Sudah beberapa waktu lamanya akhirnya pintu ruang persalinan kembali terbuka. Mereka yang menunggu dari tadi segera menghampiri dokter yang baru keluar melewati pintu -- wajahnya terlihat sedih. Seperti ada sesuatu yang baru saja terjadi.Namun pikiran itu segera ditepis oleh Luna, semoga yang ia pikirkan tidak seperti yang sedang terjadi."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah kalian berhasil menyelamatkan keduanya?" Daffa memulai pertanyaan. Dalam beberapa saat pria yang mengenakan jas putih itu diam. Membuat semua yang berada di sana merasa tidak tenang. Diamnya dokter itu -- sudah mewakili jawabannya. Daffa yang memiliki status sebagai suami Shireen, lekas masuk begitu saja ke ruangan persalinan tersebut. Diikuti oleh Luna dan William.Langkah mereka terhenti, setelah melihat seorang perawat menutup tubuh Shireen dengan kain putih sampai atas kepala. Dan perawat lain sibuk membersihkan bayi yang tampak masih merah berlumuran darah -- Setelah beberapa saat -- mereka men
Mereka terkejut melihat mangkuk berisi bubur itu terjatuh setelah seseorang membuangnya paksa.Luna melihat siapa yang melakukan itu -- ternyata Papa Seno. Lekas ia berdiri. "Tega sekali Papa melakukan semua ini? Tidak-kah Papa tahu, jika Angel tidak mau makan? Lihatlah keadaannya sekarang?" bantah Luna.Seno mengacungkan jari telunjuknya. "Siapa kamu? Atas izin siapa kamu berani bicara lantang terhadapku, hah!""Aku minta maaf, Papa. Tapi baru saja Angel mau membuka mulutnya. Dan sekarang, bubur itu sudah dilantai.""Cukup! Aku tidak mau kamu memanggilku dengan sebutan Papa! Siapa yang mengizinkan kalian menginjakkan kaki di rumah ini?" bentak Seno -- wajahnya tampak merah padam."Aku, Mas! Sudah! Biarkan mereka disini menemani Angel." Anita meminta Seno dengan harapan."Oppa ... Kenapa Oppa kejam pada Mama dan Papa Angel? Kenapa Oppa memisahkan Angel dengan mereka?" tanya Angel dengan terisak.Anita memeluk tubuh kecil Angel. Ia tidak ingin gadis kecil itu menangis. Baru saja ia te
Beberapa saat berlalu -- Angel telah sembuh dan diperbolehkan pulang.Wajahnya terlihat penuh dengan sukacita. Karena sebentar lagi, Anita mengatakan jika orang tuanya akan melangsungkan sebuah pernikahan.Sebenarnya gadis kecil itu merasa bingung -- meski ia masih batita, ia sempat berpikir, kenapa mereka harus menikah lagi? Bukankah mereka sudah menjadi pasangan suami istri? Ia tidak berani menanyakan hal itu pada Mama atau Papanya. Cukup melihat mereka bahagia -- ia juga merasakan kebahagiaan yang sama. Dan mamanya telah menjanjikan jika adik baby sudah sembuh -- boleh dibawa pulang. Ia telah menyiapkan nama yang indah untuk Putri Shiren itu. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Luna dan William tampak menggendong seorang bayi mungil. Dengan riangnya Angel berlari ke arah mereka dan menyambut kedatangan bayi itu di rumahnya."Mama ... Angel telah menyiapkan sebuah nama untuk adik Baby. Bolehkah aku memberi nama Feby?" tanya Angel."Tentu boleh, dong, Sayang." Luna memberi seny
"Tidak, Dokter. Saya akan menemani istri saya, saya tidak akan meninggalkan dia.""Oke baiklah. Anda bisa masuk ke ruangannya. Ada ruang khusus didalam untuk Anda beristirahat. Jika Anda lapar cafe dekat dengan ruangan ini.""Terimakasih, Dokter."*****Saat yang ditunggu William telah berlalu. Ia melihat jari Luna bergerak-gerak. Terlihat kedua matanya mengerjap beberapa kali. Dan tak lama kemudian -- kedua mata itu terbuka."Luna? Kamu sudah sadar?" William bertanya dengan mata berkaca-kaca.Luna kesulitan berbicara, karena kulit wajahnya masih terasa kaku, dan perih. "Ya"Hanya jawaban singkat yang dia bisa dengar. William bergegas keluar, dan memberitahu dokter, jika istrinya telah sadar.Tak lama kemudian William kembali bersama dokter. Pria berkulit putih susu, berambut pirang itu segera mengecek kondisi Luna.Beberapa peralatan medis ia gunakan untuk mengecek keadaan Luna. "Kondisi fisik Nyonya Luna baik. Kita bisa menunggu sampai besok. Saya akan buka perban besok pagi.""Syu
Bab 1. Pengkhianatan“Sadarlah, Luna! Aku ini selingkuh karena kamu tidak bisa memberikanku keturunan. Dasar perempuan mandul!”Luna tertegun dan menatap tak percaya suaminya itu. "Apa, Mas? Tega sekali kau ucapkan itu padaku di depannya? Aku ini istrimu! Istri yang menemani kamu selama tujuh tahun lamanya, tapi kau-""Haasshh … Diam! Aku tidak ingin mendengarkan suara dari mulutmu lagi! Aku juga muak melihat wajah lugumu itu! Pergi kau dari sini!" potong Daffa kejam sambil menunjuk ke arah luar pintu. Namun, Luna tetap diam--mencerna situasi yang sedang dihadapinya. Tadi, dia baru saja menemukan sang suami berselingkuh dengan sahabatnya dan dia ingin mendengar penjelasan Daffa. Tapi, apa yang dia dapat? Pria itu dengan tega malah mencacinya?Brak!Karena tidak kunjung menggerakkan kaki, ia terpaksa mendorong keras tubuh itu hingga terjatuh. "Ah sakit!" rintihnyaDitatapnya Daffa yang kedua matanya terlihat merah menatapnya. Bukan ia meminta maaf akan kesalahannya, pria itu malah men
Nyatanya, Luna masih hidup.Wanita itu telah terbaring di atas ranjang pasien selama beberapa hari. Perlahan, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.Dia bahkan dapat merasakan kepalanya terbalut perban, hingga menutupi wajah. Namun, dia tidak bisa membuka matanya secara langsung meski sudah berusaha sedari tadi.Alih-alih matanya yang terbuka, justru jari-jemarinya yang bergerak pelan, hingga lama-kelamaan semuanya bergerak bersama."Dokter!"“Pasien kamar 001 sudah sadar!”Sayup-sayup, dia mendengar kepanikan dalam suara orang di sekitarnya.Dan secara ajaib, dia mampu mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga akhirnya terbuka.Wanita itu dapat melihat seorang pria yang sepertinya dokter di dekatnya. Tak hanya itu, ada seorang pria tampan dengan setelan jas berwarna navy berjalan mendekati dirinya. Pria itu menatapnya cemas, tetapi tak dapat menyembunyikan kebahagiaan karena Luna telah siuman. "Sayang, akhirnya kamu sadar!"Tak lama, pria itu mendekat dan memeluk tubuhnya erat.L
William mengernyitkan dahi bingung. Kedua kalinya sang istri melepas pelukan dan menatapnya asing. Bahkan, kini dia mengatakan bahwa dirinya buka istri William.Namun, belum sempat dia berkata apa pun, seorang baby sitter berbaju merah muda datang bersama gadis kecil yang usianya kisaran 3 tahun. Dengan kuncir kuda dan poni di dahinya, anak itu terlihat sangat lucu menggemaskan. "Mama!" panggil sang gadis pada Luna. Dia pun berlari mendekatinya yang tengah duduk di atas ranjang pasien. 'Apa? Anak ini panggil aku dengan sebutan Mama?’ Luna sontak membatu. Dia tidak memberikan senyuman atau usapan kasih sayang di atas kepalanya. William menyadari itu. Dengan cekatan, dia menyuruh petugas medis untuk keluar dan memberi ruang bagi keluarga kecil mereka.Setelah mereka keluar, barulah ia membantu menaikkan tubuh kecil itu di samping Nilam. "Sayang, Mama sedang sakit. Putri kecil papa tidak boleh nakal, ya?" ucap William lembut. "Ya Papa, Angel tidak akan ganggu Mama, kok. Angel han
[Setelah kematian Luna Diana Lita, sang suami mengabarkan pertunangannya dengan perempuan yang dijodohkan dengannya. Banyak orang berharap, pria yang telah ditipu istrinya itu dapat berbahagia. Terlebih, Daffa Ardiansyah harus berjuang keras mengembalikan uang yang terlah digelapkan almarhumah istrinya. Namun, banyak orang yang mendukung pria– ]Tit!Luna mematikan televisi di ruang rawat inapnya dengan cepat.Ekspresi wajahnya pun menggelap.Pria itu telah menyelingkuhi dan menuduhnya. Dan sekarang, dia akan hidup bahagia begitu saja?Rasa sakit dalam diri Luna sudah tak terkira saat ini.Jika saja dia sudah benar-benar mati, tidak akan ada orang yang tahu kebenaran ini. Orang-orang akan mengenangnya sebagai penipu yang layak untuk meninggal tragis.“Apa ini kesempatan yang diberikan oleh Tuhan untuk membalaskan dendamku?” gumam Luna pelan. Tanpa sadar, air matanya menetes.Dia merasa dia tidak yakin akan keputusan yang diambilnya. Saat ini, dia sudah mencuri wajah orang yang telah