Home / Romansa / Kutukan Mantan Terindah / Kejahatan Yang Terkubur

Share

Kejahatan Yang Terkubur

Author: Syamwiek
last update Last Updated: 2025-05-31 20:00:46

Langkah kaki Zivanya terdengar tergesa memasuki rumah besarnya. Dingin. Jari-jarinya gemetar. Baru kali ini dia merasakan perasaan seperti ini—marah, kesal, dan bersalah.

Sopan santunnya sebagai perempuan muda yang dibesarkan dalam keluarga terhormat seolah menguap begitu saja di hadapan wanita itu. Ini kali pertama dalam hidupnya, Zivanya menampar seseorang. Dan itu bukan sekadar tamparan emosi, melainkan bentuk perlindungan.

Perlindungan untuk Zura.

Sementara itu, Mami Narumi telah kembali ke dapur. Berulang kali menghela napas panjang kala melihat putrinya berlalu tanpa sepatah kata. Dia memilih kembali meracik bumbu dengan Bibi. Dalam hatinya, dia tahu, ada kalanya yang muda pun harus belajar menyatakan keberanian—bahkan jika itu dengan tangan.

Zivanya membuka pintu kamar Zura tanpa mengetuk, langsung melangkah masuk dan menutupnya dengan cepat.

Zura yang tengah duduk menyisir rambutnya di sisi tempat tidur, menoleh cepat. “Zivanya?”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (20)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
nah Zura ingat kebejatan mereka,ya tanpa sadar mereka sendiri yg profokasi Zura biar ingat kejahatan mereka
goodnovel comment avatar
tjah penggunx
apa yg diingat Zura itu sama dengan pengakuan gio?? satu bukti dengan saksi masih hidup pastilah memberatkan Evelin dan Andrian, tapi jaminannya keselamatan Zura sendiri. perlu keamanan yg ketat untuk menjaga zura
goodnovel comment avatar
tjah penggunx
benar sekali, jika ingin melawan orang jahat harus menjadi jahat dulu. istilahnya melindungi diri lah ya, jika seorang dalam bahaya pasti apapun akan dilakukan untuk tetap aman
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kutukan Mantan Terindah   Sengaja Dibuat Cemburu

    Zura menunduk sambil memainkan ujung selimut kecil di pangkuannya. Meski sudah tertawa bersama Zivanya tadi, pikirannya masih menggantung soal foto itu.“Aku masih mikir, Vi. Siapa yang hapus postingan itu?”Zivanya mengangguk. “Iya. Soalnya aku yakin admin medsos Juhar Grup nggak sebodoh itu upload tanpa koordinasi. Aneh aja bagiku.”Belum sempat Zura menjawab, ponselnya bergetar. Nama Zain muncul di layar. Panggilan video.Zura spontan duduk lebih tegak. “Kak Zain—”Zivanya langsung mendekat. “Cepet angkat, Kak! Aku juga mau ngomel!”Zura tertawa pelan lalu menggeser layar. “Halo, Zain.”Wajah Zain muncul di layar. Sedikit lelah, rambutnya agak berantakan, tapi tetap memancarkan aura menenangkan. Dia sedang duduk di mobil, sepertinya baru keluar dari lokasi proyek.“Zura,” ucap Zain lembut. “Kamu kelihatan capek, kenapa?”Zura membuka mulut tapi langsung dipotong Zivanya yang nyelonong ke layar. “Kak

  • Kutukan Mantan Terindah   Siapa Yang Menghapus?

    “Kak Zuuuraaa—”Suara Zivanya menggema dari pintu belakang, disusul langkah cepatnya menuju taman. Sore ini langit menggantungkan awan lembut, dan angin membawa aroma bunga kamboja dari sudut taman belakang kediaman keluarga Juhar.Zura duduk di kursi rotan, mengenakan sweater rajut tipis warna krem. Di pangkuannya, ada selimut kecil yang menutupi kaki. Secangkir teh melati mengepul pelan di meja bundar kecil di sampingnya.Zivanya langsung menjatuhkan diri ke kursi seberang Zura dan meletakkan dua kotak brunchesee hangat. “Aku bawa camilan! Kakak harus nyobain yang rasa keju isi smoked beef ini! Butikku tadi penuh drama, aku butuh curhat, tapi pas lihat kamu diem-diem manis di sini, aku curiga kamu duluan yang mau curhat!”Zura melirik Zivanya sekilas, lalu mendesah pelan. “Nggak penting banget sebenernya.”Zivanya mengangkat alis. “Kalau nggak penting, nggak mungkin kamu cemberut dari jarak lima meter!”Zura akhirnya mengangkat

  • Kutukan Mantan Terindah   Foto Menyebalkan!

    Setelah makan siang, Zura kembali ke kamarnya. Bibi baru saja keluar setelah membantunya berbaring dan merapikan selimut. Sunyi. Hanya suara angin dari jendela yang terbuka sedikit dan detak jarum jam di dinding.Zura menghela napas panjang. Dia memutar tubuh, menatap langit-langit putih di atasnya.“Sepi banget,” gumamnya lirih.Papi Barra dan Mami Narumi sedang ke luar kota, menghadiri pesta pernikahan anak kolega mereka di Bandung. Pulangnya mungkin sore nanti. Zivanya sedang sibuk di butik—merancang gaun pengantin untuk klien-klien yang menuntut segala sesuatunya serba sempurna.Dan Zain—Pria itu masih di Surabaya. Terjebak dengan setumpuk masalah proyek dan pekerja lapangan yang katanya ‘lebih banyak drama dari sinetron sore hari’.Zura menghela napas lagi. Matanya melirik ke meja kecil di samping tempat tidur. Ponselnya tergeletak di sana.Dia meraihnya dan membuka kunci layar. Jari-jarinya yang belum begitu lincah mengetik

  • Kutukan Mantan Terindah   LDR Dadakan

    Sudah lima hari sejak Zain kembali ke apartemennya. Lima hari pula Zura memilih untuk menjadi—berbeda. Berbeda dari sosok Aletta yang kuat dan independen. Berbeda dari Zura yang biasanya logis dan tenang. Kini, Zura menjadi seseorang yang bahkan dirinya sendiri tak kenal. Manja. Posesif. Mudah ngambek. Dan sedikit egois. Setiap pagi, notifikasi panggilan video dari Zain muncul di layar ponselnya. Dan setiap pagi pula, Zura hanya menatapnya selama tiga detik, sebelum akhirnya memencet tombol decline tanpa ragu. Pesan singkat? Dibiarkan centang dua biru tanpa balasan. Zain selalu mengirim pesan yang sama. Zain: "Selamat pagi, cantik. Sudah minum air putih? Udah senyum belum hari ini?" Zura hanya mengerucutkan bibir dan membalik badan, membenamkan wajah ke bantal. “Jangan tanya-tanya terus, sih! Bikin kangen aja,” gerutunya pelan. Mami Narumi yang sedang menyiram bunga di luar kamar, sempat mengintip dan tersenyum. Dalam hati, dia hanya bergumam, “Duh, cinta memang suk

  • Kutukan Mantan Terindah   Jangan Pulang Dulu

    Hujan tipis menyapu kaca jendela kamar dengan ritmenya yang menenangkan. Aroma tanah basah bercampur dengan wangi lavender dari diffuser di sudut ruangan. Suasana nyaman—namun terasa sedikit sendu sore itu.Zain berdiri di depan cermin besar dekat lemari, merapikan kemeja putihnya yang sedikit kusut. Dasi masih menggantung di lehernya, belum sempat dikencangkan. Di belakangnya, suara lembut terdengar dari tempat tidur.“Kamu beneran mau pulang ke apartemen?” Tanya Zura sambil menatap lekat Zain. Zain tersenyum kecil dari pantulan cermin. “Sudah waktunya. Kantor juga mulai penuh kerjaan lagi. Kalau aku terus-terusan di sini, nanti dikira direkturnya cuti permanen.”Zura mengerucutkan bibir, memeluk bantal gulingnya sambil bersandar. “Tapi kan di sini juga enak. Ada keluarga kamu dan ada juga aku.”Zain menoleh cepat, mendekat dengan langkah ringan. “Nah itu dia masalahnya.”“Maksudnya?” Zura mengangkat alis tak pahak yang Zain ka

  • Kutukan Mantan Terindah   Pelukan Hangat

    Langit malam mulai memeluk kediaman Juhar dengan gemerlap bintang-bintang yang malu-malu. Suara jangkrik bersahutan dari balik semak, dan lampu taman kecil di belakang rumah memancarkan cahaya temaram, menambah syahdu suasana.Zivanya memeluk lengannya sendiri, duduk di bangku besi berlapis putih yang menghadap langsung ke taman belakang. Angin malam berhembus pelan, namun tak cukup membuat hatinya tenang. Saat langkah kaki mendekat, dia menoleh cepat.“Kak Zain,” panggilnya. “Bisa ngobrol sebentar?”Zain mengangguk dan duduk di sebelahnya. “Kamu habis tampar Tante Evelin, ya?”Zivanya memejamkan mata sejenak, lalu tertawa kecut. “Gosip memang lebih cepat dari cahaya.”“Aku tahu dari Mami,” ujar Zain ringan. “Tapi kalau kamu mau klarifikasi—”“Aku nggak nyesel,” potong Zivanya. “Aku cuma khawatir. Kak Zura tadi sempat bilang sesuatu tentang Tante Evelin dan Om Andrian. Katanya dia ingat sebuah rahasia. Tapi dia belum mau cerita d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status