Share

Kusangka Suami Idaman
Kusangka Suami Idaman
Author: Rita Anggrainy

bab 1

“Jadi sebenarnya anak saya ini sakit apa, Dok?” tanya Surya pada seorang pria yang baru saja selesai memeriksa.

“Hmmm ... begini Pak, menurut pemeriksaan yang telah dilakukan, anak bapak ini sebenarnya tidak sakit, tapi dia ... sedang mengandung,” jelas dokter itu setengah tergagap, karena ia tahu lelaki yang berada di hadapannya itu pasti akan marah besar. Matanya juga sudah terlihat melotot, berwarna merah padam.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak." pamitnya gugup, lalu berjalan menuju pintu keluar.

Surya mulai menatap tajam pada wanita yang sedang berbaring tak berdaya itu.

Dadanya naik turun mengimbangi napas yang sudah penuh oleh perasaan emosi.

"Maafin aku, Pa ..." gadis itu beringsut dari ranjang dan terisak me- meluk lutut sang ayah.

"Aargghh ...!" Surya menarik kakinya dengan kasar, hingga membuat putri satu-satunya itu terjerembab ke lantai.

"Keluar, sekarang!" sergahnya dengan suara lantang. Matanya membelalak. Jari telunjuknya menunjuk ke arah pintu keluar.

Nara menangis, menyesali apa yang telah dilakukannya, yang membuat sang ayah begitu kecewa dan marah besar.

"Jangan pernah kembali ke rumah ini. Mulai sekarang, jangan anggap saya orang tuamu!" tegasnya, sambil mendorong anak gadisnya itu di depan pintu rumah lengkap dengan tas pakaian yang ia lemparkan.

"Temui pria b4jingan itu dan suruh dia bertanggung jawab!" lanjutnya lagi, masih dengan suara menggelegar, bak petir di siang bolong.

Setelah wanita itu terlempar ke teras,

Surya lalu membanting pintu, dan menguncinya rapat.

Nara berteriak, mencoba memanggil sang ayah, menyandarkan pipinya ke badan pintu. Air matanya turun bagai hujan.

“Pa, Nara minta maaf, Pa, tolong jangan usir Nara …”

rengeknya, namun pintu tak kunjung terbuka.

Sekarang kemana ia harus pergi?

Apakah harus mendatangi rumah Bu Dinta, mamanya Pras?

Dan apakah ia diterima di sana?

Tapi tak ada salahnya mencoba. Siapa tau mereka mau membuka hati untuk menerima kedatangannya.

Karena memang sudah tak ada pilihan lain, selain mengemis kepada Pras untuk meminta pertanggung-jawaban.

Kemudian Nara pun mengambil ponsel di dalam tasnya. Menelpon sang kekasih, dan mengatakan ingin segera bertemu di tempat biasa.

“Ada apa?” sahutnya setelah telepon terangkat.

“Kita harus bertemu sekarang, Mas.”

“Kutunggu di tempat biasa, ada hal penting yang ingin aku omongin sama kamu!” ungkap Nara sebelum ia menutup telepon.

Dengan langkah kaki berat, ia terpaksa meninggalkan rumah yang sejak kecil ia huni.

Sebelum pergi, ia menatap bangunan bercat putih itu dengan sangat lama, rasa sesal menyelimuti hatinya, akibat satu kesalahan yang fatal, membuatnya harus terusir dari tempat ternyaman itu.

Ia menyadari kekhilafannya, menjadi seorang wanita yang tak bisa menjaga diri.

***

“Apa? Kamu hamil?” protesnya tak percaya seraya memengangi kepala dengan kedua tangan. Menjambak rambutnya sendiri sebagai tanda frustasi

“Iya Mas, dan aku diusir sama papa dari rumah,” Nara terisak menjelaskan semuanya.

“Terus gimana dong?” sahut Pras frustasi.

“Ya, kamu harus nikahin aku dong, Mas. Masa kamu mau lepas dari tanggung jawab gitu aja! Dalam perutku ini ada darah daging kamu! Ingat itu!” jelasnya dengan nada penuh penekanan.

“Iya tapi …” ucapan Pras menggantung.

“Tapi apa, Mas? Kamu nggak mau, ha?” suara Nara kembali bergetar.

“Aku mau bertanggung jawab, tapi aku tidak punya uang buat nikahin kamu!” ucapnya jujur dengan satu kali tarikan napas.

“Apa? Katamu waktu itu kerja di kantor? Kamu bohongin aku, Mas?”

“M-iya waktu itu memang kerja di kantor tapi aku resign karena ingin buka usaha, tapi sialnya usahaku gagal.” tuturnya memasang raut wajah memelas.

“Pokoknya aku nggak mau tau, Mas. Kamu harus segera bertanggung jawab untuk menikahiku sebelum janin yang ada di dalam rahimku ini semakin membesar!” pintanya tanpa berpikir panjang, meski sudah tau bahwa lelaki yang menjadi pacarnya itu tidak memiliki masa depan. Nara seakan tak peduli. Ia hanya butuh seorang ayah untuk anak yang sedang dikandungnya.

Sungguh ia tidak menginginkan saat hamil dan melahirkan tanpa seorang suami, sehingga bagaimanapun caranya ia harus menikah dengan Pras.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status