Share

Bab 7

Author: Hanata
Karena kejadian itu, Claire tidak berani mengirim gelangnya lewat jasa ekspedisi. Dia akhirnya memutuskan untuk menyimpannya di dalam tas tangan dan membawanya sendiri nanti saat pergi ke luar negeri.

Suatu hari, Claire menerima telepon dari Lorraine. Lorraine mengundangnya makan malam di rumah keluarga besar dengan tulus.

"Ini mungkin makan malam terakhir kita sebagai sekeluarga," ucap Lorraine. Kalimat itu membuat hati Claire sedikit tersentuh dan dia pun mengangguk menyetujui undangan tersebut.

Saat Claire tiba di rumah Keluarga Westwood, Julian sudah datang bersama Amber dan duduk tepat di kursi yang dulu selalu ditempati Claire. Tanpa berkata apa-apa, Claire menghindari tatapan mereka dan memilih duduk di sisi lain meja makan.

Selama makan malam, Julian memperhatikan dan melayani Amber dengan begitu teliti. Sementara Claire duduk dengan kaku dan wajahnya tanpa ekspresi. Makanan yang masuk ke mulutnya pun terasa hambar.

Lorraine yang duduk di sisi lain hanya bisa memandangi Claire dengan sedikit iba, tetapi dia juga tidak kuasa menegur anak lelakinya secara langsung.

Setelah makan selesai, Claire berpamitan dengan Lorraine. Namun baru saja melangkah keluar rumah, dia mendengar tawa Julian, Patricia, dan Amber dari taman belakang.

"Julian, gelang ini lumayan juga, ya. Keras banget, bisa dipakai buat pecahin kacang! Aku penasaran ini bahannya dari apa," ujar Amber sambil tertawa.

"Entahlah, yang jelas bukan barang mahal. Claire itu orang miskin, mana mungkin punya barang bagus," sahut Patricia ikut tertawa.

Hanya dua kalimat yang diucapkan, tetapi sudah cukup membuat amarah Claire membuncah hingga ke ubun-ubun. Dia berjalan cepat menuju taman dan benar saja, di tangan Amber tersemat gelang milik ibunya.

Gelang itu sudah penuh goresan dan noda, jelas-jelas telah dipakai untuk memecahkan kacang seperti yang dikatakan tadi.

Wajah Claire memerah karena murka. Matanya menyala tajam, napasnya berat dan terdengar jelas karena emosi yang tak tertahankan. "Julian, kamu curi gelangku dan memberikannya ke Amber?!"

Julian mengernyit kesal. "Apa maksudmu mencuri? Amber cuma pinjam pakai dua hari. Nanti juga dikembalikan."

"Ambil tanpa izin itu mencuri. Prinsip dasar seperti itu pun kamu nggak paham?" Claire hampir kehilangan kendali. Tubuhnya gemetar dan dia langsung meraih lengan Amber, berusaha mengambil kembali gelang itu dari tangannya.

"Ah, sakit! Claire, kamu menyakitiku!" Amber merengek manja, membuat Julian langsung tersulut amarah.

Hanya karena gelang usang itu, Claire berani bicara seperti itu padanya? Bahkan berani-beraninya menyentuh Amber?

Dengan marah, Julian mencengkeram bahu Claire dan mendorongnya ke belakang. Claire tidak sempat menahan diri. Tubuhnya terlempar dan terjatuh ke tanah.

Petir menggelegar di langit dan tak lama kemudian hujan mulai turun deras.

Amber bersandar di pelukan Julian dengan ekspresi bersalah. "Ini semua salahku, Julian .... Jangan bertengkar lagi, ya. Aku kembalikan gelangnya ke Claire." Dia pun melepas gelang dari pergelangan tangannya dan mengulurkan tangan ke arah Claire.

Mengabaikan rasa sakit di tubuhnya, Claire dengan susah payah bangkit dari tanah. Dia mengulurkan tangan untuk menerima gelang itu.

Namun, tepat sebelum jarinya menyentuh, tangan Amber "tidak sengaja" tergelincir dan gelang itu pun terjatuh hingga hancur berantakan.

Mata Claire membelalak, pupilnya membesar karena syok. Di sisi lain, Amber malah berteriak kaget. "Aduh! Claire, kenapa kamu nggak bisa pegang dengan benar sih? Sekarang gelangnya pecah ... gimana dong?"

"Pecah ya sudah. Itu salah dia sendiri," ujar Julian dingin. Wajahnya datar tanpa emosi. Dia kemudian menggandeng Amber dan Patricia masuk ke dalam rumah, meninggalkan Claire di bawah guyuran hujan.

Rintik hujan terus turun, membasahi seluruh tubuh Claire yang masih berdiri mematung. Dia menatap pecahan gelang itu di tanah, hatinya terasa begitu menyakitkan.

Claire terjatuh berlutut sambil memegangi dadanya, lalu menangis tersedu-sedu di tengah hujan.

Warisan satu-satunya dari ibunya kini telah tiada. Kenangan terakhir ibunya di dunia ini juga telah lenyap. Dia telah berusaha selama tiga tahun, tapi pada akhirnya tetap kehilangan segalanya ....
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 24

    Suara sirene ambulans memecah ketenangan kawasan vila malam itu. Claire berdiri di depan ruang operasi dengan seluruh tubuh yang berlumuran darah. Dia terdiam, seolah jiwanya tertinggal entah di mana.Beberapa jam kemudian, Farhan akhirnya keluar dari ruang operasi. "Nyawanya selamat, tapi kedua kakinya sudah nggak bisa diselamatkan."Detak jantung Claire menggema bagaikan guntur dalam dadanya. Dia bahkan lupa bagaimana cara bernapas.Keesokan harinya, Claire batal naik pesawat ke Swiss. Sebelum keberangkatan, Dalton meneleponnya. "Claire, apa pun keputusanmu ... aku akan menghormatinya."Tiga hari kemudian, Julian akhirnya sadar dari masa kritis.Begitu tahu bahwa kedua kakinya benar-benar lumpuh dan tidak bisa disembuhkan lagi, dia hanya menarik napas panjang beberapa kali, sebelum setetes air mata mengalir dari sudut matanya."Claire, dulu aku bisa berdiri lagi berkatmu. Sekarang, aku sudah mengembalikan kaki ini padamu."Mendengar itu, Claire terdiam lama. Dia tidak langsung menjaw

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 23

    Keesokan harinya, surat pemberitahuan resmi mengenai pencopotan Julian dari posisi Presdir Grup Westwood langsung dikirimkan ke seluruh perusahaan. Pada saat bersamaan, surat perjanjian cerai dari ayah Julian juga telah sampai ke tangan Lorraine.Meski kini menetap jauh di luar negeri, ayah Julian masih memiliki kendali penuh atas semua urusan keluarga dan perusahaan.Lorraine menelepon sambil menangis, mempertanyakan alasan perceraian dengan marah.Namun, suara di ujung sana terdengar sangat dingin. "Anak-anak yang baik-baik bisa kamu didik sampai begini rusaknya. Yang satu membutakan diri demi cinta, yang satu lagi emosional dan nggak tahu diri. Kamu masih berani menanyakan kenapa aku ingin cerai?""Selain itu, kalau waktu itu kamu nggak berbohong dan memanipulasi Claire, semuanya nggak akan jadi seperti sekarang.""Pihak Keluarga Wallace sudah memberi ultimatum. Kalau aku nggak bisa memberi penjelasan yang layak atas gangguan kalian terhadap Claire, kerja sama kita dengan mereka sel

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 22

    Setelah resmi menjalin hubungan, barulah Claire tahu bahwa Dalton ternyata berasal dari salah satu keluarga konglomerat paling berpengaruh di kota itu.Keluarga Wallace sudah lama tahu bahwa putra mereka memendam cinta bertahun-tahun pada Claire dan mereka pun sangat penasaran terhadap gadis yang telah merebut hati Dalton. Jadi, sang ibu memanfaatkan momen ulang tahunnya untuk mengundang Claire secara langsung.Pesta ulang tahun Keluarga Wallace digelar secara mewah dan meriah. Julian juga termasuk dalam daftar tamu undangan. Dia datang bersama Lorraine. Namun, mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam mengikuti dari belakang.Begitu pintu aula pesta dibuka, Claire muncul sambil menggandeng lengan Dalton. Pemandangan itu langsung menarik perhatian seluruh tamu undangan.Orang tua Dalton segera menyambut mereka dengan senyum hangat sambil memandangi Claire dengan penuh ketertarikan dan kepuasan.Potret kebersamaan keempat orang yang tampak bagaikan keluarga harmonis itu

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 21

    Mendengar tangisan histeris Claire, sorot mata Dalton pun dipenuhi oleh sorot kemarahan. Setelah mengantarkan Claire kembali ke hotel, Dalton langsung menuju ke bar dan berhasil menemukan Julian."Bajingan!" Tanpa ragu sedikit pun, Dalton melayangkan pukulan keras ke wajahnya.Julian yang tengah menenggak alkohol untuk melarikan diri dari kesedihan, tidak sempat bereaksi dan langsung terhuyung karena pukulan itu. Saat dia menoleh dan melihat Dalton, dia pun segera membalas serangan tersebut.Keduanya terlibat dalam perkelahian sengit. Orang-orang di sekitar mereka terkejut dan ketakutan, tidak ada satu pun yang berani menghentikan mereka.Karena pengaruh alkohol, refleks Julian tidak secepat biasanya. Tak butuh waktu lama, dia sudah terdesak di bawah Dalton. Dalton menghajarnya bertubi-tubi, menumpahkan seluruh amarahnya."Kamu pikir tindakanmu itu romantis, hah? Kamu tahu nggak? Kamu sudah menghancurkan Claire!""Dia bekerja keras sampai berhasil meraih gelar doktor dan operasi ini ad

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 20

    Pada hari dia resmi meraih gelar doktor, Claire menerima telepon dari tanah air.Farhan mengabari bahwa dia sedang menangani seorang pasien dalam kondisi kritis dan kasus tersebut sangat berkaitan dengan topik riset disertasi Claire. Dia berharap Claire bisa kembali ke dalam negeri untuk membantu operasi.Tanpa ragu sedikit pun, Claire langsung menyanggupi. Baginya, ini adalah kesempatan langka untuk menerapkan hasil penelitiannya ke dalam praktik nyata.Hari keberangkatan tiba. Saat Claire baru hendak masuk bandara, Dalton muncul sambil menarik koper."Itu ... aku baru ingat, sudah lama juga aku nggak pulang ke rumah. Kayaknya aku ikut kamu balik saja, ya."Claire tidak membongkar alasan sebenarnya. Dia tahu Dalton hanya khawatir Julian akan kembali mengusik dirinya.....Begitu Claire mendarat di bandara, Julian langsung mendapatkan kabar. Selama beberapa tahun terakhir, dia terus diam-diam memantau semua yang berkaitan dengan Claire.Namun karena kunjungannya ke Swiss waktu itu mela

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 19

    Julian membuka mulutnya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Namun, tak ada satu kata pun yang sanggup dia ucapkan untuk membela diri. Dia benar-benar tidak tahu bahwa ibunya telah menipu Claire dan menggunakan cara kotor untuk memaksa Claire tetap berada di sisinya.Baru saat inilah dia sadar, permintaan maaf dan permohonan pengampunannya itu terlalu rapuh bila dibandingkan dengan luka yang pernah diderita Claire.Tanpa sadar, Julian dan keluarganya telah melukai hati Claire perlahan-lahan hingga mati rasa. Kini, Claire berbalik dan melangkah pergi. Julian bahkan tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun untuk menahannya.Menatap punggung Claire yang semakin menjauh, Julian merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang pelan-pelan menghilang dan rasanya tidak akan pernah kembali.Tanpa merasa putus asa, dia mengajukan pertanyaan yang terakhir, "Claire ... selama tiga tahun itu, apa kamu pernah mencintaiku? Meski cuma sedikit saja?"Langkah Claire terhenti.Dalam sekejap, kenangan akan pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status