat Syifa berfikir ulang.''Kamu kembalilah sekarang, aku akan pergi,'' ucap Yusuf masih sempatnya mencium kening Syifa dengan wajah yang sudah babak belur, sedangkan Audy sudah sampai di depan rumahnya. Air matanya terus mengalir, ia langsung berlari menujuke kamarnya. Rasanya tubuh dan hatinya saat ini sangat lelah dan remuk. Bagaimana mungkin suaminya yang begitu ia cintai dan begitu ia percaya tengah melakukan pengkhianatan yang begitu besar.''Hallo, kamu pastikan semua berkas penting perusahaan aman, jangan sampai bapak mengambilnya,'' ucap Audy di tengah-tengah derai air matanya.''Bu, tadi pagi bapak melakukan transaksi beli mobil, namun kami belum mentranfser uangnya, karena mobil itu hanyalah bapak pesan untuk tanggal 30 bulan ini,'' ucap direktur keuangan perusahaan.''Jangan kamu transfer, jangan keluarkan uang sepeserpun untu keperluan bapak, dan blokir semua kartu bapak saat ini,'' ucap Audy''Baik, Bu,'' ucap direktur itu.Audypun melemparkan ponselnya kesamping tubuhnya, ia bersandar ke sandaran ranjang. Ia mencari kesalahannya, namun ia merasa sudah melakukan tugasnya dengan baik.''Apa yang kamu lakukan, mas? andaikan kamu mengatakan kalau kau igin kembali pada mantan kekasihmu, seharusnya kamu jujur, jangan main belakang sperti ini, atau jangan-jangan kamu memang merencanakan ini, kamu ingin menguasai semua hartaku dan hidup bahagia dengan selingkuhanmu, aku tidak merebutmu dari siapapun, meskipun mereka mengatakan kalau kau sudah lama menjalin hubungan dengan Syifa, saat itu kau mengaku sendiri, lalu dimana salahku? Jika masalah anak ... Seharusnya, kamu lebih faham dari pada aku yang baru belajar ilmu agama, bukankah anak adalah titipan, kamu yang mengajarkan aku agar tidak melakukan dosa, tapi apa yang kamu lakukan, mas? Bukankah kau sudah melakukan zina?'' Di saat Audy masih merenungi kesalahannya, suara ketukan pintu kamarnya membuat Audy langsung menghapus air matanya.''Sayang, buka pintunya sayang, mas bisa jelaskan ini semua, mas mohon sayang ... buka pintunya,'' ucap Yusuf seraya terus mengetuk pintu kamarnya, namun Audy malah menyelimuti tubuhnya, rasanya ia belum siap untuk berdebat dengan Yusuf saat ini.''Sayang, mari kita selesaikan baik-baik kesalah pahaman ini, ini tidak seperti yang kamu pikirkan sayang, Syifa adalah gadis yang baik, dia wanita yang baik, sayang. Mas mohon ... buka pintunya,'' Yusuf terus mengetuk pintu kamar itu, sedangkan Audy malah memejamkan matanya.'Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik, mas. Aku juga sudah berusaha menjadi istri yang taat, tapi bisakah saat ini aku sedikit membantah dan membangkang menjadi istrimu?'bathin AudyYusuf menggusar rambutnya dengan kasar, ia sangat tahu akan fatalnya kesalahannya, ia tidak menyangka jika Audy akan mengetahui ini dalam waktu yang cepat bahkan sebelum mereka sah menjadi suami istri, lalu bagaimana dengan mereka selanjutnya?''Aku mencintaimu Audy, tapi aku juga menginginkan Syifa, dia kekasihku, kekasih terindahku, dia yang menerimaku apa adanya sama seperti dirimu, kepribadian kalian sama, kalian sama-sama menerimaku, apakah kalian tidak bisa berbagi?'' gumam Yusuf, tentu Audy tidak mendengar ucapan konyol itu.******''Tuan Rey, kami minta maaf atas nama kampus ini, tapi kami benar-benar tidak ahu jika tuan Yusuf sudah memiliki istri, ka ...'' Ucapan kepala kampus itu terhenti kala Rey menatapnya dengan tatapan yang tajam.''Apa kamu fikir aku bodoh? Yusuf bukanlah orang biasa, dia seorang pengusaha, jadi sangat mustahil jika kalian tidak tahu status Yusuf, mulai saat ini saya akan menarik semua saham saya di kampus ini, dan masalah pembangunan semuanya gagal!'' ucap Rey yang membuat semua orang terkejut bahkan Syifa.''Pak Rey, aku mohon jangan bawa masalah pribadi dalam hal ini, saya pribadi minta maaf, kampus ini tidak tahu apapun tentang hal ini, pak. Saya mohon maafkan saya,'' ucap Syifa maju dengan memasang mimik wajah sedih''Kau adalah guru termuda, berbakat, dan juga sholehah, kau bisa menjaga tubuhmu dari pandanagn pria, tapi kamu menjajakan tubuhmu pada suami orang, Nona Syifa,'' ucap tajam Rey.''Maaf pak, saya bu ....''''Bukan wanita murahan? apakah chek in di hotel bersama tuan Yusuf bukanlah perbuatan wanita murahan? pelacur saja ada harga dirinya, tapi kamu .... ''''A ...''''Mulai sekarang, kampus ini tidak ada hubungan apapun dengan perusahaan kami, Jo ... Kamu urs semuanya,'' ucap Rey seraya berlalu, sedangkan Syifa masih belum percaya jika Rey tahu tentang hotel itu. Siapa Rey sebenarnya dan mengapa ia mengenal Audy, dan kenapa tiba-tiba Audy datang ke kampus ini, kenapa sangat kebetulan seperti ini?''Syifa, kamu harus mempertanggung jawabkan semua ini, katakan pada Yusuf untuk bisa membujuk istrinya agar memaafkan kita semua, hanya istrinya Yusuf yang bisa membujuk tuan Rey, karena perselingkuhan kalian, kampus yang sudah kita bangun sejak lama akan hancur seperti ini,'' ucap kepala kampus yang juga berstatus pemilik kampus itu.''Baik, pak. Saya akan membujuk mas Yusuf, maafkan kami, pak. Kami tidak menyangka akan terjadi seperti ini, saya juga akan meminta mas Yusuf untuk membantu membayar ganti rugi,'' ucap Syifa dengan percaya dirinya.Waktu telah berlalu, Yusuf sudah membersihkan diri di kamar tamu.''Bi, nyonya belum turun, ya?'' tanya Yusuf''Sudah tadi, tuan. Tapi nyonya sepertinya kurang sehat,'' ucap bi MarwaYusuf tidak lagi berkata, ia juga idak bernafsu untuk makan, setelah ia minum kopi yang sudah bi Marwa buatkan, Yusuf pun mencoba menuju ke kamarnya dan bertepatan Audy membuka pintu kamarnya, Yusuf menggunakan kesempatan itu dan meraih tangan Audy yang hendak masuk ke kamarnya lagi.''Sayang, dengarkan penjelasanku dulu, ini semua tidak seperti yang kamu kira,'' ucap Yusuf''Pada tanggal 11 bulan 3 mas melakukan renovasi di kawasan perumah pelita dengan menghabiskan total biaya 100 juta, pada tanggal 15 bulan 4 mas mengeluarkan uang untuk membeli perhiasan yang sama sekali bukan untukku dengan harga yang sangat fantastis 1 Milyar, dan pada tanggal 30 nanti mas akan membeli mobil keluaran terbaru bulan ini serta akan melangsungkan pernikahan, apakah iu masih bisa di katakan salah faham, mas?" Sontak Yusuf sangat terkejut dengan semua yang Audy ketahui.''Oh, bukan itu saja, itu hanyalah pengeluaran yang besar, lain pengeluaran kecil yang kau habiskan di hotel, berbuat zina dengan wanita yang bukan muhrim, berpelukan di depan umum seolah kalian adalah pasangan sah, apakah itu masih di katakan salah faham?Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Setelah perjalanan panjang dan penuh lika-liku, Audy berdiri di balik tirai kamar pengantin, mengenakan gaun putih yang sederhana namun begitu elegan. Cahaya matahari masuk melalui jendela besar, memantulkan kilau lembut dari gaun yang ia kenakan. Rambutnya yang tertutup hijab dengan sanggul rapi, dengan hiasan bunga melati yang memberikan aroma manis. Ia memandang cermin di depannya, menatap sosoknya yang hari ini akan menjadi seorang istri—istri dari Reyhan, pria yang telah berhasil menyembuhkan hatinya dan memberikan makna baru dalam hidupnya.Di ruangan yang berbeda, Reyhan berdiri tegap mengenakan jas hitam yang dipadukan dengan sarung sutra. Di sekelilingnya, beberapa kerabat dan teman dekat menemaninya, menunggu momen sakral yang sebentar lagi akan tiba. Wajahnya tampak tenang, namun matanya menyiratkan kebahagiaan yang luar biasa. Hari ini, ia akan mengucapkan ijab qobul, dan dengan itu, ia akan memulai babak baru bersama wanita yang ia cint
Audy melangkah mundur, menahan keinginannya untuk segera pergi dari ruangan itu. Kata-kata Yusuf membuatnya terhenti."Apakah kau melakukan semua ini untuk menghindariku?" tanya Yusuf, tatapannya penuh tanya dan rasa penasaran yang tampak jelas.Audy menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum menjawab. Kata-kata Yusuf membuatnya kembali menengok ke masa lalu yang berusaha ia tinggalkan. Ia mengarahkan pandangannya ke arah Yusuf yang masih terbaring lemah di ranjang."Tidak, Mas," jawab Audy, suaranya terdengar mantap. "Ini sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Kita sudah berakhir hampir setahun yang lalu. Dan selama itu, aku sudah tidak lagi memiliki perasaan apa pun. Aku tidak mengatakan kalau aku sudah sepenuhnya melupakanmu, tapi..." Audy berhenti sejenak, mencari kata-kata yang tepat. "Jujur, rasa cinta yang dulu aku miliki telah terkikis oleh pengkhianatanmu."Yusuf tampak menelan ludah, seolah kata-kata Audy barusan menohok hatinya."Jadi, jika kau berpikir
Ibunya Yusuf Mendatangi Rumah Audy"Assalamu'alaikum," terdengar suara lembut namun tegas dari luar pintu. Itu suara ibunya Yusuf, yang datang ke kediaman Audy. Pelayan rumah Audy yang membuka pintu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Wanita yang berdiri di depan pintu adalah mantan ibu mertua majikannya, sosok yang sudah lama tak pernah datang ke rumah ini setelah perceraian Audy dengan Yusuf."Wa'alaikumsalam, Nyonya. Silakan masuk," ujar sang pelayan sambil menunduk hormat dan mempersilakan tamunya masuk ke ruang tamu.Ibunya Yusuf melangkah masuk dengan langkah pelan namun anggun. Duduk di ruang tamu yang dulu sering ia kunjungi saat Audy dan Yusuf masih bersama, wajahnya terlihat sendu, seolah menyimpan beban di hatinya.Pelayan rumah segera pergi memanggil Audy. "Nyonya, ibu dari Tuan Yusuf datang berkunjung," lapornya dengan hati-hati.Audy, yang sedang bersantai di kamar, segera bangkit. Ia meraih hijab instan yang tergantung di sisi ranjangnya, mengenakannya dengan cepat
Belum Audy memberikan jawaban, papanya Audy mendekat "Kau tahu, Dy," suara Papa memecah lamunannya, "Papa dan Mama sudah mengenal Rey cukup lama. Dia bukan hanya sahabat kakakmu, tapi juga bagian dari keluarga kita. Kalau kami boleh jujur, Rey adalah laki-laki yang tepat untukmu."Audy mengalihkan pandangannya, sedikit menunduk dengan arah pembicaraan ini. "Papa, Mama... aku tahu Kak Rey baik. Tapi, ini bukan masalah sederhana. Aku... aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya.""Sayang," Mama Audy menimpali dengan lembut, "kami tidak ingin memaksa. Kami hanya ingin kau tahu, setelah apa yang terjadi dengan Yusuf, kami khawatir kau tidak akan menemukan seseorang yang bisa mencintaimu seperti Rey. Dia sudah membuktikan keseriusannya, dan Mama yakin dia tidak akan mengecewakanmu."Audy terdiam. Perasaan hangat dan aman yang selalu Rey berikan memang tidak bisa disangkal, tapi luka dari pernikahan sebelumnya masih membekas dalam hatinya. Mencintai seseorang bukan hanya soal keseriusan, t
"Kenapa kau merahasiakan ini dariku, Rey?" tanya Andre dengan nada datar. Sorot matanya tajam, menyelidik.Rey terlihat gugup, menarik napas panjang. "Aku... kurang percaya diri, Ndre," jawabnya pelan. "Apalagi dengan perasaan yang kumiliki untuk Audy. Semakin lama kupendam, semakin aku merasa tertekan. Semakin aku ingin gila."Andre terdiam, mendengarkan dengan saksama. Tak pernah terlintas bahwa Rey, sahabatnya sejak mereka kuliah, bisa memiliki perasaan semacam itu pada adiknya, Audy."Aku mencoba menepisnya," lanjut Rey, suaranya bergetar. "Tapi perasaan ini justru semakin kuat. Aku akhirnya berdamai dengan diriku sendiri. Dan, Ndre, aku ingin menghalalkan adikmu. Aku ingin dia menjadi istriku."Andre diam sejenak, mencerna perkataan Rey. Sahabat terbaiknya, orang yang ia percayai selama ini, ingin menikahi Audy. Tapi masih ada sesuatu yang lebih penting untuk ditanyakan."Perasaanmu pada Audy... sebenarnya aku sudah mencurigainya," ucap Andre, memecah keheningan. "Tapi yang jadi
“Apa yang harus aku lakukan, Bu?” keluh Yusuf seraya menundukkan wajahnya di meja makan. Suaranya lirih, namun terbungkus kemarahan yang tak dapat disembunyikan. “Setiap hari hanya pertengkaran yang aku hadapi bersama Syifa. Rasanya kesabaranku sudah di ambang batas.”Ibunya Yusuf memandang Yusuf dengan tatapan iba, sementara Diana, adik perempuannya, yang duduk di ujung meja, malah menyeringai seolah menunggu saat ini tiba.“Kakak sendiri yang memilih dia,” sindir Diana tanpa belas kasihan. “Dan sekarang menyesal? Malah menghina Kak Audi dulu, padahal lihat sekarang, MasyaAllah... makin cantik dan anggun. Selama ini, apa pernah kita dengar Kak Audi marah atau ribut-ribut seperti ini?”Yusuf mendesah, berat, kepalanya terasa makin pusing. Dia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Namanya akan selalu dibandingkan dengan Audi—mantan istrinya yang sempurna di mata keluarganya.“Diana, sudah. Jangan memperkeruh keadaan,” tegur sang ibu dengan suara tegas. “Kakakmu lagi pusing menghadapi masa