Share

3. Hancur tidak tersisa

Auteur: Nur hikmah
last update Dernière mise à jour: 2024-07-02 14:19:44

Bu Yati yang terkejut mendengar suara dari luar rumah langsung mematikan ponselnya. Ia membuka pintu dan mencari siapa yang memecahkan pot bunga hingga hancur.

Meong... Meong...

Seekor kucing hitam keluar dari salah satu pot bunga dan berlari ke jalan.

"Ck, kucing itu membuatku kaget saja! Aku kira ada orang tadi yang dengar obrolan aku dengan Amira!" sungut wanita paruh baya itu dengan kesal.

Ia lalu menutup pintu dan menguncinya. Ayana yang bersembunyi tak kuasa menahan laju air matanya. Perasaannya saat ini sungguh hancur berkeping-keping.

Dengan langkah gontai kakinya melangkah pergi dari rumah itu menuju motor yang ia parkirkan di depan lahan kosong tak jauh dari rumahnya.

Ayana menaiki motornya dengan pikiran kosong, sehingga ia melaju tidak tentu arah alias kearah yang berbeda dari tempat ia mengajar.

Sementara itu, Daisy yang menunggu kedatangan Anaya di sekolah menjadi gelisah tidak menentu.

"Anaya kok jam segini belum datang sih? Padahal dia yang paling duluan nyampe ke sekolah. Kenapa hari ini dia terlambat? Apa jangan-jangan tuh mak Lampir buat ulah lagi hingga Anaya terlambat ke sekolah," ucap Daisy dengan nada cemas.

Ia lalu merogoh ponselnya dan menekan nomor Anaya namun lagi-lagi ia kecewa karena yang jawab operator.

"Ya ampun, ponselnya pun nyambung tapi tidak diangkat!" keluh Daisy lagi dengan gusar.

Daisy yang cemas dan khawatir mondar-mandir di depan pintu ruangan guru. Vera dan Anita yang baru saja datang menjadi heran dan menghampiri Daisy.

"Sy, kenapa muka kamu cemas begitu? Apa terjadi sesuatu dengan Laluna?" tanya Vera dengan kedua alis yang bertaut.

"Iya, apa Laluna sakit?" tambah Anita ikutan bertanya.

"Duh, aku khawatir bukan karena Laluna guys! Laluna mah baik-baik aja di rumah. Aku khawatir karena Anaya jam segini belum juga nyampe di sekolah. Mana ponselnya tersambung tapi gak dijawab, padahal tadi jam 6.30 dia chat katanya udah di jalan. Aku takut terjadi sesuatu dengan Anaya," jawab Daisy dengan menggigit jempolnya.

Saat ia cemas, bingung, dan panik, Daisy selalu menggigit jempolnya guna menenangkan hatinya.

Mendengar perkataan Daisy kontan membuat kedua wanita itu ikutan cemas. Vera langsung menghubungi nomor Anaya, dan lagi-lagi perkataan Daisy memang benar.

"Ya Tuhan, kamu kemana sih, Nay? Gak pernah-pernah nya kamu kayak gini?" gumam Anita cemas.

Karena para siswa TK sudah pada datang, ketiga wanita itu terpaksa menomorduakan tentang Anaya yang belum juga datang.

Karena tidak fokus dalam berkendara, motor Anaya ditabrak mobil dari belakang sehingga motornya terperosok masuk ke semak-semak.

"Hei, kalau mau mati jangan di sini, terjun saja sana ke sungai! Menyusahkan saja!" teriak pengendara mobil pada Anaya.

Anaya yang mendengar kata menyusahkan dari orang itu langsung menangis keras hingga bahunya naik turun.

"Opa, Oma, Elea mau ikut kalian! Elea sudah tidak sanggup lagi di sini! Elea hancur, Opa, Oma! Mereka semuanya jahat!" raung Anaya di semak-semak.

Tangisannya membuat salah satu pengendara mobil yang lewat berhenti.

"Astaghfirullah, Kak! Kakak gak papa? Apa ada yang luka?" pekik seorang gadis cantik keluar dari mobilnya dengan panik.

Anaya hanya menangis dengan memperlihatkan luka baret pada lengan tangannya, dan juga pada kakinya.

Gadis itu menatap iba pada Anaya, ia mengira Anaya menangis karena luka pada tubuhnya. Gadis itu meminta tolong sopirnya untuk mengeluarkan motor Anaya dari semak-semak.

Dengan lembut gadis itu membantu Anaya berdiri dan keluar dari semak-semak tersebut meskipun beberapa kali terdengar rintihan Anaya karena kakinya sakit saat berjalan.

"Luka kakak kita obati dulu, ya? Aku takut nanti infeksi walaupun lukanya gak besar," ucap gadis itu dengan tulus.

Anaya kembali menangis melihat ketulusan gadis itu untuk menolongnya. Gadis itu menjadi bingung karena Anaya kembali menangis, padahal tadi ia sudah diam.

"Duh, gimana ini? Kakak menangis karena apa? Apa aku menyinggung perasaan kakak?" tanya gadis itu dengan bingung.

Anaya menggeleng pelan sehingga gadis itu menghela napas lega.

"Pak Ujang, tolong telpon Pak Eko agar mengambil motor kakak ini dan langsung bawa ke bengkel! Kita akan ke klinik begitu Pak Eko datang!" ucap gadis itu pada sopirnya.

Sang sopir pun mengangguk dan melakukan perintah Nona Mudanya. Gadis itu membawa Anaya masuk ke dalam mobilnya sambil menunggu salah satu penjaga di rumahnya datang untuk mengambil motor Anaya.

Tidak berapa lama kemudian, seorang pria dewasa dengan kisaran usia kepala empat datang menggunakan ojek.

"Pak Eko, tolong bawa motor kakak ini ke bengkel langganan aku ya? Kuncinya ada di motor! Katakan padanya agar tidak lama-lama benerin tuh motor!" ucap gadis itu pada pria yang ia panggil Pak Eko.

"Beres, Non!" jawab Pak Eko dengan memberikan jempolnya.

Gadis itu pun membawa Anaya ke sebuah klinik untuk mengobati luka Anaya.

"Luka pada fisik bisa sembuh jika diobati, tetapi luka hati dan batin tidak akan bisa diobati dengan obat apapun," lirih Anaya dengan mata berkaca-kaca.

Sungguh ia menjadi cengeng karena begitu terpukul jika orang yang menghancurkan hidupnya adalah mertuanya sendiri. Teringat hal itu, Anaya kembali menangis saat lukanya diobati perawat sehingga mereka mengira jika luka tersebut benar-benar menyakitkan.

"Tolong berikan alamat kakak biar aku antar pulang," pinta gadis itu pada Anaya setelah lukanya diobati.

Mendengar kata pulang membuat hati Anaya sakit dan ia menggeleng pelan karena tidak ingin pulang untuk saat ini.

Ia memberikan alamat Bu Darwin pada gadis yang bernama shelomita. Hanya rumah itu yang terpikirkan olehnya saat ini.

"Terimakasih sudah menolongku dan mengantarku kesini! Sekali lagi terimakasih!" ucap Anaya sebelum turun dengan suara serak.

"Iya Kak, Sama-sama! Kalau kakak butuh bantuan hubungi aja Mita ya," sahut gadis itu dengan tersenyum lebar.

Anaya mengangguk dan keluar dari mobil tersebut. Ia melambaikan tangan saat mobil tersebut bergerak meninggalkan rumah.

Anaya melangkahkan kakinya dengan tubuh lelah fisik dan mental. Ia memencet bel dan begitu pintu terbuka, Anaya kembali menangis memeluk erat tubuh Bu Darwin.

"Astaghfirullah Anaya! Kamu kemana aja seharian ini? Kami semua khawatir sama kamu! Ponselmu menyambung tapi tidak ada dijawab, kamu membuat Bunda cemas," cerocos Bu Darwin dengan nada benar-benar khawatir.

Tangisan Anaya semakin keras mendengar kekhawatiran Bu Darwin padanya. Karena mereka masih di depan pintu, Bu Darwin membawa Anaya ke dalam rumah tanpa melepaskan pelukannya.

Sementara itu, Raka pulang ke rumahnya dengan perasaan resah dan gelisah. Pasalnya tadi siang Mamanya memberitahu jika istrinya Anaya belum pulang ke rumah.

"Kamu kemana sih, Dek! Gak pernah-pernah kamu pulang telat dan gak ngabarin Mas sama sekali! Harus kemana lagi Mas mencari dirimu, Anaya!" gumam Raka dengan mengacak kasar rambutnya.

Bersambung...

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   54. Salah lihat

    Puk! "Astagfirullah hal azim!!" seru Gendis terkejut saat bahunya di pukul dari belakang. "Ya ampun, kenapa pada kaget gitu? Mama kan gak kuat pukul bahu kamu," ucap Bu Darwin cemberut dengan ekspresi putrinya. "Ya, jelas aja kaget Mama! Akunya lagi liatin orang yang mirip Anaya sebelum Mama kagetin aku," sahut Gendis masih memegang dadanya. "Loh, dimana Anaya nya? Kok Mama gak lihat? Masa Anaya gak sapa Mama dulu?" cerca Bu Darwin celingak-celinguk lalu memasang wajah kecewa. "Ma, Gendis kan bilangnya orang yang mirip Anaya? Bukan Anaya nya langsung?" jawab Gendis menjelaskan agar Mamanya gak salah paham. "Owalah, orang yang mirip Anaya. Mama kirain beneran Anaya, tapi memang mirip banget ya?" ucap Bu Darwin sembari ikutan kepo. "Gak tau deh, Ma. Aku liatnya sekilas dari samping, terus ada dua orang yang ngikutinnya dari belakang. Mereka keluar dari arah praktek dokter spesialis kejiwaan yang ada di lorong itu? Di lorong itu kan hanya ada praktek dokter spesialis kejiwa

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   53. Mental Roxanne

    Anaya menjemput Roxy ke ruangan Dokter Gwen setelah menunggu selama satu jam di taman. Naren dengan setia mengikuti dari belakang untuk menjaga sang Nyonya. "Nyonya Anaya, Dokter Gwen ingin bertemu Nyonya sebentar," panggil perawat saat Roxy keluar dari ruang praktek tersebut. "Naren, tolong temani Roxy menunggu di luar!" pinta Anaya pada pria itu setelah mengiyakan panggilan perawat. Pria itu mengangguk kecil, Anaya pun masuk ke ruang praktek Dokter Gwen bersama perawat yang memanggilnya tadi. "Nyonya Anaya," panggil Dokter Gwen begitu Anaya berjalan menuju kursi di depan mejanya dengan logat Jermannya. "Dokter Gwen, apa ada yang ingin Anda sampaikan kepada saya?" tanya Anaya dengan bahasa Jerman yang fasih. "Saya harap pertanyaan saya tidak menyinggung Nyonya Anaya. Apa selama ini Nona Summer hidup sendiri tanpa pengawasan keluarga atau orang dewasa?" jawab Dokter Gwen sedikit sungkan lalu mulai bertanya pada Anaya. "Apa terjadi sesuatu pada anak itu, Dokter?" t

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   52. Mereka harus menikah!

    Dengan perut buncitnya yang sudah begitu nampak, Amira berjalan mendekati Bu Yati dengan wajah tidak percaya. Baginya ini mimpi yang selama ini ia impikan dan ia mulai pesimis jika Anaya tidak mau melepaskan Raka semudah ini. "Ma, ini bukan prank kan? Mereka benar-benar sudah bercerai?" tanya Amira lagi yang tidak mampu mengungkapkan kebahagiaannya. "Mereka memang sudah bercerai, aku tidak sengaja mengetahuinya seminggu yang lalu. Tapi sejak saat itu Raka tiba-tiba pergi dari rumah sakit saat aku akan membawanya pulang ke rumah. Aku sudah mencari ke rumah sekretaris nya tetapi tetap tidak menemukan Raka, aku takut Raka kenapa-napa di luaran sana," jawab Bu Yati sambil menangis terisak dengan menunduk. "Tidak kusangka anak laki-laki Nyonya bisa bercerai secepat itu tak lama sadar dari komanya? Apakah anda tidak sedang membual dan menarik simpati kami?" cibir Tuan Mahatma tidak mempercayai perceraian Raka. Baginya sungguh mustahil bisa bercerai secepat itu jika orang-orang y

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   51. Tuduhan Raka

    Anaya mendongak saat mendengar suara yang ia kenal menghampirinya dengan wajah tanpa dosa. Anaya menatap tidak suka saat Raka bertindak seolah-olah mereka masih bersama. Raka yang terlalu senang bisa bertemu dengan Anaya tidak menghiraukan tatapan tidak suka Anaya padanya. "Mas, apa mungkin kamu belum terima akta cerai dari pengadilan?" tanya Anaya ketus. Pertanyaan Anaya membangkitkan kembali kesadaran Raka yang menghujam jantungnya seketika itu juga. Rasa sakit dan kecewa akan tindakan Anaya kembali muncul menyiratkan aroma permusuhan yang kental di mata pria itu. "Kenapa kamu berubah, Anaya? Kemana perempuan lembut dan hangat yang dulu selalu membuatku bahagia itu? Apakah karena laki-laki ini?" tuduh Raka dengan menatap tajam Anaya dan Naren secara bergantian. Anaya mengerutkan keningnya mendengar tuduhan tidak berdasar Raka padanya. Matanya melihat suasana di sekitar mereka karena ia tidak mau membuat keributan di rumah sakit. "Anaya yang dulu sudah lama mati! Tud

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   50. Bertemu Raka

    Anaya menemani Roxy menjalani terapi di rumah sakit milik Liam pada pagi ini. Naren ditugaskan untuk mengantarkan keduanya oleh Liam, karena pagi ini pria itu akan bertemu klien dari Kesultanan Brunei. "Hati-hati bawa mobilnya, Naren! Saya tidak mau ada satu lecet di tubuh Ibu anak-anak saya termasuk pada Anne," pesan Liam dengan menatap tajam asisten pribadinya itu. "Baik, Sir. Saya akan menjaga Nyonya dan Nona muda dengan nyawa saya," jawab Naren dengan patuh. Liam pergi setelah berpamitan pada Anaya, Anaya pun juga pergi dengan Roxy tak lama setelah Liam. Di Mansion ini pelayan yang bekerja keluar masuk semuanya perempuan, hanya sopir dan penjaga yang berjenis kelamin laki-laki bekerja di bagian luar Mansion. Roxy masih merasa cemas dan berkeringat dingin jika bertemu laki-laki yang tidak terlalu ia kenal selain Liam, Naren dan Jupri sopir yang biasa mengantar Anaya setiap mau pergi. Karena itulah Liam meminta Roxy untuk fokus mengobati trauma dan takutnya terhadap l

  • Kurebut Istri Yang Kau Selingkuhi   49. Khawatir

    Liam mengendarai mobil nya bak pembalap profesional dari kantor menuju Mansion. Beberapa menit yang lalu, ia dikabarkan orang-orang yang dipekerjakan oleh Naren untuk menjaga Anaya di luar secara diam-diam. Jantung pria matang itu berdebar kencang begitu mendapatkan laporan tersebut. Tanpa menunggu lama-lama, ia langsung berlari keluar dari lantai tiga lima menggunakan lift dan mengendarai mobil sendiri tanpa sopir. Ckiiittt.... Suara decitan ban mobil dengan aspal di halaman Mansion terdengar nyaring begitu Liam memberhentikan mobil itu. "Dimana Nyonya kalian?" tanya Liam datar pada pelayan yang ia jumpai. "Nyonya ada di ruang santai, Tuan," jawab pelayan itu dengan menunduk. Liam langsung berlari menuju ruangan santai yang ada di lantai dasar sambil membuka kancing kemeja bagian bawah leher, serta menggulung tangan baju hingga hampir ke siku. "Sweetheart," panggil Liam dengan penampilan berantakan mendekati Anaya dan Rozy yang sedang menonton kartun. Ia langsu

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status