Share

Insiden Tak Terduga

Luna tengah asyik dengan game konsolnya, wanita ini menghabiskan kejenuhan harinya dengan bermain game di PS5 yang ada di unitnya. Meninggali sebuah griya tawang megah sendirian hanya dengan seorang pelayan dan sopir membuat Luna sering kali merasa jenuh dan bosan.

Tapp

Tapp

Suara derap langkah terdengar mendekat, Luna nyaris tidak menyadarinya.

"Kau hanya sibuk dengan game?" Ucap Gio yang sudah berdiri di sebelahnya sambil melonggarkan dasi membuat Luna melongo.

"Kamu? Tumben sekali kamu datang,"ucap Luna sambil memperbaiki posisi duduknya.

"Aku tidak akan lama, kau tak merindukanku?" Ucap Gio sambil merapatkan tubuhnya di sebelah Luna.

"Kau juga tidak pernah peduli dengan kerinduanku,kenapa aku harus peduli denganmu?" Gerutu Luna.

"Jadi kau marah? Kau justru semakin manis jika marah," rayu Gio.

"Menyebalkan!"

Namun gerutuan Luna pun tak lagi terdengar setelahnya, yang ada kini hanya tinggal suara desah manja dan juga erang kenikmatan dari keduanya. Pergumulan panaspun tak terhindarkan, pasangan yang sudah berminggu-minggu tak bertemu ini akhirnya melepas kerinduannya dengan sangat indah.

"Aku harus pulang, honey!" Ucap Gio mengakhiri pertemuan mereka seperti biasanya.

Luna tak lagi mempedulikannya, seperti itulah Gio selama ini kepadanya. Datang hanya untuk sekedar menikmati tubuhnya dan pergi setelahnya.

Luna sungguh tak menginginkan pernikahan yang seperti ini. Namun apalah daya, dia hanya istri kedua yang tidak akan pernah menjadi prioritas untuk Gio.

Cinta yang tumbuh di hatinya entah sejak kapan menjadi dingin. Dua tahun menikah pun dia bahkan tak pernah bersama dengan Gio meski untuk semalam suntuk. Hanya beberapa jam saja Gio bersamanya, dan pergi setelah menyudahi permainannya.

Air mata mengalir deras di wajah Luna. Wanita ini menyimbutkan selimut di tubuhnya lalu duduk meringkuk di balkon kamar.

Hujan deras mengguyur kota ini setelahnya, dan Luna yang tengah kembali patah membiarkan dirinya terkena guyuran hujan seperti itu hingga waktu yang cukup lama.

Sementara itu, Alex yang melihat ruangan kamar Luna masih tak menyalakan lampu kamarnya padahal hari sudah sangat larut menjadi cemas. Terlebih karena siang tadi dia juga mendengar suara tangisan dari kamar Luna sesaat setelah Gio terlihat meninggalkan kediamannya majikannya ini.

Alex sudah cukup paham dengan situasinya. Dia hanya berusaha tidak ikut campur karena memang bukan wewenangnya.

Namun semakin hari, sikap Gio kian tak manusiawi, begitulah pikir Alex yang mulai terenyuh iba melihat kondisi sang majikan.

"Dema? apa kau sudah tidur?" Tanya Alex di depan pintu pelayan sepuh yang menjadi satu-satunya maid di rumah ini.

"Tidak Alex, aku belum tidur. Ada apa?" Ucap wanita tua itu sambil membuka pintu kamarnya untuk Alex.

Sejenak, Alex merasa ragu untuk mengatakannya. Dia pun memilih untukmenunjuk kamar sang majikan menggunakan tangannya untuk memberi tahukan Dema apa yang ingin di sampaikannya.

"Lampunya padam? Apa Nyonya keluar?" Dema balik bertanya.

Alex menggelengkan kepalanya perlahan.

"Tolong lihat kondisinya, tidak pantas jika aku yang masuk memeriksanya," ucap Alex kepada Dema.

Senyuman Dema langsung menghiasi wajah tuanya yang dipenuhi kerutan itu. Lalu mengangguk mengiyakannya.

"Terima kasih Dema," ucap Alex sambil berlalu pergi.

Sejenak, Dema menatapi punggung Alex yang menjauhinya itu. "Kau anak muda yang sangat baik, kau juga tampan rupawan!" Puji Dema yang memang mengenali keseharian Alex menjadi semakin salut.

Dema kemudian melangkah naik untuk memeriksa kamarnya Luna.

"Nyonya?" Seru Dema.

Tidak ada sahutan dari Luna.

"Nyonya?" Panggil Dema lagi.

Namun Luna tidak juga menjawab.

"Nyonya! Alex!" Kali ini jeritan Dema melantang meneriakan nama Alex juga.

Alex yang berada di bawah hendak menyeduh kopi mendengarnya dan segera bergegas naik ke kamarnya Luna.

"Dema?" Panggil Alex.

Dilihatnya jendela terbuka sementara di luar sana samar-samar Alex melihat sosok Dema.

"Tolonglah Alex!" Teriak Dema kembali.

Alex bergegas menghampiri Dema yang kehujanan itu. Di depannya tubuh Luna terkulai lemas tak sadarkan diri.

"Nyonya! Dema, siapkan pakaian untuknya biar aku membawanya," ucap Alex.

Tangan bergurat kekar miliknya langsung membopong Luna dengan cepat dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Di sana Dema sudah bersiap dengan alas handuk dan juga pakaiannya.

"Ganti semua pakaiannya, maaf aku tidak bisa membantumu untuk hal ini Dema, jangan lupa untuk memberikan soup dan juga susu untuknya nanti," ucap Alex sambil melangkah pergi meninggalkan kamarnya Luna.

***

Keesokan pagi.

"Terima kasih, aku dengar dari Dema jika kau yang mengangkatku dari balkon," ucap Luna saat Alex tengah mengikatkan tali sepatunya di dalam kamar pribadinya.

"Nyonya, Anda tidak perlu datang kemari, Anda bisa memanggilku untuk bicara," ucap Alex tergagap saat menyadari Luna telah berdiri di depan pintu kamarnya yang kecil ini.

"Hmmh, kamarmu sempit tapi sepertinya hangat dan nyaman ya," ucap Luna sambil melangkah masuk tak mempedulikan kegugupan Alex saat ini.

Alex langsung menggeserkan duduknya dari tepian ranjang karena Luna melaluinya.

"Ada jendela juga ya, aku baru tahu kamarmu sekarang," ucap Luna sambil menyibakkan tirai di jendela kamarnya  itu.

"Tidak jangan!" Ucap Alex namun terlambat.

Luna sudah menyibakkan gorden penutup jendela itu dan saat ini tengah menatap sebuah gambar erotis yang menempel di sana.

"Pantas saja siang hari begini kau menutup jendelanya dengan gordyn, kau menyembunyikan sesuatu di sana," ucap Luna sambil tersenyum menghampiri Alex.

"Maafkan saya Nyonya, saya bisa membuangnya jika Anda tak berkenan," ucap Alex sambil menggeserkan matanya.

SRAT

Tanpa diduga sebelumnya, dua pasang matanya kini beradu dengan mata elang Alex yang sangat hitam legam pun bersinar.

"Aww!" Langkah kaki Luna tersandung ujung sepatu Alex hingga membuatnya nyaris saja tersungkur.

GEPP

Dengan sangat sigap Alex menahan tubuhnya dan menariknya.

BUGG

Kini Luna terkunci dipelukan Alex tanpa sengaja. Wajah ekduanya pun berada sangat dekat, hingga mereka bisa merasakan hembusan napas masing-masing. Tubuhnya beradu sangat dekat dengan Alex yang ... Harum sekali bau tubuhnya ini.

Alex menghembuskan napasnya tepat di wajah Luna, sementara hembusan napas Luna pun mendesir hangat pada dada bidangnya Alex.

"Anda baik-baik saja Nyonya?" ucap Alex bertanya.

"Iya, aku baik-baik saja," jawab Luna mendadak sangat gugup.

Dua pasang manik mata keduanya terus berpautan hingga jeda yang cukup lama. Alexpun tak bisa menolak pesona sang majikan yang menggetarkan jiwanya.

"Nyonya, silahkan, maaf," ucap Alex sambil melepaskan pegangan tangannya.

Sontak saja Luna pun menjadi tersipu malu. Alih-alih marah karena sopirnya itu lancang memeluknya, Luna justru menikmatinya.

"Baiklah, ayo berangkat! Aku ingin berbelanja," ucap Luna dengan harga dirinya yang telah kembali sambil melangkah keluar dari kamar Alex.

"Hufht!"

Alex melepaskan napasnya dengan sangat kasar. Dia berusaha menenangkan dirinya setelah sentuhan hebat Luna yang baru pertama kalinya dirasakan oleh lelaki ini.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cnock On heart
Seru banget, aku sukaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status