Kutukan Perjaka Tua

Kutukan Perjaka Tua

By:  Julli Nobasa  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
22 ratings
62Chapters
13.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Resva sama sekali tidak percaya dengan yang namanya kutukan. Apalagi jika yang mengutuknya adalah perjaka tua seperti Ayas. Namun, serentetan kejadian membuat Resva mendadak ketakutan kalau di dunia ini memang tidak akan ada laki-laki yang mau menikah dengannya. Apakah Resva akan menerima Ayas, atau memilih menjomblo seumur hidup?

View More
Kutukan Perjaka Tua Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Dede Ayu
ohhh akak othor .. dimanakah karya2mu yg lain????? aq menunggu.. aq menunggu...........
2024-04-22 09:20:26
0
user avatar
Cilon Kecil
novel painnya di up disini juga dong kak
2024-02-22 15:21:18
0
user avatar
Eva Fuji Sari
awalny seneng...trus ad sedih ikut brlinang air mata jg terus.....ah seru la.... karya ka julli yg Laen semoga ada jg di sini
2023-09-24 06:48:30
0
user avatar
Kikiw
gak nyesel banget baca ini sampe ending. narasinya mudah di resapi, sampe kebawa sedih, seneng, marah, juga ketawa.
2023-09-12 02:37:28
0
user avatar
Sofie Huang
ceritanya lucu, bagus, rekomen untuk dibaca...
2023-09-09 23:11:46
0
user avatar
yenyen
love love...suka
2023-09-06 22:56:06
0
user avatar
Yhennyhethea
cerita kk ada d sini ternyata aku baru baca setelah dr sebelah kisah anjas
2023-09-04 16:35:13
0
user avatar
TintaSepi84
seruuuu.......
2023-08-30 09:57:21
0
user avatar
نفسي نفسي
suka cerita nya
2023-08-19 12:08:19
0
user avatar
Khikmah Kim
bikin senyum² sendiri
2023-07-21 11:29:52
0
user avatar
Martinabakir Artina
cakep... enak di baca... semangat kak, di tunggu karya selanjutnya...
2023-05-08 05:02:14
0
user avatar
herka ratri
ceritanya bagus,tapi aku kesel sama tokoh utamanya si resva,antara polos sama oon kok beda tipis..perhatian ayas udah segitunya kok masih g ngerti juga..kesel jadinya.kan..jadi aku yang emosi..maaf ya Thor,
2023-05-06 22:39:05
0
user avatar
Mitha Retno Andriani
keren ceritanya
2023-05-06 22:32:00
0
user avatar
Juniarth
keren iiih lucu
2023-05-06 17:56:02
0
user avatar
Yunita Halim
bagus cerita nya..
2023-04-24 23:59:27
0
  • 1
  • 2
62 Chapters
Kutukan Sialan
"Naksir Bang Ayas?" Aku tergelak. "Maaf ya, Cha, seleraku bukan om-om!"Enak saja. Biarpun jomblo, aku tidak seputus asa itu untuk berganti selera. Mana mungkin aku tertarik kepada laki-laki yang sembilan tahun lebih tua dariku. Gila! "Tapi, Bang Ayas ganteng," kata Acha. "Kali aja kamu naksir.""Gantengan juga JungKook," sahutku. Mau seganteng apa pun kalau usianya terpaut jauh pasti akan dianggap jalan sama om-om. Selain itu, berhubungan dengan laki-laki yang lebih tua pasti tidak akan nyambung karena pemikirannya kolot. ukannya romantis malah akan didikte dalam segala urusan. Acha tidak sedang mencomblangkan aku dengan kakak sulungnya. Tidak. Malahan dari kemarin dia gusar karena takut aku akan terpesona dengan Bang Ayas. "Pokoknya awas aja kalo kamu naksir Bang Ayas. Aku nggak mau kita jadi ipar dan rebutan warisan dari Mama." Tidak tanggung-tanggung, Acha sampai mengetukkan ujung sendok ke permukaan meja ketika memberi peringatan yang kesekian kalinya kepadaku. Kuah bakso di
Read more
Dia Cemburu
Sepulangnya dari rumah Acha, aku berdoa agar tidak dipertemukan lagi dengan Bang Ayas. Kalian tahu kenapa? Karena selain mulutnya sepedas Bon Cabe, tampangnya yang sedatar papan gilesan itu membuat aku rasanya ingin membenturkannya ke meja makan. "Tapi, ganteng kan, Va?"Aku tidak tahu kenapa Acha terus-terusan meminta pendapatku tentang abang sulungnya yang menyebalkan itu. Salahku sendiri, semalam mengatakan kalau tampang Bang Ayas lumayan. Ya memang, laki-laki itu tidak jelek, tidak akan memalukan jika diajak ke kondangan. Tapi, mengingat mulutnya sepedas Bon Cabe, membuat aku ilfeel setengah mati. "Kalo cantik, bukan cowok dong, Cha," sahutku sekenanya. Aku tidak mungkin mengatakan kepada Acha kalau abang yang selalu dibangga-banggakan itu sangat menyebalkan. Setelah mengutuk agar tidak ada laki-laki yang mau menikah denganku, ketika makan malam bersama pun Bang Ayas sesekali menyeringai setiap kali mata kami berserobok. Boro-boro ada love at the first sight, yang ada justru en
Read more
Berseteru
Siapa pun tolong jelaskan padaku, apa batasan ramah terhadap seseorang? Apakah membalas senyum dan menerima ajakan menonton bisa dikatakan genit? Bukankah genit adalah ketika kita sengaja mencari perhatian dari orang lain dan berusaha menggodanya? Bang Ayas adalah makhluk paling aneh yang aku temui sepanjang hidup dua puluh dua tahun di dunia ini. Baru bertemu dua kali, dia sudah berani ikut campur dan seolah menjadi orang yang paling tahu tentang aku. "Jangan ge-er," ucap Bang Ayas. "Saya tidak cemburu."Dih. Siapa juga yang ge-er! Kalaupun dia cemburu, bukankah sangat aneh? Ingat, kami baru kenal. Ya, walaupun namanya sudah tidak asing lagi bagiku, tapi tetap saja dia adalah alien yang tidak seharusnya muncul ke kehidupanku. "Saya nggak mau Acha terkontaminasi kegenitan kamu."Sumpah. Menyumpal mulut om-om dosa nggak, sih? Asal tahu saja, Acha jauh lebih ekspresif dan antusias jika berinteraksi dengan lawan jenis. Sifatnya yang supel membuat dia mudah bergaul dan memiliki banyak
Read more
Doa Perawan yang Terkutuk
Benar saja, Acha tertawa terbahak-bahak begitu mengetahui aku gagal kencan dengan Galih. Kedua matanya sampai basah dan wajahnya memerah karena dari tadi tak kunjung berhenti tergelak. "Sumpah, Va …." Dia mengguncang lenganku. "Apa kabar mental kamu?" Wah, jangan tanya mental. Tentu saja harga diriku sangat terluka. Bukan karena gagal berduaan dengan Galih, bukan. Itu sih bodo amat. Tapi, karena aku diabaikan waktu memanggil pemuda itu. Banyak mahasiswa yang menyaksikan Galih lari terbirit-birit waktu kupanggil. Bayangkan! Apa yang mereka pikirkan tentang aku? Pasti mereka berasumsi macam-macam. Parahnya lagi kalau ada yang menduga aku naksir Galih. Atas dasar itu pula, karena takut Acha mendengar gosip yang bukan-bukan, aku memilih untuk jujur kepadanya hari ini. Lagi pula kalau belum cerita ke siapa pun, rasanya belum plong. Acha masih tertawa sembari merebah di kasur kos-kosanku. Dia baru berhenti setelah tersedak ludah sendiri dan terbatuk berkali-kali. "Kualat, sih," gerutuk
Read more
Tawaran Sinting
Semenjak video call sialan itu, aku berusaha lebih keras untuk tidak berinteraksi dengan manusia bernama Ayas. Jangankan mampir ke rumah, jalan bersama Acha ke parkiran kalau pulang kuliah pun aku tidak mau. Untuk jaga-jaga, aku selalu pulang lebih lambat dari gadis itu. Tentu saja Acha tidak tahu perihal apa yang terjadi seminggu lalu. Sebelum dia bangun, aku lebih dulu menghapus riwayat panggilan dan chat kurang ajar dari Bang Ayas. Kalau Acha sampai tahu, mau ditaruh di mana mukaku ini? Hari ini, sebelum pulang, aku memutuskan untuk pergi ke kantin terlebih dahulu. Aku berjalan sendirian, melintasi meja-meja yang hampir keseluruhannya terisi penuh. Maklum, ini adalah kantin lintas jurusan yang bisa dipastikan selalu ramai. Jadi, butuh effort yang lumayan untuk menemukan meja kosong. Biasanya sih aku tidak perlu susah payah karena pasti ada saja yang menawari bergabung, terutama kaum Adam. Bukan sok artis, tapi aku pernah bilang kan kalau aku cukup populer di kampus? Oke. Kembali
Read more
Rayuan Perawan
Bab. 6Perempuan bodoh mana yang mau sama bujang lapuk seperti Bang Ayas? Aku yakin sepuluh dari sepuluh wanita yang ditawari pun akan serempak menolak jika ditawari untuk menjadi istri Bang Ayas. Dan aku adalah orang yang tentu saja menolak paling keras tanpa berpikir dua kali, walaupun pada akhirnya Acha ngambek tiga hari tiga malam karena rahasianya kubongkar. Ya, bagaimana, daripada aku harus menjadi istri Bang Ayas. Akibat dari kejujuranku, Acha dimarahi habis-habisan oleh Bang Ayas. Gadis itu dilarang membawa mobil sendiri ke kampus dan ke mana-mana harus diantar. Penjagaannya lebih ketat ketimbang tahanan korupsi kasus proyek E-KTP. Aku sudah meminta maaf ribuan kali, tapi Acha belum juga mau bicara. Dia masih diam seribu bahasa walaupun kami bersama selama di kampus. "Sumpah, Cha. Bang Ayas pinter banget jebaknya biar aku jujur." Entah tampangku seperti apa di depan Acha. Mungkin mirip dengan emak-emak yang membujuk anaknya untuk makan siang. "Cha …." Aku mengguncang bahu
Read more
KUA Tanah Abang
Bab 7Tolong jangan membayangkan akan ada adegan romantis atau apa pun itu yang membuat kesan bahwa aku dan Bang Ayas sudah akur. Tidak. Suara lembutnya adalah awal dari perseteruan kami yang berujung pada saling menyalahkan satu sama lain. Sudah tahu aku ini pemula dan sedang belajar menyetir, eh Bang Ayas malah mengganggu konsentrasiku. "Bukan begitu. Yang benar begini." Sebenarnya tidak apa-apa kalau hanya berkata demikian, tapi tolong itu tangan dikondisikan! Tidak perlu pegang-pegang tanganku! Memang ya, laki-laki itu makhluk yang membahayakan. Ada kesempatan sedikit saja langsung beraksi. Pegang tangan, pundak, dan …. "Dipangku aja apa gimana?"Kontan saja aku melotot. Mana ada sih orang latihan mobil dipangku? Dikira aku ini anak kecil? Kukira kalem. Ternyata mesum! Bang Ayas menghela napas. "Jangan kaku, jadi nggak gugup injek gas atau remnya.""Bodo, ah!" Karena pada dasarnya keinginan untuk bisa mengemudi sudah hilang, maka aku sama sekali tidak antusias. Kalau bukan
Read more
Pujian Mematikan
Bab 8Sekarang giliran aku yang ngambek kepada Acha. Pokoknya aku kapok membantunya jika harus mengalihkan perhatian Bang Ayas. Pria itu terlalu buas untuk dijinakkan. Sayangnya, begitu aku cerita kalau Bang Ayas membawa aku masuk ke KUA, Acha malah tergelak. "Jangan baper, Va. Bang Ayas emang bercandanya suka kelewatan."Aku menghela napas. Kalau memang kemarin hanya bercanda, sumpah itu tidak lucu sama sekali. Coba kalian bayangkan, bagaimana malunya aku saat diseret ke KUA, dipegangi erat-erat, dan diakui sebagai calon istri. Tidak hanya itu, Bang Ayas juga menanyakan persyaratan apa saja jika hendak menikah dengan perempuan yang berasal dari luar daerah. Dengan seksama lelaki itu menyimak penjelasan petugas KUA, sama sekali tidak menghiraukan aku yang menginjak kakinya berkali-kali. Itu yang dinamakan bercanda? Atau Bang Ayas sedang menguji apakah aku baper atau tidak diperlakukan seperti itu? Mohon maaf. Aku tidak baper. Kalau jengkel setengah mati sih, iya. "Tenang aja, Va.
Read more
Diajari Suhu
Bab 9Kehangatan di ruang makan seketika lenyap tepat setelah Bang Ayas memujiku di depan keluarga dan perempuan yang dijodohkan dengannya. Aku yang tak menduga akan dipuji oleh Bang Ayas, rasa-rasanya ingin sekali menghilang, tenggelam ke dasar bumi dan tak pernah muncul lagi. Denting sendok yang dihempaskan ke piring membuat aku menggigit bibir kuat-kuat. Tante Windi menatapku lebih tajam dari siapa pun. Sorot matanya berkilat-kilat seakan hendak mengulitiku hidup-hidup. Aku menahan napas ketika perempuan itu berdiri dan meninggalkan meja makan tanpa permisi. Kemudian, diikuti oleh Clarisa dan kedua orang tuanya yang sempat berpamitan dengan terburu-buru. Sepeninggal tamu-tamu itu, aku masih belum berani untuk mendongak. Kedua tanganku yang sedingin es kini hanya bisa saling bertaut di bawah meja. "Ayas." Baru kali ini aku mendengar suara Tante Fatma jauh dari kata lembut dan ramah. "Iya, Ma?"Sahutan itu sama sekali tidak mencerminkan rasa bersalah dari seseorang yang telah m
Read more
Gara-Gara Baper
Lemas, mual, menggigil, sakit kepala, dan berhalusinasi adalah beberapa gejala dari penyakit rabies. Sialnya, sekarang aku merasakan itu semua setelah digigit Bang Ayas. Aku curiga, di kehidupan sebelumnya, Bang Ayas adalah seekor anjing gila. Buktinya aku langsung demam begitu diantar dia pulang malam itu. Entahlah. Ini efek digigit Bang Ayas atau efek diajak memutari Kota Jakarta hingga pagi buta. Iya. Laki-laki itu tidak langsung mengantar aku pulang, melainkan jalan tanpa tujuan. Tolong kalian jangan membayangkan kalau aku dan Bang Ayas menghabiskan perjalanan dengan gelak tawa atau minimal senyum malu-malu. Tidak. Kami justru saling membisu dan duduk dengan kaku. Ketika aku protes untuk segera diantar ke kos-kosan, dia hanya bergumam tak jelas. Gara-gara kejadian itu pula, aku sampai diinterogasi satpam kos-kosan. Bang Ayas yang pada akhirnya menjelaskan. Aku tidak tahu bagaimana dia pada akhirnya meyakinkan petugas keamanan karena aku lebih dulu disuruh masuk ke kamar. "Resv
Read more
DMCA.com Protection Status