Share

Bab 5

Author: Hanata
Cuaca sangat panas dan luka di lengan Claire semakin parah karena tidak segera ditangani. Infeksi mulai menyebar dan dokter menyarankan agar dia dirawat inap. Claire pun menyetujuinya.

Selama tiga tahun terakhir, dia telah merawat Julian terus-menerus. Bahkan saat dirinya sendiri merasa sakit, dia tidak pernah meninggalkan Julian walau hanya selangkah. Namun sekarang, Claire hanya ingin hidup untuk dirinya sendiri.

Dia mematikan ponselnya dan tinggal di kamar rumah sakit, fokus memulihkan diri sambil membaca buku. Melihat para dokter yang sibuk berlalu lalang di rumah sakit itu, hatinya dipenuhi harapan.

Dulu, mimpinya adalah menjadi dokter yang bisa menyelamatkan banyak orang. Namun karena kontrak dengan Lorraine, dia terpaksa meninggalkan cita-cita itu.

Kini, saat akhirnya mendapatkan kesempatan untuk kembali ke kampus dan melanjutkan pendidikan, yang dia harapkan hanyalah bisa belajar sebanyak mungkin agar bisa segera kembali ke garis depan dunia medis dan menyelesaikan impiannya yang tertunda.

Sebelum keluar dari rumah sakit, Claire tidak sengaja bertemu Patricia yang datang menemani temannya berobat. Begitu melihat Claire, Patricia langsung berjalan mendekat dengan wajah marah.

"Dasar kampungan! Kamu lagi ngapain, hah? Sengaja menghilang, ya? Kamu tahu nggak, rumah sudah kayak kapal pecah! Kakakku nyariin kamu ke mana-mana!"

"Nyari aku? Buat apa?" Claire benar-benar tidak mengerti.

Bukankah selama dia dirawat di rumah sakit, itu justru memberi Julian dan Amber kesempatan untuk hidup berdua?

Patricia mengacak rambutnya dengan kesal. "Aku malas jelasin. Sebaiknya kamu pulang sendiri dan lihat saja!"

Tanpa memedulikan luka Claire, Patricia menariknya paksa keluar dari rumah sakit dan membawanya pulang. Begitu memasuki vila, Claire langsung menyadari ada yang berbeda.

Taman yang seminggu lalu masih rimbun dan indah, kini telah layu dan kering. Di dalam rumah, kondisinya bahkan lebih kacau dan berantakan seperti habis diterjang badai.

Saat mendengar suara dari arah pintu, mata Julian yang awalnya redup tiba-tiba tampak berbinar.

Julian melangkah cepat ke pintu dan langsung mencengkeram lengan Claire yang terluka. "Kamu ke mana saja?"

"Claire, kamu sekarang benar-benar makin keras kepala ya! Cuma gara-gara aku telat sedikit antar kamu ke rumah sakit, kamu malah kabur dari rumah? Lihat nih, rumah jadi berantakan begini!"

Lengan Claire mengeluarkan darah. Rasa sakitnya merambat dari permukaan kulit hingga ke tulang. Tadinya dia masih bertanya-tanya kenapa Julian mencarinya. Ternyata jawabannya adalah karena rumah kekurangan seorang pembantu.

Julian tidak peduli dengan lukanya, juga tidak peduli ke mana Claire selama ini. Yang dia tahu hanyalah Claire tidak lagi bersikap seperti pelayan yang setia seperti dulu.

Sambil menggertakkan gigi, Claire menarik paksa lengannya dari genggaman Julian. "Julian, kamu menyakitiku!"

Baru saat itu Julian menyadari ada bercak darah di bajunya. Dia teringat kembali tentang luka Claire di kantin tempo hari, nada bicaranya mulai sedikit melunak. "Aku nggak sangka lukamu separah ini. Oke, ini salahku. Tapi kamu juga salah karena nekat kabur dari rumah. Anggap saja impas, ya?"

"Sini, aku mau kasih lihat sesuatu." Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Julian menggenggam tangan Claire dan membawanya naik ke lantai atas.

Dia meletakkan sebuah kotak di hadapan Claire. Di dalamnya, tergeletak sebuah kalung berlian mewah dan berkilau. "Ini untukmu. Anggap saja kompensasi atas lukamu. Lagi pula, Amber juga akan segera pindah keluar. Jadi, jangan marah lagi, ya?"

Claire membuka mulut, tetapi tidak tahu harus berkata apa.

Dulu, dia selalu berharap Julian akan memberinya hadiah apa pun, asalkan itu tulus dari hatinya. Namun kini, ketika hadiah itu benar-benar ada di depan matanya, dia tidak bisa memastikan apakah kalung ini benar-benar ditujukan untuknya atau sebenarnya tetap demi Amber.

Claire menerima kotak itu dan meletakkannya di meja dengan tanpa ekspresi. Kemudian, dia berbalik menuju kamar mandi untuk mandi.

Saat keluar, dia melihat Amber sedang berdiri di depan cermin dan mencoba kalung berlian itu di lehernya. Melalui pantulan cermin, Amber menoleh ke arah Claire dan tersenyum penuh tantangan padanya.

"Maaf ya, Claire, jadi kelihatan nggak enak begini. Padahal kemarin aku baru bilang suka sekali sama kalung ini, eh, hari ini Julian langsung beliin. Dia ini memang ...."

Belum sempat Amber menyelesaikan kalimatnya, Julian sudah keluar dari dapur. Saat melihat kalung berlian itu melingkar di leher Amber, Julian sempat tertegun sejenak.

Amber segera menggandeng lengannya dan menatapnya dengan manja. "Julian, kamu memang yang terbaik. Aku suka sekali hadiahnya."

Julian menatap Claire dengan ekspresi rumit, lalu memalingkan pandangannya ke Amber. Setelah beberapa detik, akhirnya dia membuka mulut. "Baguslah kalau kamu suka."

"Benar, yang penting Amber suka." Claire ikut mengangguk ringan, suaranya datar tanpa emosi.

Setelah itu, dia berjalan melewati mereka berdua tanpa banyak bicara dan langsung menuju taman.

Aroma bunga yang familier menyapu ujung hidungnya saat dia melangkah. Julian hanya bisa menatap punggung Claire yang perlahan menjauh, entah mengapa perasaannya menjadi tidak tenang.

'Kenapa dia sama sekali nggak marah? Apa dia cuma berpura-pura?

Namun kemudian, dia segera menepis pikiran itu. 'Ah, cuma kalung doang. Lain kali aku belikan yang lebih mahal, pasti dia senang lagi.'

Dengan mudahnya, Julian kembali meyakinkan dirinya sendiri.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 24

    Suara sirene ambulans memecah ketenangan kawasan vila malam itu. Claire berdiri di depan ruang operasi dengan seluruh tubuh yang berlumuran darah. Dia terdiam, seolah jiwanya tertinggal entah di mana.Beberapa jam kemudian, Farhan akhirnya keluar dari ruang operasi. "Nyawanya selamat, tapi kedua kakinya sudah nggak bisa diselamatkan."Detak jantung Claire menggema bagaikan guntur dalam dadanya. Dia bahkan lupa bagaimana cara bernapas.Keesokan harinya, Claire batal naik pesawat ke Swiss. Sebelum keberangkatan, Dalton meneleponnya. "Claire, apa pun keputusanmu ... aku akan menghormatinya."Tiga hari kemudian, Julian akhirnya sadar dari masa kritis.Begitu tahu bahwa kedua kakinya benar-benar lumpuh dan tidak bisa disembuhkan lagi, dia hanya menarik napas panjang beberapa kali, sebelum setetes air mata mengalir dari sudut matanya."Claire, dulu aku bisa berdiri lagi berkatmu. Sekarang, aku sudah mengembalikan kaki ini padamu."Mendengar itu, Claire terdiam lama. Dia tidak langsung menjaw

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 23

    Keesokan harinya, surat pemberitahuan resmi mengenai pencopotan Julian dari posisi Presdir Grup Westwood langsung dikirimkan ke seluruh perusahaan. Pada saat bersamaan, surat perjanjian cerai dari ayah Julian juga telah sampai ke tangan Lorraine.Meski kini menetap jauh di luar negeri, ayah Julian masih memiliki kendali penuh atas semua urusan keluarga dan perusahaan.Lorraine menelepon sambil menangis, mempertanyakan alasan perceraian dengan marah.Namun, suara di ujung sana terdengar sangat dingin. "Anak-anak yang baik-baik bisa kamu didik sampai begini rusaknya. Yang satu membutakan diri demi cinta, yang satu lagi emosional dan nggak tahu diri. Kamu masih berani menanyakan kenapa aku ingin cerai?""Selain itu, kalau waktu itu kamu nggak berbohong dan memanipulasi Claire, semuanya nggak akan jadi seperti sekarang.""Pihak Keluarga Wallace sudah memberi ultimatum. Kalau aku nggak bisa memberi penjelasan yang layak atas gangguan kalian terhadap Claire, kerja sama kita dengan mereka sel

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 22

    Setelah resmi menjalin hubungan, barulah Claire tahu bahwa Dalton ternyata berasal dari salah satu keluarga konglomerat paling berpengaruh di kota itu.Keluarga Wallace sudah lama tahu bahwa putra mereka memendam cinta bertahun-tahun pada Claire dan mereka pun sangat penasaran terhadap gadis yang telah merebut hati Dalton. Jadi, sang ibu memanfaatkan momen ulang tahunnya untuk mengundang Claire secara langsung.Pesta ulang tahun Keluarga Wallace digelar secara mewah dan meriah. Julian juga termasuk dalam daftar tamu undangan. Dia datang bersama Lorraine. Namun, mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam mengikuti dari belakang.Begitu pintu aula pesta dibuka, Claire muncul sambil menggandeng lengan Dalton. Pemandangan itu langsung menarik perhatian seluruh tamu undangan.Orang tua Dalton segera menyambut mereka dengan senyum hangat sambil memandangi Claire dengan penuh ketertarikan dan kepuasan.Potret kebersamaan keempat orang yang tampak bagaikan keluarga harmonis itu

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 21

    Mendengar tangisan histeris Claire, sorot mata Dalton pun dipenuhi oleh sorot kemarahan. Setelah mengantarkan Claire kembali ke hotel, Dalton langsung menuju ke bar dan berhasil menemukan Julian."Bajingan!" Tanpa ragu sedikit pun, Dalton melayangkan pukulan keras ke wajahnya.Julian yang tengah menenggak alkohol untuk melarikan diri dari kesedihan, tidak sempat bereaksi dan langsung terhuyung karena pukulan itu. Saat dia menoleh dan melihat Dalton, dia pun segera membalas serangan tersebut.Keduanya terlibat dalam perkelahian sengit. Orang-orang di sekitar mereka terkejut dan ketakutan, tidak ada satu pun yang berani menghentikan mereka.Karena pengaruh alkohol, refleks Julian tidak secepat biasanya. Tak butuh waktu lama, dia sudah terdesak di bawah Dalton. Dalton menghajarnya bertubi-tubi, menumpahkan seluruh amarahnya."Kamu pikir tindakanmu itu romantis, hah? Kamu tahu nggak? Kamu sudah menghancurkan Claire!""Dia bekerja keras sampai berhasil meraih gelar doktor dan operasi ini ad

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 20

    Pada hari dia resmi meraih gelar doktor, Claire menerima telepon dari tanah air.Farhan mengabari bahwa dia sedang menangani seorang pasien dalam kondisi kritis dan kasus tersebut sangat berkaitan dengan topik riset disertasi Claire. Dia berharap Claire bisa kembali ke dalam negeri untuk membantu operasi.Tanpa ragu sedikit pun, Claire langsung menyanggupi. Baginya, ini adalah kesempatan langka untuk menerapkan hasil penelitiannya ke dalam praktik nyata.Hari keberangkatan tiba. Saat Claire baru hendak masuk bandara, Dalton muncul sambil menarik koper."Itu ... aku baru ingat, sudah lama juga aku nggak pulang ke rumah. Kayaknya aku ikut kamu balik saja, ya."Claire tidak membongkar alasan sebenarnya. Dia tahu Dalton hanya khawatir Julian akan kembali mengusik dirinya.....Begitu Claire mendarat di bandara, Julian langsung mendapatkan kabar. Selama beberapa tahun terakhir, dia terus diam-diam memantau semua yang berkaitan dengan Claire.Namun karena kunjungannya ke Swiss waktu itu mela

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 19

    Julian membuka mulutnya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Namun, tak ada satu kata pun yang sanggup dia ucapkan untuk membela diri. Dia benar-benar tidak tahu bahwa ibunya telah menipu Claire dan menggunakan cara kotor untuk memaksa Claire tetap berada di sisinya.Baru saat inilah dia sadar, permintaan maaf dan permohonan pengampunannya itu terlalu rapuh bila dibandingkan dengan luka yang pernah diderita Claire.Tanpa sadar, Julian dan keluarganya telah melukai hati Claire perlahan-lahan hingga mati rasa. Kini, Claire berbalik dan melangkah pergi. Julian bahkan tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun untuk menahannya.Menatap punggung Claire yang semakin menjauh, Julian merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang pelan-pelan menghilang dan rasanya tidak akan pernah kembali.Tanpa merasa putus asa, dia mengajukan pertanyaan yang terakhir, "Claire ... selama tiga tahun itu, apa kamu pernah mencintaiku? Meski cuma sedikit saja?"Langkah Claire terhenti.Dalam sekejap, kenangan akan pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status