Share

Bab 6

Author: Hanata
Tiga puluh hari masa tenang untuk perceraian berlalu dengan cepat. Claire sudah memesan tiket untuk ke luar negeri, hanya tinggal menunggu hari terakhir tiba.

Hari itu, dia mulai mengemas semua barang bawaannya dan bersiap untuk mengirim sebagian besar ke luar negeri lebih dulu. Namun, saat dia memeluk koper dan hendak keluar rumah, dia berpapasan dengan Amber dan Patricia yang tiba-tiba masuk.

Barang-barang dalam koper terjatuh dan berserakan di lantai. Claire buru-buru memungutnya kembali, tapi tetap saja gerak-geriknya menarik perhatian mereka.

"Kamu bawa barang sebanyak ini buat apa?" tanya Patricia dengan curiga.

Claire asal menjawab, "Cuma barang-barang yang nggak terpakai. Mau aku sumbangkan ke panti asuhan."

Patricia langsung mencibir. "Barang rongsokan kamu ini disumbang ke panti asuhan? Kasihan banget anak-anak panti itu."

Claire tidak menanggapi hinaan itu. Dia hanya diam, lalu menutup koper dan bersiap untuk keluar.

"Tunggu dulu." Amber menghentikannya, lalu dengan seenaknya mengambil sebuah gelang dari dalam koper. "Yang ini kelihatannya menarik. Aku ambil, ya."

Mata Claire langsung tertuju pada tangan Amber. Wajahnya berubah panik dan dia buru-buru merebut kembali gelang itu.

"Nggak bisa! Itu nggak termasuk barang yang disumbangkan. Aku salah taruh, itu mau aku simpan!"

Itu adalah satu-satunya peninggalan dari almarhum ibunya. Dia selalu menjaganya dengan sangat hati-hati. Claire tidak menyangka Amber malah kebetulan melihat gelang itu.

"Kenapa nggak bisa? Cuma gelang jelek. Kalau Kak Amber suka, itu keberuntunganmu. Cepat kasih dia, lihat penampilan miskinmu itu!" cerca Patricia dengan penuh penghinaan.

"Aku bilang nggak bisa ya nggak bisa! Itu barangku! Kenapa aku harus kasih dia?!" Claire membentak, wajahnya memerah karena emosi yang membuncah.

Patricia tertegun. Claire berani membentaknya? Dia pikir siapa dirinya!

Baru saja Patricia hendak menyerang balik, pintu tiba-tiba terbuka. Julian masuk ke dalam rumah.

"Dari jauh saja sudah kedengaran berisik. Apa yang kalian ributkan?" Sorot mata Julian terlihat tidak senang saat menyapu ruangan, hingga akhirnya tertuju pada Claire.

Claire belum sempat bicara, Amber sudah lebih dulu menunduk dan mulai menangis tersedu-sedu. "Julian, ini semua salahku. Claire bilang dia mau nyumbang barang-barang ke panti. Aku lihat ada gelang yang bagus, jadi cuma nanya apakah dia mau jual ke aku, tapi dia nggak mau ...."

"Benar tuh, nggak pernah lihat orang sepelit kamu!" Patricia ikut-ikutan memperkeruh suasana. "Kami mau bayar juga kok, masalahnya di mana?"

Mendengar hal itu, Julian langsung mengerutkan kening dan menatap Claire dengan tajam.

"Cuma gelang bekas yang sudah nggak kepakai, kalau Amber suka, kasih saja. Nanti aku belikan yang baru buat kamu."

Nada bicaranya yang menganggap semuanya wajar itu begitu menusuk perasaan Claire. Dia menggigit bibirnya erat dan menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

Dia mengulurkan gelang itu ke arah Julian dan berkata dengan suara gemetar, "Julian, lihat baik-baik. Gelang ini peninggalan ibuku sebelum meninggal. Kamu tahu apa artinya gelang ini buatku?"

Saat ibunya baru meninggal, Claire memakainya setiap hari, bahkan saat tidur pun tidak mau melepasnya. Namun saat membantu Julian menjalani terapi pemulihan, gelang itu sempat terbentur. Sejak saat itu, Claire melepasnya dan menyimpannya baik-baik.

Claire mengira setelah tiga tahun hidup bersama Julian, dia seharusnya tahu betapa pentingnya benda ini bagi Claire. Namun Julian hanya menatap gelang itu lama, tanpa perubahan ekspresi di wajahnya. Bahkan saat akhirnya dia buka suara, nada bicaranya malah semakin kasar.

"Claire, kamu benar-benar keterlaluan. Cuma karena sebuah gelang, kamu sampai mengarang cerita soal peninggalan orang tua? Kamu pikir aku bakal percaya?"

"Yang kulihat, kamu sengaja mau menyusahkan Amber. Semakin dia menginginkan sesuatu, kamu semakin nggak rela memberikannya. Kamu lebih memilih menyumbangkannya daripada memberikan padanya."

"Claire, aku benar-benar kecewa. Nggak nyangka kamu ternyata sepicik ini."

Setelah berkata demikian, Julian menggandeng Amber dan keluar dari rumah sambil membanting pintu keras-keras. Tubuh Claire limbung, lalu perlahan jatuh terduduk di lantai.

Tidak peduli apa pun yang dikatakan Amber, Julian selalu memilih untuk percaya. Sementara dirinya ... bahkan saat berkata jujur pun, dia tidak dipercaya sama sekali.

Claire memeluk gelang itu erat-erat. Air matanya akhirnya tumpah membasahi pipinya tanpa henti.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 24

    Suara sirene ambulans memecah ketenangan kawasan vila malam itu. Claire berdiri di depan ruang operasi dengan seluruh tubuh yang berlumuran darah. Dia terdiam, seolah jiwanya tertinggal entah di mana.Beberapa jam kemudian, Farhan akhirnya keluar dari ruang operasi. "Nyawanya selamat, tapi kedua kakinya sudah nggak bisa diselamatkan."Detak jantung Claire menggema bagaikan guntur dalam dadanya. Dia bahkan lupa bagaimana cara bernapas.Keesokan harinya, Claire batal naik pesawat ke Swiss. Sebelum keberangkatan, Dalton meneleponnya. "Claire, apa pun keputusanmu ... aku akan menghormatinya."Tiga hari kemudian, Julian akhirnya sadar dari masa kritis.Begitu tahu bahwa kedua kakinya benar-benar lumpuh dan tidak bisa disembuhkan lagi, dia hanya menarik napas panjang beberapa kali, sebelum setetes air mata mengalir dari sudut matanya."Claire, dulu aku bisa berdiri lagi berkatmu. Sekarang, aku sudah mengembalikan kaki ini padamu."Mendengar itu, Claire terdiam lama. Dia tidak langsung menjaw

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 23

    Keesokan harinya, surat pemberitahuan resmi mengenai pencopotan Julian dari posisi Presdir Grup Westwood langsung dikirimkan ke seluruh perusahaan. Pada saat bersamaan, surat perjanjian cerai dari ayah Julian juga telah sampai ke tangan Lorraine.Meski kini menetap jauh di luar negeri, ayah Julian masih memiliki kendali penuh atas semua urusan keluarga dan perusahaan.Lorraine menelepon sambil menangis, mempertanyakan alasan perceraian dengan marah.Namun, suara di ujung sana terdengar sangat dingin. "Anak-anak yang baik-baik bisa kamu didik sampai begini rusaknya. Yang satu membutakan diri demi cinta, yang satu lagi emosional dan nggak tahu diri. Kamu masih berani menanyakan kenapa aku ingin cerai?""Selain itu, kalau waktu itu kamu nggak berbohong dan memanipulasi Claire, semuanya nggak akan jadi seperti sekarang.""Pihak Keluarga Wallace sudah memberi ultimatum. Kalau aku nggak bisa memberi penjelasan yang layak atas gangguan kalian terhadap Claire, kerja sama kita dengan mereka sel

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 22

    Setelah resmi menjalin hubungan, barulah Claire tahu bahwa Dalton ternyata berasal dari salah satu keluarga konglomerat paling berpengaruh di kota itu.Keluarga Wallace sudah lama tahu bahwa putra mereka memendam cinta bertahun-tahun pada Claire dan mereka pun sangat penasaran terhadap gadis yang telah merebut hati Dalton. Jadi, sang ibu memanfaatkan momen ulang tahunnya untuk mengundang Claire secara langsung.Pesta ulang tahun Keluarga Wallace digelar secara mewah dan meriah. Julian juga termasuk dalam daftar tamu undangan. Dia datang bersama Lorraine. Namun, mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam mengikuti dari belakang.Begitu pintu aula pesta dibuka, Claire muncul sambil menggandeng lengan Dalton. Pemandangan itu langsung menarik perhatian seluruh tamu undangan.Orang tua Dalton segera menyambut mereka dengan senyum hangat sambil memandangi Claire dengan penuh ketertarikan dan kepuasan.Potret kebersamaan keempat orang yang tampak bagaikan keluarga harmonis itu

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 21

    Mendengar tangisan histeris Claire, sorot mata Dalton pun dipenuhi oleh sorot kemarahan. Setelah mengantarkan Claire kembali ke hotel, Dalton langsung menuju ke bar dan berhasil menemukan Julian."Bajingan!" Tanpa ragu sedikit pun, Dalton melayangkan pukulan keras ke wajahnya.Julian yang tengah menenggak alkohol untuk melarikan diri dari kesedihan, tidak sempat bereaksi dan langsung terhuyung karena pukulan itu. Saat dia menoleh dan melihat Dalton, dia pun segera membalas serangan tersebut.Keduanya terlibat dalam perkelahian sengit. Orang-orang di sekitar mereka terkejut dan ketakutan, tidak ada satu pun yang berani menghentikan mereka.Karena pengaruh alkohol, refleks Julian tidak secepat biasanya. Tak butuh waktu lama, dia sudah terdesak di bawah Dalton. Dalton menghajarnya bertubi-tubi, menumpahkan seluruh amarahnya."Kamu pikir tindakanmu itu romantis, hah? Kamu tahu nggak? Kamu sudah menghancurkan Claire!""Dia bekerja keras sampai berhasil meraih gelar doktor dan operasi ini ad

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 20

    Pada hari dia resmi meraih gelar doktor, Claire menerima telepon dari tanah air.Farhan mengabari bahwa dia sedang menangani seorang pasien dalam kondisi kritis dan kasus tersebut sangat berkaitan dengan topik riset disertasi Claire. Dia berharap Claire bisa kembali ke dalam negeri untuk membantu operasi.Tanpa ragu sedikit pun, Claire langsung menyanggupi. Baginya, ini adalah kesempatan langka untuk menerapkan hasil penelitiannya ke dalam praktik nyata.Hari keberangkatan tiba. Saat Claire baru hendak masuk bandara, Dalton muncul sambil menarik koper."Itu ... aku baru ingat, sudah lama juga aku nggak pulang ke rumah. Kayaknya aku ikut kamu balik saja, ya."Claire tidak membongkar alasan sebenarnya. Dia tahu Dalton hanya khawatir Julian akan kembali mengusik dirinya.....Begitu Claire mendarat di bandara, Julian langsung mendapatkan kabar. Selama beberapa tahun terakhir, dia terus diam-diam memantau semua yang berkaitan dengan Claire.Namun karena kunjungannya ke Swiss waktu itu mela

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 19

    Julian membuka mulutnya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Namun, tak ada satu kata pun yang sanggup dia ucapkan untuk membela diri. Dia benar-benar tidak tahu bahwa ibunya telah menipu Claire dan menggunakan cara kotor untuk memaksa Claire tetap berada di sisinya.Baru saat inilah dia sadar, permintaan maaf dan permohonan pengampunannya itu terlalu rapuh bila dibandingkan dengan luka yang pernah diderita Claire.Tanpa sadar, Julian dan keluarganya telah melukai hati Claire perlahan-lahan hingga mati rasa. Kini, Claire berbalik dan melangkah pergi. Julian bahkan tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun untuk menahannya.Menatap punggung Claire yang semakin menjauh, Julian merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang pelan-pelan menghilang dan rasanya tidak akan pernah kembali.Tanpa merasa putus asa, dia mengajukan pertanyaan yang terakhir, "Claire ... selama tiga tahun itu, apa kamu pernah mencintaiku? Meski cuma sedikit saja?"Langkah Claire terhenti.Dalam sekejap, kenangan akan pe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status