Home / Romansa / Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi / 4. Fakta yang menyakitkan

Share

4. Fakta yang menyakitkan

Author: Nur hikmah
last update Last Updated: 2024-07-03 13:00:49

Raka tidak berhasil menemukan istrinya yang tidak kunjung pulang. Ia bahkan tidak bisa mencarinya ke sekolah tempat istrinya bekerja karena hari sudah malam. Saking sibuk dengan dunianya, Raka juga tidak tahu apakah istrinya punya teman dekat apa tidak.

"Gimana, ketemu? Bagus deh kalau dia kabur. Jadi Mama bisa carikan kamu istri yang subur, yang bisa ngasih Mama cucu!" ucap Bu Yati dengan pedas.

Raka tidak menjawab ucapan Mamanya yang selalu menyakitkan hati. Ia lebih memilih memasuki kamarnya karena tubuh dan pikirannya saat ini benar-benar kacau.

Sementara itu, Bu Darwin dan Gendhis anaknya menjadi syok dan geram mendengar cerita Anaya yang menceritakan apa yang ia alami hingga down seperti ini.

"Mertua kamu benar-benar gila, Nay! Bisa-bisanya dia melakukan hal yang jahat seperti itu pada menantunya sendiri! Ini sudah termasuk tindakan kriminal, Mbak gak nyangka ada orang yang mempunyai pikiran jahat dan licik seperti mertuamu!" ucap Gendhis dengan sangat geram.

"Kenapa gak kita bawa aja Anaya ke klinik Tante Sella, Beib? Di sana kita bisa memastikan langsung kondisi rahim Anaya, soalnya Anaya sudah dua tahun mengkonsumsi jamu itu tanpa ia tahu," Celetuk Samudra suaminya Gendhis yang juga ikut menyimak obrolan mereka.

"Iya, ya, kenapa aku tidak kepikiran? Gimana Nay, kamu mau gak periksa rahim kamu sama Tante Mas Sam?" sahut Gendhis dengan mata berbinar.

"Ikut aja Nay, Bunda jadi gak tenang kalau belum memastikan keadaan kamu! Jika kita tahu kondisinya, jika bisa melakukan pengobatan secepat mungkin!" ujar Bu Darwin ikut mendesak Anaya.

"Iya, Bun, Mbak! Anaya mau ikut!" jawab Anaya dengan perasaan campur aduk.

"Ya sudah, aku telpon Tante Sella dulu biar saat kalian sampai di klinik tidak perlu antri lagi!" ucap Samudra sambil mengutak-atik ponselnya.

"Loh, emangnya Mas gak ikut?" tanya Gendhis dengan menatap suaminya.

"Gak, kalian ajalah yang pergi! Mas di rumah aja jagain Sakala, nih lihat sudah tidur dia!" jawab Samudra dengan menunjuk putranya yang sudah tidur di pangkuannya.

"Eh, sudah tidur aja cucu Oma! Perasaan tadi masih mainin mainannya," celetuk Bu Darwin baru sadar jika cucunya sudah tidur.

"Kalau gitu kita siap-siap sekarang! Nay, bersih-bersih dulu dan pakai baju Mbak untuk sementara. Malam ini kamu nginap di sini dulu, dan akan kita cari sama-sama jalan keluar masalahmu!" ucap Gendhis tanpa mau dibantah.

"Iya, Mbak!" jawab Anaya patuh.

Satu jam kemudian, Anaya, Gendhis dan Bu Darwin sudah siap dan memasuki mobil setelah pamit pada Samudra yang menunggu rumah.

Sepanjang perjalanan, Anaya meremas kedua tangannya yang sudah berkeringat dingin. Ia sungguh takut menerima kenyataan yang pahit dan bibirnya tak henti berdoa agar dirinya baik-baik saja.

"Gak usah takut, yakinlah pada Tuhan jika semuanya akan baik-baik saja! Jika pun keadaannya buruk, kita akan menghadapinya bersama-sama!" ucap Bu Darwin dengan lembut menguatkan hati Anaya.

Anaya mengangguk pelan dan tersenyum bahagia dikelilingi orang-orang yang peduli padanya.

"Ayo, Nay keluar! Jangan takut, apapun yang terjadi kita hadapi sama-sama!" ajak Gendhis memberikan semangat pada Anaya.

"Iya, Mbak!" sahut Anaya mengangguk dan keluar dari mobil dengan hati yang tegar.

Mereka bertiga langsung memasuki klinik dan ternyata kedatangan mereka sudah ditunggu perawat, yang menyambut mereka di depan pintu praktek Dokter Sella spesialis kandungan.

"Kalian sudah datang? Ayo duduk!" ucap seorang wanita paruh baya seumuran Bu Darwin dengan ramah begitu mereka memasuki ruang praktek tersebut.

Setelah cipika-cipiki sebentar, Gendhis langsung mengatakan tujuan mereka datang ke sini.

"Astaghfirullah, kok ada orang yang jahat seperti itu?" decak Dokter Sella dengan wajah tidak percaya.

"Orang yang berpikiran sempit dan licik pasti ada di sekitar kita, Sel. Hanya saja kita yang tidak tahu karena mereka selalu bermuka dua saat di depan kita, tetapi menikam kita di belakang!" sahut Bu Darwin dengan wajah miris.

"Iya, Mbak benar! Hanya saja bagiku ini benar-benar jahat, Mbak! Kejahatan besar seperti ini tidak bisa ditolerir, mereka harus dilawan. Aku paling benci dengan orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya!" ungkap Dokter Sella ikutan emosi.

"Tenang, Tan, menghadapi orang seperti itu tidak perlu dengan emosi! Serahkan saja pada tangan Tuhan, Gendhis yakin kok mereka yang punya hati yang jahat pasti tidak akan hidup bahagia dan tenang. Sekarang Tante periksa dulu Anaya, Gendhis penasaran dengan kondisinya!" sahut Gendhis dengan tidak sabaran.

Anaya pun diminta untuk berbaring di bed pasien. Dokter Sella memanggil perawatnya untuk membantu Anaya. Setelah gel dingin dioleskan perawat pada perut Anaya, Dokter Sella pun melakukan tugasnya.

Dengan pelan Dokter Sella menggerakkan transduser pada permukaan perut Anaya. Matanya menatap fokus layar komputer yang tidak dimengerti oleh Gendhis dan Bu Darwin. Raut wajahnya berubah setelah beberapa menit ia menggerakkan transduser itu pada perut Anaya.

Mimik wajah Dokter Sella yang berubah juga dilihat oleh Gendhis dan Bu Darwin. Anaya sudah berkeringat dingin karena sangat takut dengan apa yang ia pikirkan.

"Kenapa Tan? Apa keadaan Anaya sangat buruk? Bagaimana dengan kondisi rahimnya?" cerca Gendhis dengan tidak sabaran.

Dokter Sella menghela napasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan istri keponakannya.

"Tidak hanya buruk, tetapi benar-benar buruk! Akibat mengkonsumsi jamu selama hampir dua tahun membuat rahim Anaya tidak baik-baik saja. Ada gumpalan yang jika tidak diangkat akan menjadi bibit kanker, tidak hanya itu saja, kandungan dari bahan jamu yang di konsumsi membuat sel telurnya mengecil dari ukuran normal! Ini sungguh buruk jika tidak di tangani dengan tepat!" jawab Dokter Sella dengan wajah sendu.

Duarr...

Hancur sudah pertahanan Anaya saat mendengar apa yang dikatakan Dokter Sella. Ia tak kuasa menahan tangisnya sehingga ia menangis tersedu-sedu dengan menyentuh perutnya.

"Astaghfirullah," lirih Gendhis dan Bu Darwin secara bersamaan dengan wajah syok.

Bu Darwin langsung mendekati bed pasien dan membawa Anaya ke dalam pelukannya. Tangisan Anaya semakin keras saat dalam pelukan Bu Darwin. Gendhis juga ikutan menangis dan menatap Anaya dengan tatapan kasihan.

Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah nasib yang dialami Anaya saat ini. Fakta yang menyakitkan pada rahimnya membuat Anaya berada di titik terendah dalam hidupnya. Tanpa sengaja tahu jika Ibu mertuanya memberikan jamu agar ia tidak hamil, dan sekarang kondisi rahimnya juga bermasalah akibat jamu tersebut benar-benar membuat hati Anaya bagaikan dicabik-cabik tanpa sisa.

"Dokter, a-apa saya tidak akan pernah bisa memiliki anak dari rahim saya?" tanya Anaya dengan suara serak dan bahu naik turun.

"Bisa, tentu saja bisa! Hanya saja kita harus melakukan pengobatan yang tidak boleh putus-putus agar berhasil! Selalu berpikiran positif dan jangan lupa libatkan Tuhan di setiap usaha kita! Tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak. Sekarang yang harus kita lakukan adalah mengangkat gumpalan yang ada di rahimmu dengan operasi, baru setelah itu kita mengobati sel telur mu agar kembali ke ukuran normal!" jawab Dokter Sella dengan lembut.

"Saya mau operasi sekarang, Dok!"

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   93. Hampir bangkrut

    Sudah satu minggu Raka menjalani pengobatan setelah sadar dari komanya. Sejak sadar, kondisi kesehatan semakin menurun. Bukan hanya karena ia menderita karena kedinginan tetapi juga karena gaya hidupnya yang tidak sehat saat bersembunyi di apartemen dulu. Waktu itu Raka tidak pernah memperhatikan kesehatanya sehingga saat dirawat kedua kalinya tubuhnya langsung drop karena kerusakan lama. Bisnis perusahaannya menjadi terbengkalai dan banyak kliennya protes karena produk yang dihasilkan pabriknya kualitas nya kurang baik dan kurang di minati pembeli. Alhasil saat ia kembali ke Jakarta, banyak toko-toko yang bekerja sama dengannya memutuskan kontrak mereka secara sepihak meskpun mereka harus membayarkan ganti rugi. "Andi, bagaimana dengan toko-toko yang lainnya? Apa mereka juga mau memutuskan kerja sama karena masalah ini? Karena rata-rata toko yang memutuskan kerjasama itu adalah toko yang ada di kawasan Manggarai dan Kuningan," tanya Raka pada Andi saat mereka baru sampai

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   92. Kekaguman Gladys

    Bima membawa sang Nyonya dan rombongannya ke restoran seafood yang diinginkan Anaya. "Bima, ayo ikut makan bersama kami!" ajak Anaya pada sopirnya itu dengan ramah. "Terimakasih, Nyonya! Saya makan di luar saja dan kumpul bersama para satpam di sana," tolak Bima dengan sopan. Gladys cemberut karena Bima menolak makan bersama mereka, padahal ia sudah antusias membayangkan makan enak ditemani cowok tampan seperti Bima. 'Bisa mati ditembak aku sama Tuan Summer jika berani menerima ajakan makan istrinya! Meskipun Nyonya muda baik dan ramah, Tuan Summer sangat mengerikan jika dia cemburu! Jadi sopirnya aja aku panas dingin karena tatapan tajamnya selalu mengintimidasi setiap memberikan instruksi nya padaku,' batin Bima bergidik ngeri. Anaya mengulum senyum saat melihat ekspresi muka Gladys yang tampak tidak senang saat Bima menolak ajakannya untuk makan. Saat Gladys menoleh, Ibu hamil itu pura-pura tidak tahu dan tidak melihatnya. Ia pura-pura mengaduk-aduk isi tasnya mencari se

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   91. Membalas balik

    Anaya terkejut melihat Bu Yati tersungkur ditampar Gladys. Melihat dari tumbangnya wanita tua itu, sepertinya Gladys menggunakan setengah tenaga laki-laki nya untuk mendidik mantan mertuanya itu. Amira terkejut melihat Ibu mertuanya di pukuli dengan begitu keras, sehingga wanita yang sedang hamil besar itu berusaha membantu mertuanya untuk bangkit dengan sedikit susah payah. Sudut mulut Bu Yati pecah dan mengeluarkan sedikit darah, dengan cap lima cari menempel di pipi keriputnya. "Anaya, apa ini sikap menantu pada mertuanya? Kau mempermalukan Ibu di depan umum dan membiarkan temanmu memukuli Ibu! Dimana hati nurani mu itu, Anaya!" ucap Amira dengan sok peduli dan menuduh Anaya dengan suara yang dibuat sekencang mungkin. Suara kencang Amira membuat beberapa pengunjung rumah sakit menoleh ke arah mereka, dan bahkan sebagian berhenti untuk melihat karena kepo akan urusan orang lain. Anaya tersenyum sinis melihat ulah Amira yang sengaja mengeraskan suaranya agar orang-orang sim

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   90. Tuduhan jahat

    Sudah dua hari Anaya dan keluarganya pulang dari liburan di Lembang, Bandung. Mereka kembali menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasanya dan Liam kembali sibuk di kantornya bersama Naren. Dua tangan kanannya Gladys dan Uno masih tetap di tahan Liam karena Uno dijadikan rekan Naren di kantor, sedangkan Gladys ia tugaskan untuk menjaga Anaya kemana wanita itu pergi sebagai bodyguard. Saat ini Gladys diminta Liam untuk mulai bekerja di samping istrinya dan perempuan itu saat ini lagi berdiri di depan Anaya dan Roxy, yang menatap Gladys dengan tatapan tajam. "Daddy keterlaluan! Masa bodyguard Mommy yang cantik kayak gini! Lihat Mom, dandanannya aja kayak jalang-jalang yang mondar-mandir di klub malam!" ucap Roxy dengan pedas sambil menatap remeh perempuan yang dikerjakan Daddy nya sebagai bodyguard sang Mommy. "Kakak! Jangan keterlaluan bicaranya!" tegur Anaya dengan tegas tetapi tetap lembut nada suaranya. Gladys terpaku mendengar suara Anaya yang lembut tetapi tidak

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   89. Libur telah usai

    Selama seminggu menghabiskan sisa liburan mereka, Anaya dan Liam hanya berdiam diri di Villa tanpa kemana-mana.Meskipun hanya di Villa saja tidak bepergian, merek menghabiskan waktu dengan bahagia. Kadang mereka berenang berdua saat cuaca cerah, kadang mereka ikut berkebun bersama pengurus Villa meskipun Anaya hanya diam memperhatikan saja, dan terkadang mereka berdua membaca buku di balkon kamar sehingga sesekali keduanya barbeque berdua saja di taman belakang. Pastinya apa yang mereka lakukan selalu menyenangkan buat Anaya yang tidak diperbolehkan banyak bergerak. Anaya hanya diperbolehkan suaminya berjalan sendiri saat di dalam kamar saja. Namun jika keluar kamar, Liam selalu menggendongnya kemana saja tanpa merasa lelah ataupun malas. Diperlakukan seperti itu oleh suaminya membuat Anaya merasa dirinya orang lumpuh, tetapi memikirkan tentang bayi-bayi nya ia hanya bisa menurut dengan patuh sampai ia bisa kembali mandiri seperti dulu. "Kenapa mukanya cemberut gini? Mommy ada ya

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   88. Beruntung

    "Tolong! Tolong! Ada mayat! Tolong!" teriak salah satu warga saat membuka gubuk tempat ia beristirahat saat lelah bekerja mengurus kebun singkong sang pemilik lahan. Sapri, pekerja lepas yang hendak beristirahat terkejut saat membuka gubuk tempat dirinya beristirahat ada sesosok mayat manusia tanpa pakaian berbaring dengan tubuh terikat, meskipun ikatannya sudah dilepaskan simpulnya. Ia bahkan tidak sempat mendekati orang itu untuk memastikan apakah dia masih hidup atau beneran mati saking takutnya. Ia berlari menuju jalan besar sambil terjatuh berkali-kali karena tidak fokus dibarengi berteriak-teriak tanpa henti meminta tolong. Beberapa rekannya sesama pekerja juga mulai berdatangan dan bergegas turun dari motor lalu menghampiri pria itu. "Sapri, kenapa kau malah ke sini? Kau tidak jadi istirahat? Kenapa juga mukamu pucat kayak mayat hidup?" cecar rekannya dengan banyak pertanyaan pada Sapri. "Ada mayat, ada mayat di sana! Mayat!" jawabnya sambil tetap teriak menun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status