Share

Bab 9 Hari Libur Anak-anak

Aku memutar otak agar rencanaku tidak bisa tercium oleh Mas Gavin. Karena jika tidak, bisa-bisa Aku yang akan terjebak. Aku memang harus memutar otak. Tidak terasa sudah dua bulan Aku menikmati setoran Alwa. Artinya Aku harus segera bertindak lebih. 

     

Besok adalah hari di mulainya liburan sekolah anak-anak. Aku berencana untuk mengajak mereka untuk liburan di rumah neneknya.  

     

"Mas besok anak-anak mulai memasuki hari libur semester lho mas!"

     

"Mmmm iya Dek, kalau mereka libur emangnya kenapa?"

     

"Kira-kira kita bawa mereka liburan kemana ya, Mas?"

     

"Liburan? Dek, Dek. Kamu kira hidup ini mudah? Cari uang mudah? Terus kamu kira liburan itu harus? Sadar Dek! Sudah dua bulan ini, Mas ini lagi kena masalah soal keuangan  Kamu seharusnya mengerti keadaan, Vina!"

     

Krisis keuangan? Krisis keuangan darimana, Mas?. Sudah dua bulan? Wkwkwk. Tentu saja. Karena pasti si Alwamu terus menuntut uang tambahan bukan? Karena hampir seluruh uang yang kamu kasih, ia serahkan padaku. Sebenarnya perkataanmu itu membuatku ingin tertawa saja. Hihihii. Rasain kamu, kamu pikir Aku bodoh Gavin sayaaaaang??.

     

"Jadi kita tidak akan mengajak mereka menikmati hari libur mereka ya, Mas. Seperti berwisata gitu kan,, tidak usah jauh-jauh, Mas."

     

"Astagaa, Mas tidak ada waktu untuk jalan-jalan, traveling, atau hal semacam itu, Vina. Hanya buang-buang waktu dan uang. Kamu ini di bilangi malah tidak mengerti keadaan. Punya otak buat berpikir, Dek! Berpikir! Uangnya ada atau tidak!. Sudah ah. Malas bicara sama istri error kayak kamu. Nggak nyambuuuung."

     

Aku berusaha tidak terbakar emosi berbicara dengannya. Harus ekstra sabar, biarlah dia menganggapku bodoh. Heheee yang penting, akhirnya Aku menang. Iya kan??

     

"Begini saja, Mas. Besok Aku mengajak anak-anak ke rumah Ibu saja ya? Biar liburan mereka sedikit menyenangkan. Bagaimana,?"

     

Terlihat Mas Gavin sedikit terdiam seperti sedang berpikir. Lalu terlihat sedikit senyum tersembunyi dari sudut bibirnya. Entah apa yang dia pikirkan. Terserahlah Aku tidak peduli.

     

"Kamu ingin mengajak semua anak-anak?"

     

"Iya dong Mas. Masa Praska ku tinggal? Emang Mas mau kerja sambil mengasuhnya? Apa Mas ingin menyusul nantinya? Sekalian silaturahmi sama Ayah dan Ibu."

     

"Iya Ayah. Kalau Ayah ikut pasti lebih seru. Kita bisa memetik rambutan di belakang rumah nenek bersama-sama." Timpal Ciya yang tiba-tiba muncul antusias.

     

"Tidak bisa nak, Ayah sibuk kerja dan harus kerja. Supaya kita bisa hidup bahagia. Bagaimana bisa ikut bersenang-senang."

     

"Ah Ayah nggak seru kalau nggak ikut." Rengeknya manja

     

" Ya sudah, tidak apa Ayah tidak ikut, nak. Kita juga bahagiakan tanpa keikutsertaan Ayah?" 

     

Mas Gavin sedikit mendelik

     

"Mmmm baiklah kalau begitu. Besok kalian boleh pergi. Oh ya Mas cuma bisa kasih uang delapan ratus ribu rupiah buat kalian. Soalnya kamu tahu sendirikan, kondisi keuangan Mas lagi tidak bagus."

     

Ya Tuhaaaaan. Pelitnya dirimu, Mas. Delapan ratus ribu rupiah untuk dua minggu. Susu, uang jajan, oleh-oleh buat orang tuaku, ditambah keperluan-keperluan lainnya. Tapi tak apalah Aku mengalah. Soalnya kalau di perdebatkan, tidak akan menyelesaikan masalah. Malah akan menciptakan debat yang tidak bermanfaat.

     

"Ya tak apa, Mas. Tapi semua biaya bulanan Mas yang tanggung ya, Mas. Sewa rumah, mobil, air, listrik dan lainya ya, Mas!"

     

"Ya baiklah kalau begitu. Mas setuju."

     

Senyum semakin mengembang di raut mukanya. Hiiih semakin aneh nih orang. Sambil bersiul-siul Mas Gavin melangkah ke kamar dengan muka kebahagiaan. Mengambil gawainya dan menghempaskan tubuh di sofa depan televisi. Sepertinya dia mulai bisa mengontrol emosinya. Syukurlah kalau begitu.

     

Segera Aku menyiapkan persiapan liburan anak-anakku. Oh ya Aku hampir lupa meminta tanda tangan Mas Gavin untuk tugas sekolah Ciya dan Cika. Soalnya lumayan banyak.  Rencananya tugas itu harus di selesaikan dalam masa liburan ini. Setelah selesai maka  harus dikirim fotonya lewat media sosial. Sebagai tanda bahwa hari liburpun tidak semata-mata untuk bersenang-senang. Tapi masih menyisakan waktu untuk belajar. Dan semua jawaban soal-soal itu harus ditulis tangan. Supaya para pelajar tidak seenaknya copy paste di internet.

     

Ku sodorkan lembaran-lembaran tugas mereka ke Mas Gavin.

     

" Ini Mas tolong tanda tangani tugas Ciya Cika. Biar nanti kalau selesai bisa langsung di kirim fotonya ke guru mereka."

     

Tanpa memperhatikan detailnya, lembaran demi lembaran, dengan lincah tangan Mas Gavin menorehkan tinta mencoretkan tanda-tangannya. Setelah selesai ku simpan semuanya ke plastik bening dengan rapi. Supaya nanti tidak kusam, ataupun basah. Hatiku terlalu senang.

    

Malam semakin larut . Seperti biasanya, Mas Gavin masih molor di depan tv. Ternyata matanya tidaklah ke tv, melainkan fokus menuju layar gawainya. Ku biarkan saja. Memang begitulah kebiasaannya.

    

Sebelum ku memejamkan mata. Tak lupa ku buka ponsel rahasiaku. Mengecek info penting yang muncul di aplikasi pesan mereka.

    

"Sayangku, manisku. Besok kamu ada acara nggak"

    

Itu tulisan lebay dari si Gavin.

    

"Kebetulan nggak ada Mas. Memangnya kenapa, Mas?"

    

Balasan si Alwa si madu gelapku.

    

"Dua minggu kedepan kamu tinggal sama Mas ajah ya, sayang. Menikmati hari-hari bersama tanpa ada yang mengganggu."

    

"Memangnya si nenek sihir kumal dan anak-anak kamu, eh anak-anak kita kemana sih, Mas?"

    

Eeeeei memangnya sejak kapan anak-anakku menjadi anak-anakmu Alwa. Baru jadi simpanan saja sudah berasa jadi istri. Apalagi masih status istri orang lahi. Benar-benar tak punya rasa malu. Tak punya harga diri. Rela saja menjadi simpanan pria beristri demi uang yang tidak seberapa jumlahnya. 

    

Walaupun demikian Aku akui kau lebih istimewa di banding Aku. Tapi itu di mata Mas Gavin. Heheeee

    

"Pagi besok Vina mengajak anak-anak pada go out ke rumah ibunya. Pokoknya besok kamu siap-siap ajah deh. Biar Mas jemput. Tak sabar ingin merasakan menikmati hidup nyaman sama kamu di rumah ini, sayangku. Emmmmuach." 

    

"Beneraan??? Aaah senangnya hatiku. Bukankah sebentar lagi kita akan tinggal di sana, Mas. Bolehlah sambil mengenali rumah yang bakalan menjadi rumahku juga."

    

"Iya dong sayaang. Makanya Mas ngajak kamu tinggal sama Mas. Walaupun untuk sementara waktu sih. Tenang saja. Nanti juga kita akan tinggal di sini sampai ajal menjemput."

    

Inginku terkekeh membaca pesan-pesan menjijikan mereka. Sudah tidak sadar umur kali ya. Masih saja berlagak seperti abg yang baru mengenal cinta. Huuuuh.. rupanya Mas Gavin menginginkan perempuan itu tinggal di rumah ini. Artinya Aku ekstra hati-hati. Akan ku kunci semua lemari yang berisi apapun milikku. Kalian tidak tahu, cctv akan memantau aktivitas kalian di rumahku. Karena sebelum Aku berencana meninggalkan rumah ini, walaupun cuma dua minggu, seluruh ruangan di rumah ini sudah ku pasangi cctv mini yang keberadaannya susah di tebak. Yang semuanya terhubung ke gawaiku. Lihat saja nanti. Apa sesuatu yang istimewa, yang bisa di lakukan oleh wanita yang kalian anggap bodoh ini untuk kalian.

    

Foto, ya apa mungkin dia mengenaliku. Ah tidak mungkin. Fotoku di rumah ini semuanya berhijab dan berpakaian panjang syar'i. Sedangkan waktu menemuinya Aku memakai dress pendek dan santai tapi modis. Dengan kaca mata hitam, rambut palsu kekinian, dan tak lupa tahi lalat palsu kutoreh ke hidungku. Suatu perbedaan yang sangat kontras. Tak mungkin dia mengenaliku. Baiklah sepertinya ini tidak perlu di khawatirkan.

    

Tak apalah saat ini ku izinkan kalian tinggal di rumahku. Tapi tidak di lain waktu. Kalian tidak perlu tahu, bahwa kalian sedang berada di tengah-tengah jalan rencanaku, yang tentu saja akan menggilas tubuh kalian dengan memalukan diri kalian sendiri. Hahahaaa...

    

    

     

    

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status