Share

Bab 7. Menjadi Dekat

William terkejut saat Luna kembali dengan ekspresi buruk. Ia memperhatikan baju yang ia kenakan basah.

"Kita pulang saja! Aku tidak bisa lanjutkan makan dalam kondisi pakaian basah seperti ini!" Ia menenteng kembali tas brandednya. 

"Bagaimana bisa sampai basah begitu, Sayang?" tanya William dengan mengangkat alisnya, ‘bingung’.

Segera ia beranjak dari sana tanpa penjelasan Luna. 

Dengan memanggil pramusaji, pria itu menunjuk beberapa lembar yang ia letakkan di bawah piring untuk mengambilnya.

Buru-buru ia melenggang dari tempat itu.

*****

Masih teringat akan wajah wanita yang menabraknya di restoran tadi.

Entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. Saat ia kembali dari kamar mandi, wanita itu tidak terlihat di mana pun. Entah mungkin sudah pergi, tanpa sepengetahuannya.

Wajahnya yang terlihat menunjukkan aura berbeda, membuatnya tidak tenang. Luna lantas menepis kegelisahan itu. 

'Ah, lupakan!' perintahnya, pada dirinya sendiri.

'Jika aku Nilam asli, mungkin aku akan balas mengguyur pakaiannya juga. Tapi, aku masih berproses menjadi Nilam seutuhnya. Bukan mudah melakukan itu.'

William yang menangkap wajah Luna, segera menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. 

Dari wajahnya, terlihat jelas ia sedang memikirkan sesuatu. 

"Nilam, apa yang sebenarnya terjadi? Kau belum menjawab pertanyaanku?"

"Aku hanya malas, ada seorang wanita yang mengguyur pakaianku hingga basah!" jawabnya dengan mengangkat sedikit bajunya, agar terkena sedikit udara. 

"Mungkin dia tak sengaja. Kita mampir ke butik langganan kamu ya, nanti masuk angin jika kau pakai sampai rumah!"

"Gak usah, sebentar lagi juga kering! Sayang uang, buat keperluan lain saja," ucapnya tanpa melihat wajah William yang merasa aneh menatap Istrinya.

'Ada apa dengan Nilam? Tidak biasanya ia menolak ajakanku belanja? Ia lebih memilih membuang bajunya daripada memikirkan soal uang,' batin William bingung.

"Biasanya, istriku ini suka menghabiskan uang untuk keperluan pribadinya, tumben punya sifat hemat?" Nada suara pria itu terdengar bercanda, tetapi Luna menyadari ada kecurigaan di dalamnya.

Sontak, perempuan itu gelagapan. Ia baru ingat, jika Nilam tak akan melakukan ini.

"Entahlah, Mas. Aku sedang malas!" ucap Nilam buru-buru meninggalkan William ke mobil.

*****

Keduanya pulang sedikit terlambat dan tiba saat sudah gelap.

Namun, saat memasuki ruang keluarga, mereka terkejut melihat Angel sedang bermain bersama babysitter-nya.

Saat bola mata kecil lucu menggemaskan itu melihat kedatangan orang tuanya, Angel segera berlari ke arah mereka.

"Papa … Mama!" teriak Angel. Wajah yang lucu menggemaskan itu membuat kebahagiaan tersendiri untuk Nilam.

Terbesit, ia akan bahagia jika adanya keturunan darinya dengan Daffa. Apakah keretakan rumah tangga ini bisa dihindari?

Diperhatikannya kembali Angel yang segera meminta digendong Papanya.

William pun mencium pipi putrinya itu. "Kamu belum tidur, Sayang? Sudah jam berapa ini?" William melihat ke arah jam dinding besar yang menggantung dinding, memang sudah jamnya ia tidur.

"Kenapa kamu tidak mengajak Angel tidur, Bik?" kata William dengan tegas. 

Dengan menundukkan kepala, babysitter itu pun menjawab, "Maaf Tuan, Non Angel tidak mau tidur, katanya malam ini ingin tidur bersama  Tuan William dan Nyonya Nilam."

William dan Nilam saling berpandangan. Mereka terenyuh mendengar penjelasan wanita yang sudah bekerja tiga tahun ini.

"Sayang, tunggu sebentar, ya. Papa dan Mama mau bersihkan diri dulu, setelah itu nanti kita tidur bersama. Angel di temani bibi dulu ya," ucap William, dengan hati-hati ia menurunkannya dan segera sang babysitter mengajak ke kamarnya.

Keduanya berjalan ke arah kamar yang berada di lantai atas.

Setibanya di dalam kamar Luna melempar tas itu ke atas ranjang.

"Aku mandi dulu!" ucapnya, ia melenggang ke arah kamar mandi sebelum William menjawab.

Dengan berjalan berjinjit, tanpa sepengetahuan Nilam, ia mengikutinya dari belakang.

Stt!

Nilam terkejut karena William memeluknya dari belakang. Nafasnya sudah tidak beraturan. Bahkan, ia merasa darahnya hampir berhenti seketika itu juga.

Hembusan nafas William terasa di kulit lehernya. Pria itu menyibak rambutnya ke samping–meletakkan dagunya di atas bahu Luna.

"Sayang, mandi bareng, yuk!" ucap William lirih, hampir-hampir terdengar seperti nada mendesah.

Deg!

"Mas! Kamu itu jangan suka menggoda aku saat aku lagi badmood gini ya! Kamu tahu sendiri kan, dari restoran tadi pikiranku buruk pada wanita tadi!" ucapnya mencari alasan. 

Seketika, William melepaskan pelukannya. Dengan pasrah, ia akhirnya mengalah demi sang istri. "Oke-oke, maaf gak jadi deh aku godain kamu lagi."

Wajah pria itu sedikit cemberut. Istrinya itu selalu menolaknya, padahal hanya sekedar mandi bersama. 

'Apa yang salah coba?' William mendengus kasar.

Pria itu lantas kembali ke ranjang dan rebahan di sana sambil menunggu istrinya itu selesai mandi.

*****

"Sayang …!" sapa William pada sang anak yang sedang berbaring bersama babysitternya.

Melihat kedatangan dua bossnya itu, segera perempuan yang tak kurang dari 30 tahun itu pamit keluar.

"Mama, Papa! Sini tidur di sebelah Angel!" Gadis mungil itu lantas memukul kedua sisi kosong untuk mereka tempati.

Wajah ‘Nilam’ dan William sangat bahagia melihat Angel yang bertingkah manja. 

"Mama, Angel mau dibacain dongeng. Biar bisa cepat tidur," pintanya pada ‘ibunya’ itu.

"Oke … Sayangku minta dibacakan dongeng cerita apa?" tanya Luna dengan menciumi pipi anak itu.

"Buat Papa mana? Papa juga minta jatah cium dong!" goda William .

"Apa sih kamu, Mas! Malu didengar Angel, tuh!" Wajah Luna bersemu merah.

"Cie … Ehem ehm!" Angel ikut tertawa melihat William yang menggoda Luna.

William lantas memeluk tubuh kecil Angel dengan gemas. "Princess Papa nih ya, siapa coba yang ajarin Angel bicara gitu? Bik Marni ya?" 

Angel tertawa riang. Keduanya tampak kompak membuat Luna tersentuh akan kelembutan hati William pada putrinya.

"Lihat! Mama cemburu melihat kita," ucap William menunjuk Luna dengan bibirnya yang mengerucut.

Angel lantas menatap ibunya itu."Mama, Angel boleh minta sesuatu, tidak?"

Luna dan William merespon secara bersamaan. "Minta apa, Sayang?"

"Angel minta adik! Soalnya Angel kesepian dirumah terus sama Bibi, Angel pengen ada temannya bermain," ucapnya dengan polos.

Nafas Luna hampir tercekat di tenggorokan, sedangkan William tampak menatap anaknya bahagia.

“Gimana, Ma?” tanya anak itu lagi–penuh harap.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Dara Kirana
Duh, gimana nih, Luna dan William kan sebenarnya gak ada ikatan. ...
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
keluarga yg harmonis bnget cuma sayangnya nilam lom berani jujur Sama william
goodnovel comment avatar
Goresan Pena Bersyair
ahhh seru sekali hub mereka..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status