Share

LELAKI MASA LALU SUAMIKU
LELAKI MASA LALU SUAMIKU
Penulis: Amasyong

Mendadak Menikahi Presdir

      Setiap wanita pasti memimpikan pernikahan yang sempurna. Pernikahan sakral yang di hadiri oleh semua orang-orang terkasih dari kedua mempelai, ada yang mengatakan saat seorang wanita menikah maka di hari pernikahannya itu ia akan menjadi wanita yang paling cantik dibanding wanita lainnya dan akan menjadi ratu selama 1 hari penuh di hari pernikahannya.

      Kedua mempelai kemudian akan menyatukan langkah kaki, berjalan dengan penuh kebahagiaan dan kesyukuran menuju altar pernikahan untuk bersama-sama mengucap janji setia pernikahan di hadapan pendeta. Lalu di akhir, pengantin pria akan memberikan ciuman mendebarkan, penuh kehangatan dan cinta untuk pengantin wanitanya.

      Seperti itulah bayangan pernikahan yang selalu di impikan oleh Mey. Namun tiba-tiba mimpi indah itu lenyap begitu saja, meninggalkan rasa kecewa dan patah hati untuk Mey. Semua itu berawal dari keputusan Mey untuk hadir di acara pernikahan Presdir tempat ia bekerja.

      "Apa? menikah dengan Pak Rey?" teriak Mey kaget.

      Rey mengorek-ngorek telinganya yang sakit karena mendengar teriakan Mey. Rey terlihat tetap tenang, ia duduk sambil melipat tangannya, matanya terpejam entah apa yang sedang di pikirkannya. Sementara Mey masih terperangah mendengar ucapan Pak Dev mantan sekretaris lama Rey. Mey yang baru dua bulan bekerja sebagai sekretaris Presdir di perusahaan itu jelas syok mendengarnya.

      "Bagaimana bisa saya menikah dengan beliau? saya kesini hanya datang sebagai tamu undangan Pak Dev." tolak Mey. 

      "Ini juga di luar kendaliku Mey, Nona Silvia calon Pak Rey tiba-tiba pergi dan memutuskan membatalkan pernikahan ini. Semua keluarga besar Pak Rey sudah hadir di sini, orang tua Pak Rey akan sangat marah jika pernikahannya tiba-tiba batal." kata Pak Dev panik. Mey melirik Rey yang masih duduk santai seakan tidak terjadi apa-apa.

      "Tapi Pak." Mey tetap tidak bisa menerimanya.

      "Jika dia tidak mau, Pak Dev tidak perlu memaksanya." kata Rey, matanya yang sedari tadi terpejam kini terbuka. Ia memandang tajam kearah Mey, mendengar hal itu Mey mulai bisa bernapas lega.

      "Hiks, Terimakasi Tuhan." batin Mey.

      "Pak Dev bisa mencarikan orang lain untuk menikah denganku, tapi tentu saja sekaligus sekretaris baru untukku." kata Rey selanjutnya, Mey sontak terperangah mendengarnya.

      Mey tidak bisa kehilangan pekerjaan ini, dirinya sudah sangat lama mencari pekerjaan dan saat di terima di perusahaan Rey ia bertekad untuk bekerja sebaik mungkin agar bisa di angkat menjadi pegawai tetap disana. Cicilan rumah yang di ambilnya sebulan lalu bahkan belum masuk angsuran pertama.

      "Maksud Pak Rey saya di pecat?" tanya Mey seakan ingin memastikan dirinya tidak salah mengartikan ucapan Rey barusan. Rey hanya terdiam dan kembali memejamkan matanya.

      "Ayolah Mey, kau tidak punya pilihan lain." kata Pak Dev membujuk.

      "Tidak, aku tidak akan menikah dengan pria ini. apapun yang terjadi! aku pasti akan mencari pekerjaan lain, bertemu pria yang kucintai, menikah dan hidup bahagia." Ucap Mey dalam hati penuh keyakinan. 

      "Maaf Pak saya tidak bisa!" jawab Mey tegas dan langsung keluar dari ruangan itu, Pak Dev terdiam pasrah, sementara Rey hanya menatap punggung Mey yang berbalik pergi.

      Setengah jam kemudian.

      "Hadirin yang kami hormati, inilah kedua mempelai yang sudah kita nanti-nantikan sejak tadi. Keduanya sesaat lagi akan memasuki aula pernikahan." kata MC tiba-tiba, membuat tamu undangan yang tadi sempat heboh karena acara yang ditunda hampir 1 jam lamanya kini memandang penasaran ke arah pintu aula. 

      "Silahkan masuk kedua mempelai pengantin kita, Rey dan Mey." ucap Mc lagi. 

       Semua sontak kaget mendengar nama yang disebutkan berbeda dengan di undangan, bahkan di papan room jelas tertulis nama Rey dan Silvia. Rey dan Mey memasuki altar pernikahan, Mey menggandeng tangan Rey dengan gemetar. Ia tidak pernah membayangkan akan menikah dengan cara seperti ini dan dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali.

      Hal yang lebih tidak masuk akal lagi, lelaki yang akan di nikahinya itu adalah presdir di perusahaan tempat ia bekerja sejak 2 bulan yang lalu. Tekad kuatnya untuk menolak pernikahan konyol ini dikalahkan oleh rasa serakah seorang manusia yang ingin melunasi cicilan rumah dan tidak ingin kehilangan pekerjaan yang sangat sulit di dapatkannya ini. Rey menggenggam tangan Mey yang masih gemetar. 

      "Tenanglah, ini tidak akan lama." bisik Rey lirih. Mey mengangguk pasrah.

      "Bukankah itu Mey? sekretaris Pak Rey dikantor?"

      "Waah, ternyata selama ini mereka ada hubungan diluar hubungan bos dan pegawai."

      "Dimana Silvia? perempuan yang tertulis di undangan?"

      Semua orang mulai berbisik-bisik mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi, sementara Citra rekan Mey yang paling dekat dengannya di kantor sampai tersedak minuman saat melihat Mey yang tadi datang ke pesta ini bersama-sama dengannya sekarang sudah berjalan menuju altar pernikahan sebagai mempelai wanita yang akan menikah hari ini. Nyonya Serly dan Tuan Will orang tua Rey terlihat sama kagetnya, Nyonya Serly bahkan hampir pingsan melihat putranya yang berulah.

      "Reynaldi Rifaldo Putra apakah anda bersedia menerima Meiyanti Marsya sebagai istrimu yang akan menemanimu dalam suka maupun duka, dalam keadaan sehat dan sakit selamanya seumur hidup sampai maut memisahkan?" tanya pendeta.

      "Ya, saya bersedia." jawab Rey tanpa keraguan sedikit pun sambil menggenggam tangan Mey.

      "Meiyanti Marsya apakah anda bersedia menerima Reynaldi Rifaldo Putra sebagai suamimu yang akan menemanimu dalam suka maupun duka, dalam keadaan sehat dan sakit selamanya seumur hidup sampai maut memisahkan?" pendeta melemparkan pertanyaan yang sama kepada Mey.

      Mey terdiam dan tidak langsung menjawab, wajahnya penuh ketakutan dan keraguan sampai pendeta harus mengulang kedua kali pertanyaan itu. Hal ini menimbulkan tanda tanya di dalam benak tamu undangan, Rey menatap Mey tajam dan menggenggam erat tangan Mey seakan mengatakan.

      "Jangan coba-coba berubah pikiran dan berusaha lari dariku sekarang." begitulah yang terlihat dimata Mey.

      "Ya, saya bersedia." jawab Mey pasrah.

      "Baiklah, kalian telah resmi menjadi pasangan suami istri. Mempelai pria silahkan untuk mencium wanita yang sekarang resmi menjadi istrimu ini." kata pendeta.

      Mey tercengang, dia lupa tentang ritual ciuman yang biasa dilakukan pengantin di hadapan para tamu undangan. Mey langsung panik tapi tidak tau harus berbuat apa, ia bahkan hampir terjatuh karena kehilangan keseimbangan tapi Rey dengan sigap menangkap tubuh Mey, Rey bahkan menarik tubuh Mey ke pelukannya hingga tubuh Mey benar-benar menempel erat dengan tubuhnya. Napas Mey tertahan, dia tau apa yang akan dilakukan Rey selanjutnya.

      "Ohh tidak, jangan coba-coba mengambil ciuman pertamakuuuu. Ku mohon." teriak Mey dalam hati tapi kalimat itu tidak bisa di keluarkannya. 

      Rey menyibak veil kain yang menutup wajah Mey, hingga wajah cantik Mey kini bisa diihat jelas olehnya. Rey semakin mendekatkan wajahnya ke arah Mey sementara Mey berusaha menghindari tapi tubuhnya di kunci oleh Rey, Rey semakin mendekatkan bibirnya sampai akhirnya dia berhasil menyentuh bibir Mey yang ranum dan belum tersentuh oleh siapapun.

      Rey mencium Mey dengan amat dalam, hingga Mey tidak bisa berkutik lagi. Dia bisa merasakan bibir lembut Rey yang terasa manis menyatu dengan bibirnya. Mey memejamkan matanya, Ia yang awalnya menolak kini ikut menikmati pagutan dari Rey. Rey yang sadar Mey terbawa perasaan bahkan seakan sengaja membuat ciuman itu berlangsung lama, Ia bahkan mempermainkan lidahnya didalam mulut Mey.

      "Apa ciuman itu rasanya seperti ini?" tanya Mey dalam hati, ini adalah ciuman pertama Mey.

      Saat Rey melepas ciumannya, Mey bahkan merasa sedikit kecewa.

      "Apa kau begitu menikmatinya?" tanya Rey sambil berbisik di telinga Mey, ia menyadari kekecewaan yang tergambar di wajah Mey. Mey yang tersadar dengan siapa ia berciuman langsung mendengus sebal, sementara rey hanya tersenyum licik.

      "Dasar brengsek!" maki Mey dalam hati. 

      Setelah upacara pernikahan selesai, Rey langsung mengajak Mey untuk turun menemui orang tuanya nyonya Serly dan Tuan Will. Nyonya Serly menatap penuh amarah kepada Rey, saat Rey mendekat dia langsung mencubit Rey.

      "Aawww." teriak Rey kesakitan.

      "Apa kau berusaha membuat Mamimu ini jantungan?" tanya Nyonya Serly, Rey tertawa.

      "Maafkan aku Mi." kata Rey.

      "Lalu dimana Silvia?" tanya Tuan Will.

      "Entahlah Pi." jawab Rey sambil mengangkat bahunya, Tuan Will hanya menggangguk seakan mengerti.

      Mey hanya terdiam seperti orang asing melihat percakapan Rey dan orang tuanya. Mey tidak habis pikir dengan keluarga ini, calon menantu mereka menghilang dan mereka bisa sesantai ini seakan semua baik-baik saja seperti tidak ada yang terjadi, Nyonya Serly barulah menyadari keberadaan Mey menantunya.

      "Ohh sini sayangku." kata Nonya Serly dan langsung memeluk Mey, Mey merasa canggung di peluk oleh orang yang saat ini menjadi mertuanya. 

      "Kau pasti terkejut. Maaf kau jadi terlibat kekacauan ini." kata Tuan Will dan juga langsung memeluk Mey, Mey hanya tersenyum tidak tau harus berkata apa.

      "Mulai sekarang kau harus memperlakukan istrimu dengan baik Rey." pesan nyonya Serly kepada putra semata wayangnya itu. 

      "Tentu saja Mi, aku akan memperlakukan istriku dengan baik." jawab Rey dengan senyuman licik, dia bahkan melirik Mey dengan tatapan yang sulit di jelaskan maknanya, seringainya itu terlihat jahat di mata Mey seakan berbanding terbalik dengan yang di ucapkan di depan orang tuanya. Mey yakin di dalam hati Rey berkata.

      "Aku akan memperlakukanmu dengan buruk." Mey langsung bergidik ngeri melihat ekspresi wajah Rey itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status