Share

Bab 6. Sisi Baru Nilam

“Nilam Ayu Bagaskara. Istri dari William Bagaskara. Terkenal tegas dan cuek. Wanita ini pemberani,  pintar, dan menyukai tantangan.” 

“Sedari remaja, kerap mendaki gunung dan mengikuti pecinta alam. Bila belum mengenal, orang akan mengiranya sedikit sombong. Padahal, hatinya sebenarnya baik dan menyayangi keluarganya.”

“Hanya saja, putri dari Seno Bhaskara pendendam. Dia membenci orang-orang yang berani menyentuh sesuatu yang disayanginya.”

Setelah beberapa hari berlalu, Luna semakin memantapkan dirinya sebagai Nilam seutuhnya. 

Menggunakan beberapa informasi mengenai kepribadian dan keseharian wanita itu, Luna semakin lama semakin akrab dengan identitas ini.

Dia bahkan tidak terkejut bila ada orang yang memanggilnya Nilam.

Meski bertolak belakang dengan segala sifat aslinya, demi dendamnya, ia akan melakukannya.

Dan semua dimulai dengan kembali memimpin di Perusahaan Bhaskara Group.

Meski William melarang, ia akan tetap memaksa. Setidaknya, ini bentuk balas budinya pada Nilam asli. Dia akan melindungi milik perempuan itu sembari membalaskan dendamnya. 

******

Dengan jas sebatas siku dan setelan rok setinggi lutut, serta kacamata hitam di atas kepala–”Nilam” berjalan sempurna menuju pintu perusahaan.

"Selamat pagi, Bu." Karyawan dan karyawati seketika menyapanya hormat.

Nilam hanya mengangguk sepintas dan fokus melangkahkan kaki jenjangnya yang bertambah indah karena menggunakan sileto 5 cm.

Melihat mereka berbaris rapi di depan koridor, Nilam pun tersenyum, hingga anak buahnya itu tersenyum hormat.

Untungnya, dia pernah bekerja bersama suami brengseknya dulu dalam membangun perusahaannya, hingga perusahaan itu besar. 

Jadi, untuk masalah dunia bisnis, dia bisa atasi dengan mudah.

******

Brak!

Nilam mengentakkan sebuah map besar di atas meja. Perempuan itu  memaksa kedua bola mata untuk menatap tajam sekretarisnya dan bersiap berteriak kencang. 

"Pekerjaan macam apa yang kamu kerjakan? Susun kembali secepatnya. Setelah selesai, bawa padaku!"

Melihat bosnya telah kembali, karyawati yang ditugaskan William untuk mendampinginya itu–segera meminta maaf dan bergerak cepat untuk merevisinya. 

Bug!

Nilam menjatuhkan tubuhnya di atas kursi putar empuk yang disediakan khusus oleh William. 

Dia mengusap dahi yang tidak basah dan menghela nafas dengan kasar. 

Baru beberapa jam dia berada di kantor ini, kepalanya sudah dibuat pusing.

Project-project pentingnya banyak terhambat sejak kecelakaan. 

Bila ini dirinya yang asli, dia hanya akan meminta pegawainya cepat membereskan. Namun, ini “Nilam”! Dia harus menggunakan urat saat melakukannya.

"Aku harus membiasakan diri untuk menjadi wanita yang kuat dan tegas," gumam perempuan itu dengan mata terpejam.

Setelah dirasa cukup, Nilam kemudian membuka beberapa pekerjaan melalui email yang masuk. 

Namun, setelah beberapa jam, dirinya menyadari ada satu pesan masuk dengan akun tidak dikenal.

"Akun siapa ini? Tampilannya sedikit berbeda." 

Beberapa menit dia berpikir, Nilam pun memutuskan untuk membuka pesan itu. 

Ditariknya kursi lebih dekat ke meja, lalu memfokuskan kedua retinanya ke arah layar laptop.

[ TUNGGU AJAL MENJEMPUTMU! ]

Semua tulisan yang diketik menggunakan huruf kapital dengan font text model tetesan berwarna merah darah satu layar penuh.

Nilam segera menutup layar laptop dengan keras. Bahkan, ia tak sadar telah membuat layar laptopnya itu retak karena begitu syok melihat email tersebut.

Tanpa disadari, keringat dingin mengalir di pelipisnya. 

Kembali, Nilam mengambil tisu dan mengusap bulir keringat yang tiba-tiba menetes di pelipis keningnya.

Dengan meneguk berulang kali air putih di dalam gelas hingga tak bersisa, ia mencoba menenangkan pikiran.

"Pengirim itu mungkin salah kirim. Tapi, siapakah dia? Apakah Nilam memiliki musuh?" 

Berbagai pertanyaan berputar di otak wanita itu.

Jika saja dia tak tahu Nilam asli telah meninggal, dia akan menyangka wanita itu sebenarnya masih hidup dan berniat membalas dendam karena dirinya telah mengambil kehidupan miliknya.

Khawatir bila akan mendapatkan teror selanjutnya, segera ia mengambil ponsel dalam tas branded miliknya.

“Halo, Mas William! Sibuk, tidak? Bisa ke ruanganku sebentar?” 

Nilam tanpa basa basi menelepon ‘suaminya’, yang hanya berbeda beberapa ruangan dengannya meski sama-sama di lantai dua.

“Ada masalah, Sayang? Kelihatannya, ada sesuatu yang serius?” tanya William dari seberang telepon. Ada nada khawatir dari suara pria itu. 

Cukup satu kali dia hampir kehilangan Nilam, untuk selanjutnya, dia harus menjaga istrinya dengan baik.

“Sudah cepat Mas ke sini, aku tunggu!” 

Nilam pun menutup panggilan telepon segera.

Benar saja.

Tidak lama, direktur utama pendamping Nilam di perusahaan Bhaskara Group itu datang memeriksa keadaan istrinya. 

Panik, Nilam pun langsung memeluk William ketakutan. 

Telinga pria itu sontak memerah karena merasa ada sisi imut yang ditunjukkan oleh istrinya. 

Namun, pria itu berusaha tenang dan fokus dengan masalah Nilam.

“Ada apa? Apakah kamu terluka?” William segera memutar tubuh Nilam berulang kali, memeriksa setiap inci dari wajahnya mungkin ada yang terluka.

"Apa yang kamu lakukan padaku? Hentikan!" ujar Nilam dengan suara penuh penekanan. 

Perempuan itu mengibaskan tangan William yang masih menempel di tubuhnya. 

Hal itu membuat William menatap bola mata Nilam. Namun, tak sengaja ia melihat layar laptop Nilam yang retak sebagian dalam keadaan menyala.

“Apakah ada yang melukaimu?”

Nilam belum menjawab. Bola mata masih fokus pada layar, dengan jemari menggerakkan mouse ke sana kemari. 

Ia mencari akun email yang beberapa menit lalu mengirim pesan itu.

"Coba perhatikan isi email ini, Mas!" Nilam membuka satu pesan paling atas. 

Dia geser berulang kali.

Sayangnya, William tidak melihat apa pun di layar itu.

“Apa yang terjadi pada layar laptopnya?” tanya pria itu pada akhirnya.

Nilam menggelengkan kepalanya.

Jantungnya semakin berdegup cepat. "Tadi, ada satu akun yang meneror aku!" ujarnya dengan khawatir. 

Kembali, dia menggerakkan ke sana ke mari kursor mousenya untuk menemukan pesan yang membuatnya ketakutan.

Namun, Nilam tidak berhasil menunjukkan email itu pada William, hingga William menatapnya bingung. 

“Mungkin kau lelah dan butuh istirahat karena ini hari pertamamu kembali ke sini, Sayang.” 

Nilam menghela napas kasar. Dia merasa percuma menjelaskan pada suaminya itu karena tidak ada bukti yang dapat dia tunjukkan.

******

Sore sepulang dari kantor, William mengajak istrinya mampir ke sebuah restoran.

Menurutnya, Nilam sudah lama tidak mengunjungi tempat romantis kesukaan mereka dulu. Perempuan yang butuh refreshing itu pun setuju.

Mereka menikmati makan malam mereka dengan romantis.

Namun, saat akan menuju kamar kecil, seorang wanita menabraknya dengan sengaja. 

Ia bahkan menumpahkan minuman ke pakaian Nilam. "Sorry tidak sengaja!"

Sorot mata Nilam lantas menajam. Terlebih, ia melihat wanita bergaun biru itu tersenyum sinis padanya.

"Maaf! Bisa kau katakan lagi?" Dengan langkah perlahan, Nilam maju mendekatinya.

"Sorry, aku benar-benar tidak sengaja menumpahkannya. Bisa aku bantu bersihkan?" ucapnya berpura-pura tulus.  

"Lupakan! Aku sedang buru-buru!" ucap Nilam, muak.

Sebenarnya, ingin sekali dia mengkonfrontasi wanita itu,  tetapi ia harus buru-buru ke kamar mandi dan membersihkan pakaiannya–meninggalkan ‘si penabrak’ yang menatapnya dengan pandangan mencurigakan.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
Mantan-nya Bang Willy .... Hihih
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
siapa nih yg neror nilam alias luna
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status