Share

Bab 6 "Apa Bedanya Aku Dengan Mereka."

Lain kali? Lain kali yang seperti apa yang dimaksud oleh Arsen? Ini bahkan sudah yang kesekian kalinya pria itu tidak menepati janji yang ia buat.

"Sayang jika harus dibuang, kan, Mas?" gumam Neisha menatap aneka makanan di atas meja.

Arsen tidak dapat berkata apapun lagi, ini memang salahnya. Lara hati begitu menyiksa hingga tidak dapat lagi berkata. Menyembunyikan perihal luka tidaklah mudah, tetapi Neisha berusaha menutupnya agar tidak kembali menganga.

"Mandilah dan tidur, Mas." Neisha melepaskan genggaman tangan mereka yang bertaut kemudian terulur menyentuh rahang tegas milik suaminya, "kamu pasti lelah." Neisha kemudian berbalik dan merapikan makanan yang bahkan belum ia sentuh sedikitpun.

***

Ruangan dengan penerangan yang minim, tetapi Arsen masih dapat melihat dengan jelas jika bahu Neisha kini bergetar. Sudah berapa kali pria itu membuat istrinya terluka?

"Nes," panggil Arsen menyentuh bahu Neisha dengan lembut.

"Hm." Ah, seperti sebuah Dejavu bagi Arsen. Jika dulu Arsen yang selalu bersuara seperti itu, tetapi kini bibir tipis Neisha yang melakukannya.

"Sudah mengantuk?"

"Sudah."

"Aku ingin bercerita," ucap Arsen melepaskan sentuhan tangannya dari bahu Neisha.

"Aku sudah mengantuk tidak perlu bercerita, Mas." Arsen mengernyitkan dahinya mendengar jawaban Neisha. Jika dulu wanita itu yang akan banyak bercerita tetapi sekarang tidak lagi.

Sunyi, hanya suara detik jam yang menemani dua anak manusia yang berbaring di atas ranjang. Sang pria yang duduk dengan bersandarkan kepala ranjang sedang sang wanita yang membelakangi suaminya.

"Aku sudah pernah bilang jika Aurel dan Melodi adalah anak sahabatku yang meninggal, bukan?" Meski Neisha berkata padanya jika telah mengantuk, tetapi Arsen masih saja bercerita.

"Namanya Adipati, dia meninggal karena menyelamatkan aku," lanjutnya seraya mengingat kejadian beberapa tahun silam.

Meski Neisha tidak menyahuti apa yang dikatakan oleh Arsen, tetapi wanita itu mendengarkan dengan seksama. Meremas selimut yang dipakainya untuk melindungi dari dinginnya malam yang menyapa.

"Adipati menitipkan mereka padaku dan aku telah berjanjilah untuk menjaganya."

"Melihat Melodi yang merengek dan memintaku untuk datang setiap waktu, aku tidak bisa menolak." Arsen terbayang wajah anak kecil yang selalu tersenyum bahagia ketika ia datang.

Neisha membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan bergerak sehingga kini posisinya menghadap Arsen. "Orang tuamu dan orang tuaku menitipkan aku padamu, Mas. Apa bedanya aku dan mereka?" desak Neisha yang hanya mendapatkan tatapan sendu dari Arsen.

Istrinya kini benar-benar pandai dalam berlisan. Arsen tidak pernah menyadari sebelumnya. Jadi apakah sikap Neisha ini karena hati yang kadung tersakiti?

"Melodi masih kecil, Nes." 

"Jadi, Mas? Bagaimana dengan janjimu yang memberikan aku waktu 30 hari? Bahkan belum genap waktu yang aku minta kamu masih saja menemui mereka. Bagaimana caraku untuk meyakinkan cinta padamu jika begitu?" Neisha mengepalkan tangannya kuat di sisi tubuhnya berharap hatinya untuk tetap tegar.

Arsen menggenggam tangan Neisha yang semula terkepal erat. Tangan yang begitu halus membuat Arsen mengusap ringan kulit mulus itu.

Andai Neisha tahu jika hati Arsen telah tumbuh cinta untuk dirinya mungkin Neisha tidak perlu lagi menangis. Sayangnya dia orang di sana juga membutuhkan dirinya.

"Kita akan menjalani semua ini dengan sisa waktu yang ada. Aku janji kamu akan menjadi prioritasku," kata Arsen menyakinkan Neisha.

Tentu saja Neisha merasa senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Arsen. Wanita dengan senyum manis itu akan membuat Arsen tidak bisa lari dan tetap mempertahankan rumah tangganya, apapun yang terjadi. Ia tidak akan membiarkan siapapun merusak ikatan yang telah digariskan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status