Share

Bab. 14. Darurat Asmara

Kepala yang diperban ini sakitnya tak kira-kira, seperti ditusuk-tusuk jarum yang mempengaruhi penglihatanku. Terlihat sedikit kabur di depan sana.

Dengan susah payah aku berdiri dibantu relawan tadi. Ia mengangkat lenganku yang sebelah kiri lalu memapah tubuhku berjalan pelan-pelan.

"Jalannya pelan saja, ya, Dok."

"Apa tidak bisa lebih cepat sedikit?"

"Luka yang diperban belum sepenuhnya kering, Dok. Harus pelan-pelan."

"Iya aku paham, tapi ada hal genting yang harus segera kupastikan keadaannya."

"Baik, Dok." Ia mempercepat langkah sembari terus memapah tubuhku. Terdengar napasnya terengah-engah membuatku iba, mungkin aku terlalu berlebihan.

Akhirnya aku tiba di posko itu dengan sangat lelah karena kondisi yang dipaksakan. "Dokter Hasyim?" sapa seorang anggota TNI yang standby di poskonya.

"Iya, Pak." Pelan kuulurkan tangan dengan ramah.

"Ini kenapa? Silakan duduk atau mau berbaring saja?" Mungkin ia melihatku dalam kondisi sedang tak baik baik-baik saja, lalu menawarkan kasur khus
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status