Luna terkejut menemukan suami dan sahabatnya berselingkuh. Tak hanya itu, mereka dengan tega mengusirnya tanpa membawa sepeser pun uang. Saat Luna mengendarai mobilnya, wanita itu terkejut menemukan rem mobilnya blong. Tak hanya itu, dia juga melihat sebuah mobil yang hancur dan nyaris masuk jurang tak jauh dari tempatnya. Hanya saja, ia tak menyangka bila dirinya justru akan terlibat dalam kecelakaan besar yang akan mengubah hidupnya selamanya. Ketika terbangun, wajahnya telah berubah dan semua orang memanggilnya Nilam--seorang istri dari William Bagaskara dan ibu dari batita bernama Angel. Awalnya, Luna meras situasi ini tidak masuk akal. Namun, berbagai kenyataan baru membuat perempuan itu menyadari bahwa kuasa Nilam dapat membantu rencananya untuk menghancurkan suami dan sahabat yang dulu telah membuangnya. Lantas, akankah rencana Nilam palsu ini berhasil? Atau, William akhirnya marah setelah mengetahui kenyataan ini dan justru menggagalkan rencananya?
View MoreBab 1. Pengkhianatan
“Sadarlah, Luna! Aku ini selingkuh karena kamu tidak bisa memberikanku keturunan. Dasar perempuan mandul!”Luna tertegun dan menatap tak percaya suaminya itu. "Apa, Mas? Tega sekali kau ucapkan itu padaku di depannya? Aku ini istrimu! Istri yang menemani kamu selama tujuh tahun lamanya, tapi kau-""Haasshh … Diam! Aku tidak ingin mendengarkan suara dari mulutmu lagi! Aku juga muak melihat wajah lugumu itu! Pergi kau dari sini!" potong Daffa kejam sambil menunjuk ke arah luar pintu. Namun, Luna tetap diam--mencerna situasi yang sedang dihadapinya. Tadi, dia baru saja menemukan sang suami berselingkuh dengan sahabatnya dan dia ingin mendengar penjelasan Daffa. Tapi, apa yang dia dapat? Pria itu dengan tega malah mencacinya?Brak!Karena tidak kunjung menggerakkan kaki, ia terpaksa mendorong keras tubuh itu hingga terjatuh. "Ah sakit!" rintihnyaDitatapnya Daffa yang kedua matanya terlihat merah menatapnya. Bukan ia meminta maaf akan kesalahannya, pria itu malah mengusir Luna dari kediamannya?Menahan tangis, Luna menatap wajah wanita gila sedang merayu suaminya itu. Seolah sengaja, sahabatnya malah meletakkan kepalanya di atas bahu sang suami dan membelainya lembut. Namun, kedua mata menyorot ke arah Luna yang masih membatu di lantai.Wajah itu tampak sinis. Dia menarik salah satu sudut bibirnya dan terlihat bahagia melihat Luna diperlakukan seperti itu. "Sabar ya, Sayang. Kamu tidak perlu bicara kasar. Hemat tenagamu." Wanita yang bernama Shireen tersenyum pulas setelah mengatakan itu. Jarinya mengelus pipi Daffa lembut penuh hasrat.Cup!Alih-alih menolak, Daffa justru mencium pipi wanita itu di depan mata Luna. "Ya, Sayang. Buang energi aku bicara pada wanita buruk rupa ini! Ia tidak sepertimu cantik dan modis! Kamu berbeda. Kamu selalu mengundang hasratku!" Tidak ada yang Daffa tutupi sekarang, mereka malah terang-terangan menunjukkan kemesraan mereka di depannya."Kalian berdua memang pasangan iblis!" Luna mencoba berdiri. "Dan kau? Kau wanita murahan! Teman pengkhianat!" Batas kesabaran Luna habis, ia pun melayangkan sebuah tamparan ke arah Daffa. Sayang, dengan cekatan, pria itu menghalaunya."Kurang ajar sekali wanita ini mengatakan aku iblis, lebih baik iblis dari pada perempuan mandul! Tidak pandai memuaskan suami! Mana kuat Daffa tiap saat bersamamu!" olok Shireen tanpa memikirkan perasaan Luna lagi. Ia merasa sudah menang mendapatkan hati pria itu."Security! Seret wanita itu keluar!" ucap Daffa mendadak, hingga pria berseragam berjalan cepat ke arah mereka dan segera menyeret Luna keluar."Lepaskan! Saya bisa sendiri!" Luna lantas mengibaskan genggam tangan penjaga keamanan itu, dan berjalan keluar dengan membawa luka di hatinya."Oh ya satu lagi! Dengar baik-baik, aku akan segera mengurus surat perceraian kita! Setelahnya, kita tidak ada hubungan apapun lagi!" Daffa berteriak keras, saat ia sudah jauh dari pandangan. Namun, Luna terus berjalan ke luar. Dia tidak ingin para pengkhianat itu melihat wajahnya yang bersedih.Mempertahankan harga diri yang tersisa, Luna pun masuk mobil pribadinya, dan pergi dari sana. *****Luna kini mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya kalut, dan air mata yang berjatuhan disekanya berulang kali. Pikirannya penuh, membuatnya Rasanya, ia tidak bisa lagi berpikir jernih. "Pria kejam kamu, Mas!" " umpat Luna menahan tangis.Tanpa sadar, wanita itu menambah kecepatan mobilnya.Namun, saat akan menginjak rem, Luna begitu terkejut. "Kenapa ini? Kenapa pedal rem tidak berfungsi?" Segala cara dilakukan Luna. Jika ia tidak berhenti sekarang juga, akan ada korban nanti karenanya. Terpaksa, perempuan cantik itu membanting kemudi. Namun, tanpa disadari ada pengendara lain berlawanan arah.Brak!Sebuah hantaman keras pun terjadi pada mobil tersebut."Argh!"Kepala Luna terasa sangat pusing akibat terhantam kemudinya.Perempuan itu berusaha membuka matanya. Sayup-sayup, ia mendengar suara rintihan orang lain."Tolong! Tolong!"Suara lirih itu terus saja terdengar di telinga Luna.Perlahan, Luna pun keluar dari mobilnya dan berjalan tertatih mendatangi sumber suara.Meski dengan luka parah di sekitar tubuh dan wajahnya, Luna tetap berusaha mencari tahu suara itu berasal."Tolong! Tolong!"Lagi, suara itu terdengar. Kali ini bahkan hampir serak."Da-dari mana asal suara itu berasal?" gumam Luan terbata-bata. Dengan penglihatan yang hampir buram--akibat luka di dekat matanya--perempuan itu berusaha mengerjapkan mata agar dapat melihat lebih jelas.Dan, berhasil. Tak lama, ia menemukan seorang wanita di bawah sebuah mobil dalam posisi terbalik tepat di tepi jurang. Sedikit saja mobil itu bergerak, maka wanita itu dan mobilnya akan terjun bebas. "Astaga!" pekik Luna tak percaya sambil mempercepat gerakannya, hingga meraih tangan korban lainnya.Sayangnya, keadaannya jauh lebih buruk dari pada dirinya."Ayo aku bantu kamu keluar dari mobil ini!" Dengan tubuh penuh luka, Luna masih berusaha keras mengeluarkan wanita yang terjebak dalam sebuah mobil mewah dengan kondisi terbalik dan rusak berat. "Tidak perlu. Selamatkan saja dirimu! Tidak ada harapan. Tubuhku kini terjepit dan aku susah keluar dari jendela ini. Pintu mobil pun sudah tidak dapat terbuka," balas wanita itu lemah, seakan sudah pasrah akan mautnya. Luna menggelengkan kepalanya. "Tidak, kamu harus bisa keluar dari sini. Kamu harus selamat!" Lagi, usahanya begitu keras mempertahankan wanita dalam mobil. Sayang, uluran tangannya tidak mampu membantu.Saat Luna sedang mencari cara, perlahan mobil itu justru mulai jatuh ke jurang. “Simpanlah ini untukku!" Wanita itu tiba-tiba memberikan sebuah dompet berwarna Nude ke tangan Luna. "Argh…!" Luna berteriak keras begitu menyadari situasi di hadapannya. Namun, tanpa sadar, pakaian Luna pun ikut tersangkut di mobil itu. Tubuh Luna pun ikut terseret. Keduanya tergelincir bersama. Beberapa kali, Luna merasakan tubuh dan kepalanya terbentur bebatuan. Terus begitu, hingga akhirnya tersangkut di sebuah ranting pohon besar. Boomm! Mobil yang jatuh ke dasar jurang pun meledak, hingga api melahap isinya.Di ambang batas kesadaran, Luna menitikkan air mata, hingga akhirnya semuanya gelap. 'Apa aku akan berakhir seperti ini?'"Tidak, Dokter. Saya akan menemani istri saya, saya tidak akan meninggalkan dia.""Oke baiklah. Anda bisa masuk ke ruangannya. Ada ruang khusus didalam untuk Anda beristirahat. Jika Anda lapar cafe dekat dengan ruangan ini.""Terimakasih, Dokter."*****Saat yang ditunggu William telah berlalu. Ia melihat jari Luna bergerak-gerak. Terlihat kedua matanya mengerjap beberapa kali. Dan tak lama kemudian -- kedua mata itu terbuka."Luna? Kamu sudah sadar?" William bertanya dengan mata berkaca-kaca.Luna kesulitan berbicara, karena kulit wajahnya masih terasa kaku, dan perih. "Ya"Hanya jawaban singkat yang dia bisa dengar. William bergegas keluar, dan memberitahu dokter, jika istrinya telah sadar.Tak lama kemudian William kembali bersama dokter. Pria berkulit putih susu, berambut pirang itu segera mengecek kondisi Luna.Beberapa peralatan medis ia gunakan untuk mengecek keadaan Luna. "Kondisi fisik Nyonya Luna baik. Kita bisa menunggu sampai besok. Saya akan buka perban besok pagi.""Syu
Beberapa saat berlalu -- Angel telah sembuh dan diperbolehkan pulang.Wajahnya terlihat penuh dengan sukacita. Karena sebentar lagi, Anita mengatakan jika orang tuanya akan melangsungkan sebuah pernikahan.Sebenarnya gadis kecil itu merasa bingung -- meski ia masih batita, ia sempat berpikir, kenapa mereka harus menikah lagi? Bukankah mereka sudah menjadi pasangan suami istri? Ia tidak berani menanyakan hal itu pada Mama atau Papanya. Cukup melihat mereka bahagia -- ia juga merasakan kebahagiaan yang sama. Dan mamanya telah menjanjikan jika adik baby sudah sembuh -- boleh dibawa pulang. Ia telah menyiapkan nama yang indah untuk Putri Shiren itu. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Luna dan William tampak menggendong seorang bayi mungil. Dengan riangnya Angel berlari ke arah mereka dan menyambut kedatangan bayi itu di rumahnya."Mama ... Angel telah menyiapkan sebuah nama untuk adik Baby. Bolehkah aku memberi nama Feby?" tanya Angel."Tentu boleh, dong, Sayang." Luna memberi seny
Mereka terkejut melihat mangkuk berisi bubur itu terjatuh setelah seseorang membuangnya paksa.Luna melihat siapa yang melakukan itu -- ternyata Papa Seno. Lekas ia berdiri. "Tega sekali Papa melakukan semua ini? Tidak-kah Papa tahu, jika Angel tidak mau makan? Lihatlah keadaannya sekarang?" bantah Luna.Seno mengacungkan jari telunjuknya. "Siapa kamu? Atas izin siapa kamu berani bicara lantang terhadapku, hah!""Aku minta maaf, Papa. Tapi baru saja Angel mau membuka mulutnya. Dan sekarang, bubur itu sudah dilantai.""Cukup! Aku tidak mau kamu memanggilku dengan sebutan Papa! Siapa yang mengizinkan kalian menginjakkan kaki di rumah ini?" bentak Seno -- wajahnya tampak merah padam."Aku, Mas! Sudah! Biarkan mereka disini menemani Angel." Anita meminta Seno dengan harapan."Oppa ... Kenapa Oppa kejam pada Mama dan Papa Angel? Kenapa Oppa memisahkan Angel dengan mereka?" tanya Angel dengan terisak.Anita memeluk tubuh kecil Angel. Ia tidak ingin gadis kecil itu menangis. Baru saja ia te
Sudah beberapa waktu lamanya akhirnya pintu ruang persalinan kembali terbuka. Mereka yang menunggu dari tadi segera menghampiri dokter yang baru keluar melewati pintu -- wajahnya terlihat sedih. Seperti ada sesuatu yang baru saja terjadi.Namun pikiran itu segera ditepis oleh Luna, semoga yang ia pikirkan tidak seperti yang sedang terjadi."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah kalian berhasil menyelamatkan keduanya?" Daffa memulai pertanyaan. Dalam beberapa saat pria yang mengenakan jas putih itu diam. Membuat semua yang berada di sana merasa tidak tenang. Diamnya dokter itu -- sudah mewakili jawabannya. Daffa yang memiliki status sebagai suami Shireen, lekas masuk begitu saja ke ruangan persalinan tersebut. Diikuti oleh Luna dan William.Langkah mereka terhenti, setelah melihat seorang perawat menutup tubuh Shireen dengan kain putih sampai atas kepala. Dan perawat lain sibuk membersihkan bayi yang tampak masih merah berlumuran darah -- Setelah beberapa saat -- mereka men
"Luna ... Perutku sakit!"Luna seketika panik. Ia lekas berteriak meminta pertolongan. Beberapa pria berseragam datang, dan memapahnya."Bawa dia kerumah sakit!" titah seorang polisi dengan pangkat tinggi."Berapa usia kandungannya? Apa dia akan melahirkan?" gumam Luna.Ia ikut mendampingi Shireen ke rumah sakit. Dengan mobil salah satu anggota polisi. "Bertahanlah Shireen ..." ucap Luna menguatkan.Ia menggenggam tangan Shireen erat. Ia tidak tahu bagaimana rasanya akan melahirkan. Banyak wanita mengatakan jika sakitnya luar biasa. Kontraksi menjelang persalinan sedikit banyak mirip dengan kram saat menstruasi. Bedanya, kontraksi ini akan terasa beberapa kali lebih berat daripada kram perut menstruasi. Rasa kontraksi juga mirip seperti perut kembung atau 'begah'.Sudah berbagai upaya Luna untuk bisa mendapatkan momongan. Namun tidak ada hasilnya. Selama tujuh tahun ia mendambakan seorang bayi, namun ia masih belum diberi kepercayaan juga.Teringat saat William melakukan dengannya.
Hari itu William sedikit sibuk. Mengurus semua kasus Luna dengan polisi. Ia telah membawa banyak bukti bersama saksi dan pengacara handalnya.Ia tidak perlu mengajak Luna ke kantor. Ia akan tangani sendiri -- tanpa melibatkan Luna. Wanita itu cukup diam saja dikontrakkan menunggu kabar dari William. Pekerjaan itu akan segera ia atasi. Namanya akan kembali bersih. Dan ia akan menikahinya. Dengan identitas aslinya 'LUNA'.Hari itu wanita yang biasanya suka menyibukkan diri dengan banyak pekerjaan rumah hanya diam saja berpangku tangan.Bingung mau melakukan pekerjaan apa. Setelah semua pekerjaan rumah sudah ia kerjakan. Tidak seperti kediaman Bhaskara -- luasnya berhektar-hektar. Ia hanya cukup membersihkan kontrakan itu dalam waktu sesaat saja.Luna berjalan keluar, dan mendaratkan bobotnya dikursi kayu bersandar dinding depan. Celingukan melihat dari kejauhan -- satu kontrakan jauh yang disewa William."Jaraknya jauh, aku tidak mampu menjangkau wajah pria tampan itu. Ah, aku rindu p
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments