Share

Bab 8

Author: Hanata
Usai mandi, Julian tanpa sadar melangkah ke dekat jendela.

Di bawah cahaya remang taman, terlihat sosok mungil yang sedang berlutut di tanah dan mengais serpihan-serpihan kecil untuk mencari pecahan gelang yang telah hancur.

Seketika, dadanya terasa sesak, seolah ada sesuatu yang menusuk langsung ke jantungnya. Kenapa Claire begitu ngotot dengan gelang itu? Apa benar itu peninggalan dari ibunya?

Julian melemparkan handuknya begitu saja dan baru hendak turun ....

Namun, Amber dan Patricia sudah lebih dulu muncul menyambutnya di tangga.

"Kak, kamu nggak serius mau turun ke taman cari perempuan itu? Aku bilangin ya, sekarang dia lagi pura-pura. Sengaja buatdrama supaya kamu kasihan! Jangan tertipu!"

Amber ikut menunduk dengan wajah bersalah. "Julian, hari itu Claire sendiri yang bilang kalau barang-barang itu nggak dipakai lagi, makanya aku pikir boleh pinjam buat main sebentar. Ini semua salahku ... aku nggak mau Claire jadi sedih."

Mendengar hal itu, Julian merasa seolah tersadar.

Benar juga, Claire sendiri yang bilang barang itu mau disumbangkan. Namun begitu Amber menginginkannya, dia malah berubah sikap. Bukankah itu memang niat buat mempersulit Amber?

Pantas saja sekarang dia sengaja membuat drama di taman. Kalau Julian benar-benar turun menemuinya, itu hanya akan semakin memanjakan sikapnya.

Dengan pemikiran seperti itu, niat Julian untuk turun pun langsung pupus.

Saat fajar mulai menyingsing, Claire akhirnya berhasil mengumpulkan semua pecahan gelang di taman.

Setelah kehujanan semalaman, tubuhnya lemas tak karuan. Kepala terasa berat dan langkahnya pun goyah. Namun, Claire tidak berani beristirahat. Sebentar lagi dia pergi. Sebelum itu, dia harus memperbaiki gelang tersebut. Kalau tidak, hatinya takkan pernah bisa tenang.

Claire pergi ke berbagai tempat, sampai akhirnya tiba di rumah lelang perhiasan terbesar di kota dan berhasil menemukan seorang ahli yang bisa memperbaiki gelangnya. Claire begitu terharu hingga sulit berkata-kata, dia terus mengucapkan terima kasih berulang kali.

Dibutuhkan waktu tiga hari penuh bagi sang ahli untuk menyelesaikan perbaikan.

"Benda yang sudah pecah tetap sudah rusak," ucap sang ahli sambil menyerahkan gelang itu kepadanya. "Mau diperbaiki gimana pun, retaknya nggak pernah hilang. Tapi aku sudah berusaha semampuku."

Claire menatap gelang di tangannya. Retakan-retakan halus membelah permukaan yang dulunya sempurna. Hatinya terasa pilu, tapi dia tetap membungkuk dalam-dalam sambil berkata, "Aku mengerti, Pak. Bisa diperbaiki sampai sejauh ini saja sudah luar biasa. Terima kasih banyak!"

Claire membawa kotak berisi gelang itu keluar dari ruang kerja dengan hati-hati. Namun saat menuruni tangga, dia berpapasan dengan orang yang paling tidak ingin dia temui.

"Claire, kebetulan sekali! Kamu juga datang beli perhiasan ya?" Amber menyapa sambil tersenyum manis.

Claire tidak berniat menjawab. Dia hanya memalingkan wajah dan hendak segera berjalan turun. Namun tepat saat mereka berpapasan, Amber tiba-tiba mendorongnya keras. Terdengar dua suara jeritan yang menggema di seluruh ruang pamer perhiasan.

Saat Julian bergegas datang, dia melihat dua wanita tergeletak di lantai.

Wajah Claire penuh memar, lututnya berdarah deras hingga membasahi lantai. Sementara Amber tampak tidak mengalami luka serius, tetapi dia menangis tersedu-sedu hingga hampir kesulitan bernapas.

"Claire, aku tahu kamu benci aku. Aku juga sedih sekali waktu gelangmu pecah. Hari ini aku datang khusus untuk beliin hadiah sebagai permintaan maaf. Tapi kenapa kamu malah dorong aku dari tangga? Kamu mau bunuh aku, ya?"

Claire masih terdiam, kepalanya berdengung hebat. Namun sebelum dia sempat berkata sepatah kata pun, tatapan Julian sudah berubah menjadi tajam dan penuh kebencian.

"Claire, kenapa kamu bisa sekejam ini? Kalau sampai terjadi apa-apa sama Amber, aku bersumpah kamu akan menanggung akibatnya!"

Peringatan Julian menghantam telinga Claire seperti petir. Dia melewati Claire dengan tatapan jijik, lalu langsung menggendong Amber dan pergi ke rumah sakit tanpa menoleh sedikit pun.

Claire menunduk menatap tubuhnya yang penuh luka. Namun entah mengapa, dia sudah tidak bisa merasakan rasa sakit itu lagi. Sambil menangis dan tertawa, dia berusaha menghibur dirinya sendiri.

'Benar juga, saat hati sudah terluka terlalu dalam, luka di tubuh juga tidak akan terasa sakit lagi.'

Tubuhnya yang penuh luka ini sepertinya memang sudah tidak layak untuk disayangi lagi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 24

    Suara sirene ambulans memecah ketenangan kawasan vila malam itu. Claire berdiri di depan ruang operasi dengan seluruh tubuh yang berlumuran darah. Dia terdiam, seolah jiwanya tertinggal entah di mana.Beberapa jam kemudian, Farhan akhirnya keluar dari ruang operasi. "Nyawanya selamat, tapi kedua kakinya sudah nggak bisa diselamatkan."Detak jantung Claire menggema bagaikan guntur dalam dadanya. Dia bahkan lupa bagaimana cara bernapas.Keesokan harinya, Claire batal naik pesawat ke Swiss. Sebelum keberangkatan, Dalton meneleponnya. "Claire, apa pun keputusanmu ... aku akan menghormatinya."Tiga hari kemudian, Julian akhirnya sadar dari masa kritis.Begitu tahu bahwa kedua kakinya benar-benar lumpuh dan tidak bisa disembuhkan lagi, dia hanya menarik napas panjang beberapa kali, sebelum setetes air mata mengalir dari sudut matanya."Claire, dulu aku bisa berdiri lagi berkatmu. Sekarang, aku sudah mengembalikan kaki ini padamu."Mendengar itu, Claire terdiam lama. Dia tidak langsung menjaw

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 23

    Keesokan harinya, surat pemberitahuan resmi mengenai pencopotan Julian dari posisi Presdir Grup Westwood langsung dikirimkan ke seluruh perusahaan. Pada saat bersamaan, surat perjanjian cerai dari ayah Julian juga telah sampai ke tangan Lorraine.Meski kini menetap jauh di luar negeri, ayah Julian masih memiliki kendali penuh atas semua urusan keluarga dan perusahaan.Lorraine menelepon sambil menangis, mempertanyakan alasan perceraian dengan marah.Namun, suara di ujung sana terdengar sangat dingin. "Anak-anak yang baik-baik bisa kamu didik sampai begini rusaknya. Yang satu membutakan diri demi cinta, yang satu lagi emosional dan nggak tahu diri. Kamu masih berani menanyakan kenapa aku ingin cerai?""Selain itu, kalau waktu itu kamu nggak berbohong dan memanipulasi Claire, semuanya nggak akan jadi seperti sekarang.""Pihak Keluarga Wallace sudah memberi ultimatum. Kalau aku nggak bisa memberi penjelasan yang layak atas gangguan kalian terhadap Claire, kerja sama kita dengan mereka sel

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 22

    Setelah resmi menjalin hubungan, barulah Claire tahu bahwa Dalton ternyata berasal dari salah satu keluarga konglomerat paling berpengaruh di kota itu.Keluarga Wallace sudah lama tahu bahwa putra mereka memendam cinta bertahun-tahun pada Claire dan mereka pun sangat penasaran terhadap gadis yang telah merebut hati Dalton. Jadi, sang ibu memanfaatkan momen ulang tahunnya untuk mengundang Claire secara langsung.Pesta ulang tahun Keluarga Wallace digelar secara mewah dan meriah. Julian juga termasuk dalam daftar tamu undangan. Dia datang bersama Lorraine. Namun, mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam mengikuti dari belakang.Begitu pintu aula pesta dibuka, Claire muncul sambil menggandeng lengan Dalton. Pemandangan itu langsung menarik perhatian seluruh tamu undangan.Orang tua Dalton segera menyambut mereka dengan senyum hangat sambil memandangi Claire dengan penuh ketertarikan dan kepuasan.Potret kebersamaan keempat orang yang tampak bagaikan keluarga harmonis itu

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 21

    Mendengar tangisan histeris Claire, sorot mata Dalton pun dipenuhi oleh sorot kemarahan. Setelah mengantarkan Claire kembali ke hotel, Dalton langsung menuju ke bar dan berhasil menemukan Julian."Bajingan!" Tanpa ragu sedikit pun, Dalton melayangkan pukulan keras ke wajahnya.Julian yang tengah menenggak alkohol untuk melarikan diri dari kesedihan, tidak sempat bereaksi dan langsung terhuyung karena pukulan itu. Saat dia menoleh dan melihat Dalton, dia pun segera membalas serangan tersebut.Keduanya terlibat dalam perkelahian sengit. Orang-orang di sekitar mereka terkejut dan ketakutan, tidak ada satu pun yang berani menghentikan mereka.Karena pengaruh alkohol, refleks Julian tidak secepat biasanya. Tak butuh waktu lama, dia sudah terdesak di bawah Dalton. Dalton menghajarnya bertubi-tubi, menumpahkan seluruh amarahnya."Kamu pikir tindakanmu itu romantis, hah? Kamu tahu nggak? Kamu sudah menghancurkan Claire!""Dia bekerja keras sampai berhasil meraih gelar doktor dan operasi ini ad

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 20

    Pada hari dia resmi meraih gelar doktor, Claire menerima telepon dari tanah air.Farhan mengabari bahwa dia sedang menangani seorang pasien dalam kondisi kritis dan kasus tersebut sangat berkaitan dengan topik riset disertasi Claire. Dia berharap Claire bisa kembali ke dalam negeri untuk membantu operasi.Tanpa ragu sedikit pun, Claire langsung menyanggupi. Baginya, ini adalah kesempatan langka untuk menerapkan hasil penelitiannya ke dalam praktik nyata.Hari keberangkatan tiba. Saat Claire baru hendak masuk bandara, Dalton muncul sambil menarik koper."Itu ... aku baru ingat, sudah lama juga aku nggak pulang ke rumah. Kayaknya aku ikut kamu balik saja, ya."Claire tidak membongkar alasan sebenarnya. Dia tahu Dalton hanya khawatir Julian akan kembali mengusik dirinya.....Begitu Claire mendarat di bandara, Julian langsung mendapatkan kabar. Selama beberapa tahun terakhir, dia terus diam-diam memantau semua yang berkaitan dengan Claire.Namun karena kunjungannya ke Swiss waktu itu mela

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 19

    Julian membuka mulutnya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Namun, tak ada satu kata pun yang sanggup dia ucapkan untuk membela diri. Dia benar-benar tidak tahu bahwa ibunya telah menipu Claire dan menggunakan cara kotor untuk memaksa Claire tetap berada di sisinya.Baru saat inilah dia sadar, permintaan maaf dan permohonan pengampunannya itu terlalu rapuh bila dibandingkan dengan luka yang pernah diderita Claire.Tanpa sadar, Julian dan keluarganya telah melukai hati Claire perlahan-lahan hingga mati rasa. Kini, Claire berbalik dan melangkah pergi. Julian bahkan tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun untuk menahannya.Menatap punggung Claire yang semakin menjauh, Julian merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang pelan-pelan menghilang dan rasanya tidak akan pernah kembali.Tanpa merasa putus asa, dia mengajukan pertanyaan yang terakhir, "Claire ... selama tiga tahun itu, apa kamu pernah mencintaiku? Meski cuma sedikit saja?"Langkah Claire terhenti.Dalam sekejap, kenangan akan pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status