Home / Fantasi / Kuro Dan Naga Warisan / Hancurnya Desa Kamashiro

Share

Kuro Dan Naga Warisan
Kuro Dan Naga Warisan
Author: Khomairoh

Hancurnya Desa Kamashiro

Author: Khomairoh
last update Last Updated: 2025-01-24 15:48:12

Angin malam bertiup lembut di Desa Kamashiro, menggoyangkan dedaunan pohon sakura yang sedang bermekaran. Cahaya bulan purnama menyinari rumah-rumah kayu tradisional yang berjajar rapi di sepanjang jalan desa. Anak-anak masih berlarian di halaman rumah mereka, sementara para petani baru saja pulang dari ladang, membawa hasil panen musim ini. Malam ini terasa begitu damai, seakan dunia sedang beristirahat dalam ketenangan.

Di sebuah rumah besar di tepi desa, seorang pria tinggi dengan rambut hitam panjang duduk di beranda. Akihiro Kamashiro, kepala desa sekaligus seorang pendekar legendaris, tengah mengasah pedangnya yang telah menemaninya selama bertahun-tahun. Wajahnya tegas namun penuh kebijaksanaan. Ia sesekali melirik ke dalam rumah, ke arah seorang wanita yang tengah menimang seorang anak kecil.

"Kuro sudah tertidur?" tanya Akihiro dengan suara lembut.

Wanita itu, Hana, tersenyum tipis sambil mengusap rambut anak mereka yang baru berusia lima tahun. "Ya. Dia kelelahan bermain seharian tadi. Kau tahu sendiri, dia tak pernah kehabisan energi."

Akihiro terkekeh kecil, tetapi matanya tetap memancarkan kegelisahan. Hana menyadari itu. "Kau memikirkan sesuatu?" tanyanya.

Sebelum Akihiro sempat menjawab, suara dentuman keras mengguncang tanah. Getaran hebat terasa di seluruh desa, membuat lampu-lampu minyak bergoyang liar. Teriakan panik mulai terdengar dari luar rumah. Akihiro segera berdiri, meraih pedangnya, dan berlari keluar.

Dari kejauhan, api merah menjulang ke langit. Asap hitam mulai mengepul, menelan bintang-bintang yang tadi bersinar terang. Bangunan-bangunan di ujung desa mulai runtuh, dilahap oleh api yang seolah hidup.

Dan di tengah kobaran api itu, berdiri sesosok makhluk mengerikan.

Tingginya hampir tiga meter, dengan tubuh bersisik hitam yang tampak sekeras baja. Sepasang tanduk menjulang dari kepalanya, dan mata merahnya bersinar seperti bara api. Di tangannya, ia menggenggam pedang besar berwarna gelap, yang setiap ayunannya menghancurkan apapun yang dilewatinya.

Akihiro menggertakkan giginya. "Ryukiro…" desisnya penuh kebencian.

Makhluk itu melangkah maju, menginjak tanah dengan kekuatan yang membuat bumi bergetar. "Akihiro Kamashiro," suaranya dalam dan bergema. "Sudah lama aku menunggumu. Malam ini, aku akan menghabisimu… dan seluruh desa ini!"

Akihiro tidak menjawab. Ia hanya mengangkat pedangnya, bersiap menghadapi musuh yang telah menghantui masa lalunya. Namun, dalam hatinya, ada satu hal yang paling ia khawatirkan—anaknya, Kuro.

Api membakar langit malam, mengubah desa Kamashiro menjadi neraka di bumi. Jeritan warga yang melarikan diri bercampur dengan dentingan pedang dan suara reruntuhan yang jatuh. Di tengah kekacauan itu, seorang pria berdiri tegap, menghadang sosok tinggi berbalut kegelapan.

Akihiro Kamashiro menggenggam pedangnya erat, matanya menatap tajam ke arah musuhnya. Angin membawa abu yang mengepul di udara, menambah aura kehancuran yang menyelimuti desa.

“Ryukiro…” Akihiro menyebut nama itu dengan penuh kebencian.

Di hadapannya, makhluk mengerikan dengan mata merah menyala tersenyum licik. Ryukiro, sosok yang selama ini menjadi bayang-bayang kegelapan dalam hidupnya, berdiri di antara kobaran api. Pedang hitam di tangannya meneteskan darah segar.

“Kau tak bisa lari lagi, Akihiro,” kata Ryukiro dengan suara dalam yang bergema di udara. “Takdir keluargamu berakhir malam ini.”

Akihiro tidak menjawab. Ia hanya mempererat cengkeramannya pada gagang pedang, bersiap untuk pertempuran hidup dan mati.

Tanpa aba-aba, Ryukiro melompat maju dengan kecepatan mengerikan. Pedang hitamnya menebas ke arah Akihiro, menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan rumah di belakangnya. Akihiro melompat ke samping, menghindar dengan gesit, lalu membalas dengan tebasan cepat.

Benturan pedang mereka memercikkan api di udara. Akihiro menekan lebih kuat, mencoba mendorong Ryukiro mundur. Namun, makhluk itu terlalu kuat.

Di kejauhan, Hana berlari dengan Kuro dalam gendongannya. Nafasnya tersengal, matanya dipenuhi ketakutan. Ia tahu bahwa Akihiro tidak mungkin menang melawan Ryukiro.

“Aku harus menyelamatkan Kuro…” bisiknya, menguatkan diri.

Di belakangnya, kehancuran terus berlanjut. Desa Kamashiro hampir rata dengan tanah, dan harapan pun semakin memudar.

Sementara itu, pertempuran antara Akihiro dan Ryukiro semakin sengit. Akihiro mulai kehabisan tenaga, sedangkan Ryukiro tetap kuat, seolah menikmati pertarungan ini.

“Kau lelah, Akihiro,” ejek Ryukiro. “Ini akhirnya.”

Dengan satu tebasan cepat, Ryukiro menusukkan pedangnya ke dada Akihiro. Mata Akihiro membelalak, darah hangat mengalir dari lukanya. Tubuhnya melemah, namun ia tetap menatap musuhnya dengan penuh kebencian.

“Kau… tidak akan… mendapatkan anakku…” bisik Akihiro dengan napas terakhirnya.

Ryukiro tertawa dingin. Ia menarik pedangnya dan membiarkan tubuh Akihiro roboh ke tanah, tak bernyawa.

Hana yang melihat kejadian itu dari kejauhan menutup mulutnya, menahan isak tangis. Namun, ia tidak punya waktu untuk berduka. Ia harus melindungi Kuro, satu-satunya harapan yang tersisa.

Malam itu, desa Kamashiro hancur. Tapi di tengah kehancuran, takdir baru mulai terukir—takdir Kuro Kamashiro.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kuro Dan Naga Warisan   Akhir Dari Perjalanan: Sebuah Legenda, Sebuah Pilihan

    Debu mulai mengendap. Angin berhembus lembut, membawa aroma tanah basah dan kehidupan baru. Dunia telah selamat. Pertempuran dahsyat melawan Sang Penenun dan ancaman yang lebih besar telah berakhir. Namun, jejaknya tetap terukir dalam setiap sudut dunia. Bekas luka menganga di permukaan bumi, mengingatkan akan kekuatan dahsyat yang hampir menghancurkan segalanya. Kota-kota hancur, desa-desa porak-poranda, dan jutaan jiwa telah hilang. Namun, di tengah kehancuran itu, tumbuh tunas-tunas kehidupan baru. Tanaman-tanaman mulai tumbuh kembali, menunjukkan kekuatan regenerasi alam yang luar biasa. Manusia, yang telah kehilangan begitu banyak, mulai membangun kembali kehidupan mereka, mencari harapan di tengah keputusasaan. Kuro, pahlawan yang telah menyelamatkan dunia, tidak ada di sana untuk menyaksikannya. Pengorbanannya telah menyelamatkan alam semesta, tetapi dengan harga yang sangat mahal—kehidupannya sendiri. Ia telah lenyap, menjadi bagian dari alam semesta. Namun, kisahnya tetap hid

  • Kuro Dan Naga Warisan   Harmoni Terakhir – Keseimbangan yang Sempurna

    Kuro terhuyung, tubuhnya hancur lebur, luka menganga di sekujur tubuhnya seperti peta bintang yang mengerikan. Darah segar membasahi tanah yang sudah retak dan terbakar, mencampur dengan debu dan abu yang beterbangan. Namun, di tengah kehancuran itu, cahaya emas Kekuatan Naga Emas masih menyala, suatu suar harapan yang gigih melawan kegelapan yang hampir membenamkan segalanya. Ia telah menggunakan hampir semua kekuatannya, mengeluarkan seluruh kemampuannya hingga ke titik kering. Namun, Sang Penenun, entitas kekacauan itu, masih berdiri teguh, pusaran energi gelapnya semakin besar, semakin ganas, menelan segalanya dalam cengkeramannya yang tak kenal ampun. Harmoni yang Kuro coba ciptakan, harmoninya yang merupakan benteng terakhir melawan kekacauan, terasa rapuh, seperti kaca yang siap hancur berkeping-keping. Ia merasakan kelelahan yang luar biasa, tubuhnya terasa seperti akan runtuh, namun tekadnya tetap membara. Ia tidak boleh menyerah. Ia harus menang.Pandan

  • Kuro Dan Naga Warisan   Harmoni Yang Hilang

    Bab 149: Harmoni yang Hilang – Pertempuran SengitAlam semesta bergetar. Bukan getaran lembut, namun guncangan dahsyat yang mengguncang realitas itu sendiri. Kekuatan tiga naga – Muzunoryu, Tsuchiryu, dan Arashiryu – berbenturan dengan kekuatan Sang Penenun, menciptakan gelombang energi yang tak terbayangkan. Air, tanah, dan angin beradu dengan kegelapan, menciptakan pusaran yang mengerikan, pusaran yang mengancam untuk menghancurkan segalanya. Kuro, di tengah badai itu, merasakan kekuatan dahsyat yang mengguncang jiwanya.Tubuhnya, yang sudah penuh luka, terasa seperti akan hancur. Setiap inci kulitnya terasa perih, setiap tulang terasa remuk. Ia telah menggunakan hampir semua kekuatannya, namun Sang Penenun masih berdiri teguh, pusaran energi gelapnya semakin besar dan semakin ganas. Harmoni yang ia coba ciptakan, harmoninya yang merupakan benteng terakhir melawan kekacauan, terasa rapuh, hampir hancur.Kuro tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu, dan cepat.

  • Kuro Dan Naga Warisan   Kekalahan dan Kebangkitan – Harapan yang Memudar

    Kelelahan mencengkeram Kuro. Tubuhnya, yang biasanya dipenuhi dengan energi kosmik yang tak terbatas, kini terasa lemah dan remuk. Luka-luka yang ia derita dalam pertempuran sebelumnya masih terasa perih, ditambah dengan luka-luka baru yang ia dapatkan dari serangan Sang Penenun. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya, menodai jubahnya yang sudah compang-camping. Ia merasakan kekuatannya terkuras, semakin menipis, seperti lilin yang hampir padam.Sang Penenun, entitas kosmik yang mengerikan itu, mengeluarkan kekuatannya yang sebenarnya. Ia melepaskan serangan yang mampu memanipulasi realitas itu sendiri. Waktu dan ruang menjadi terdistorsi, berputar-putar seperti pusaran air yang tak berujung. Ilusi-ilusi yang membingungkan muncul di mana-mana, menciptakan pemandangan yang surealis dan mengerikan. Kuro merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung, di mana realitas dan ilusi bercampur aduk, di mana ia tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana y

  • Kuro Dan Naga Warisan   Kebangkitan Naga

    Kekalahan di awal pertempuran telah meninggalkan jejak yang dalam pada Kuro. Tubuhnya terasa remuk, namun tekadnya tetap membara. Darah masih mengalir dari sudut bibirnya, menodai jubahnya yang sudah compang-camping. Ia menatap Sang Penenun, pusaran energi gelap yang tak berujung itu, dengan mata yang dipenuhi dengan campuran rasa sakit, kemarahan, dan tekad yang tak tergoyahkan. Ia tahu bahwa ia harus menggunakan semua kekuatannya, semua kemampuannya, untuk melawan entitas kosmik yang mengerikan ini. Ia harus menciptakan harmoni yang sempurna, keseimbangan yang mutlak, untuk melawan kekacauan yang mengancam untuk menelan segalanya.Dengan napas yang tersengal-sengal, Kuro memanggil Kuchiyose Kinpika Ryu (Naga Emas). Api emas berkilauan menerangi kegelapan yang mencekam, menciptakan kontras yang dramatis antara cahaya dan bayangan. Kinpika Ryu, naga emas yang megah dan perkasa, muncul dari dimensi lain, sisiknya berkilauan seperti emas murni yang dilebur oleh mat

  • Kuro Dan Naga Warisan   Serangan Awal

    Langit bukan lagi langit. Ia adalah kanvas gelap yang tercabik-cabik, dirobek oleh tentakel-tentakel energi hitam yang tak terhitung jumlahnya. Tentakel-tentakel itu, tebal seperti gunung dan hitam pekat seperti jurang maut, menari-nari dengan kejam di antara bintang-bintang yang meredup. Mereka bukan sekadar energi; mereka adalah manifestasi dari kekacauan itu sendiri, perpanjangan dari kehendak Sang Penenun, entitas kosmik yang haus akan jiwa. Jiwa-jiwa manusia, terhisap oleh tentakel-tentakel itu, menghasilkan jeritan yang menyayat hati, simfoni kematian yang mengerikan yang bergema di seluruh dunia. Di tengah badai ini, Kuro berdiri tegak, sebuah patung marmer yang tak tergoyahkan di tengah badai yang mengerikan.Rambut putihnya yang panjang berkibar ditiup angin yang berputar-putar, menyerupai api yang siap menyala. Wajahnya, yang biasanya dipenuhi dengan ketenangan, kini dikerutkan oleh tekad yang tak tergoyahkan. Ia bukanlah manusia biasa lagi; ia adalah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status