Share

KUA Tanah Abang

Bab 7

Tolong jangan membayangkan akan ada adegan romantis atau apa pun itu yang membuat kesan bahwa aku dan Bang Ayas sudah akur. Tidak. Suara lembutnya adalah awal dari perseteruan kami yang berujung pada saling menyalahkan satu sama lain. 

Sudah tahu aku ini pemula dan sedang belajar menyetir, eh Bang Ayas malah mengganggu konsentrasiku. 

"Bukan begitu. Yang benar begini." 

Sebenarnya tidak apa-apa kalau hanya berkata demikian, tapi tolong itu tangan dikondisikan! Tidak perlu pegang-pegang tanganku! 

Memang ya, laki-laki itu makhluk yang membahayakan. Ada kesempatan sedikit saja langsung beraksi. Pegang tangan, pundak, dan …. 

"Dipangku aja apa gimana?"

Kontan saja aku melotot. Mana ada sih orang latihan mobil dipangku? Dikira aku ini anak kecil? 

Kukira kalem. Ternyata mesum! 

Bang Ayas menghela napas. "Jangan kaku, jadi nggak gugup injek gas atau remnya."

"Bodo, ah!" Karena pada dasarnya keinginan untuk bisa mengemudi sudah hilang, maka aku sama sekali tidak antusias. Kalau bukan karena Acha, aku juga pasti memilih turun dan pulang ke kos-kosan menggunakan ojek. 

"Niat belajar nggak, sih?" tanya Bang Ayas.

Tentu saja suaranya tidak selembut satu jam lalu. Dia sudah kembali ke setelan pabrik; menyebalkan! 

"Enggak! Ogah saya—"

Aku langsung kicep karena menyadari satu hal. Bisa jadi Acha masih ketemuan dengan Agam, dan aku harus mengulur waktu untuk menahan Bang Ayas lebih lama lagi. 

"Saya …." Aku melirik Bang Ayas takut-takut. "Saya nggak mau dipegang-pegang."

"Astaga … saya nggak niat macam-macam," ucapnya dengan geram. 

"Tetep aja nyari kesempatan!"

"Saya nggak selera," ujar lelaki itu sembari memalingkan wajah ke jendela. "Kecil," imbuhnya lagi setengah bergumam. 

Kemudian dia mengaduh setelah mendapat satu pukulan dariku. Enak saja bilang kecil. Situ yang ketuaan! 

Karena situasi sudah telanjur tidak kondusif, aku dan Bang Ayas saling diam. Aku yang masih duduk di bangku kemudi memilih bersedekap sembari melengos, sementara Bang Ayas memejam sembari memijit kening. 

Cukup lama kami terjebak dalam kebisuan itu. Memuakkan, tapi aku tidak punya pilihan selain bertahan sampai nanti Acha menelepon untuk memberitahu kalau dirinya sudah pulang. 

"Pulang?" tanya Bang Ayas tiba-tiba. 

Aku menggeleng lesu tanpa menoleh. 

"Latihan lagi?"

Sekali lagi aku menggeleng. Aku sudah kapok diajari Bang Ayas. Lebih baik mengeluarkan uang untuk membayar kursus menyetir ketimbang harus dipegang-pegang Bang Ayas. Lagian ini latihan mobil, bukan latihan motor yang butuh keseimbangan dan perlu dijaga oleh pelatihnya. 

"Maunya apa?" 

Aku pun sebenarnya tidak tahu harus mengulur waktu seperti apa lagi. Kalau hanya berdiam seperti ini, lama-lama Bang Ayas pasti akan curiga. 

Di tengah kebingungan, tiba-tiba perutku berbunyi. Ini sangat memalukan, tapi sepertinya akan menjadi alasan yang logis agar aku bisa lebih lama lagi menahan Bang Ayas. 

Dengan tidak tahu diri, aku nyengir dan berkata, "Makan."

Ya Allah, demi Acha aku menggadaikan rasa malu dan harga diriku di depan manusia yang belakangan ini kuhindari. Aku yakin, Bang Ayas mentertawakanku habis-habisan. Dia pasti menganggap aku cewek kere yang memanfaatkan keadaan. Untuk menyelamatkan sisa harga diri, aku buru-buru berujar, "Saya yang traktir."

Walau setipis benang, tapi aku masih bisa melihat kalau Bang Ayas mengulum senyum. Laki-laki itu kemudian ke luar dan mengitari kap mobil. 

Aku masih bergeming di bangku kemudi ketika Bang Ayas mengetuk kaca jendela. Begitu pintu terbuka, Bang Ayas berdiri setengah membungkuk. Tangan kanannya memegangi pintu, sementara tangan kiri menapak pada body mobil. 

"Nggak mau turun?" 

Aku yang sedang beringsut turun langsung mendongak. Bang Ayas menaikkan sebelah alis, seperti menantang. Karena dia menghalangi jalanku untuk ke luar, maka aku menyingkirkan tangannya dari pintu dengan kasar. 

"Minggir!"

Bang Ayas terhuyung. Dia terkekeh, kemudian berkata, "Kirain mau dipangku."

"Najis!" 

Ini sumpah, ya. Semakin ke sini, Bang Ayas semakin menyebalkan. Sudah berani macam-macam. Atau dia pikir, aku menyukainya gara-gara tadi sempat menggombal? 

Lagian, Resva …  bisa-bisanya kamu merayu bujang lapuk. Pasti dia GR. Merasa di atas awan makanya ngelunjak. 

Setelah bertukar posisi denganku, Bang Ayas melajukan mobil. Dia tidak bertanya aku mau makan apa. Lelaki berkaus putih itu juga tidak menginformasikan kafe atau restoran mana yang hendak dituju. 

Sekitar lima menit setelah mobil kembali melaju, Bang Ayas mendapat telepon dari seseorang. Karena tidak ingin dianggap lancang mencuri dengar, aku sedikit menyerong dan menyandarkan kepala ke sandaran kursi. 

Rasanya, hari ini letih sekali. Padahal jadwal kuliah tidak terlalu padat, tapi entah kenapa energiku mendadak seperti terkuras habis. 

Bang Ayas masih berbicara dengan lawan bicaranya via telepon ketika aku memejamkan mata. Lama kelamaan suara lelaki itu mulai mengabur dan ….

***

Tidak ada lagi suara Bang Ayas yang sedang menerima telepon. Ketika mengerjap, yang aku dapati adalah senyap. Aku buru-buru menoleh ke bangku kemudi. Bang Ayas sedang menopang kepala sembari menatap ke arahku. Ekspresinya yang sedatar papan gilesan tampak memendam kekesalan. 

"Ini …." Aku celingukan, kemudian menyadari bahwa sekarang kami berada di sebuah pom bensin. "Maaf, ketiduran."

Bang Ayas tidak menyahut. Dia malah mengambil sesuatu dari bangku belakang, lalu menyerahkan kantong kertas dengan label sebuah tempat makan yang cukup familier. 

Rupanya hampir setengah jam aku tertidur sampai tidak menyadari Bang Ayas mampir ke tempat makan. Tapi, kenapa dia tidak membangunkanku? 

"Makan." Bang Ayas mengambil satu burger dari kantong kertas itu untuk dirinya sendiri. "Tadi sedang ada promo."

Bang Ayas makan dengan lahap. Sedangkan aku yang baru bangun masih sedikit ngelag. Ini serius seorang Ayas beli Burger King karena ada promo? 

Setahuku, keluarga Acha itu tajir. Tidak ada yang terlalu perhitungan untuk urusan makan. Acha saja yang cewek jarang sekali beli sesuatu karena diskon, tapi ini Bang Ayas yang notabene … ah, pantes dia belum laku-laku. Bukannya matre, tapi cewek juga tidak betah kalau pasangannya pelit. 

Sebelum memakan burger, aku membuka tas dan mengambil uang. Ketika menyerahkan kepada Bang Ayas, lelaki itu berhenti mengunyah dan menatapku. 

"Buat ganti burgernya." Karena tidak disambut, aku meletakkan uang di dashboard, lalu mengambil burger dan memakannya. 

Dari ekor mata, aku bisa melihat kalau Bang Ayas masih menatapku. Burger di tangannya yang tinggal separuh diletakkan begitu saja. Wajah lelaki itu semasam belimbing wuluh. 

"Kurang, ya?" tanyaku ragu-ragu. Padahal setahuku, seratus ribu sudah cukup untuk membayar dua burger dan dua air mineral. 

Bang Ayas buru-buru menyalakan mesin dan melajukan mobil, meninggalkan pom bensin.

Padahal dia tidak perlu begitu. Kalau memang uang dariku kurang, aku bisa menambahnya lagi. Kebetulan kiriman dari Ibu masih cukup untuk jajan dua minggu ke depan. 

Sekitar lima ratusan meter dari pom bensin, mobil yang dikemudikan Bang Ayas berbelok memasuki pelataran sebuah bangunan yang didominasi warna hijau. 

"Bang, ini kita …." Aku celingukan, berusaha mencari petunjuk tempat apa yang kami datangi ini. 

Bang Ayas lebih dulu turun dan mencegat salah satu orang yang baru ke luar dari gedung itu. Tak lama kemudian, dia menghampiri mobil dan membukakan pintu untukku. 

"Turun."

"Ngapain?" 

"Buruan, keburu tutup."

Aku yang masih belum tau apa-apa, akhirnya memasukkan sisa burger ke paper bag dengan asal dan menuruti perintah Bang Ayas. 

Tanpa kuduga, Bang Ayas menggandeng tanganku sewaktu menuju pintu masuk. Langkahnya yang lebar membuat aku terseok-seok di belakangnya. 

Aku masih celingukan, jelalatan melihat ke sana kemari. Sampai akhirnya, pandanganku terhenti di sebuah tulisan "KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN TANAH ABANG".

"Bang!" Aku menyentak tangan Bang Ayas, tapi gagal terlepas. "Kita ngapain ke KUA?!"

Bang Ayas melirik sembari menyunggingkan senyum licik. "Nikah. Biar saya bisa nafkahin kamu lahir batin."

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
nahh loh.. kelar lo Va wkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status