Home / Thriller / LENYAPNYA SUAMI DURJANA / Makhluk gaib suruhan Kendis

Share

Makhluk gaib suruhan Kendis

Author: Nona_Lyanna
last update Last Updated: 2022-08-28 15:13:57

Judul: Lenyapnya Suami Durjana.

Part: 6.

***

Malam ini giliran Lena yang merasa gelisah. Sepoi angin yang bertiup terasa mencekam baginya.

Sang suami sedang mendapat tugas di luar kota. Saat ini Lena hanya tinggal berdua saja di rumah. 

Tio yang masih duduk di kelas 3 SD itu sudah terlelap seusai makan malam. 

Dan tiba-tiba ketukan pintu terdengar. Lena berjalan dengan ragu-ragu.

"Siapa yang datang jam segini?" tanya Lena seorang diri.

Perlahan gagang pintu Lena putar dan terlihatlah wajah yang tak asing dipandang mata.

Lena menganga dan melotot tak percaya. 

"Mbak Kendis," lirih Lena.

Wanita berwajah Kendis itu tersenyum sinis. 

"Hay, Len! Apa kabar?" 

Suara itu sangat lembut, tapi terdengar menggerikan bagi Lena.

"Bagaimana bisa Mbak di sini? Pasti Mbak melarikan diri kan?"

"Luar biasa. Tebakanmu sama persis seperti Ibu mertua."

"Jadi Mbak juga sudah mendatangi Ibu?"

Wanita misterius itu tergelak menanggapi pertanyaan Lena. 

Kemudian sebuah belati kecil nan tajam kembali wanita itu tunjukkan. 

Tubuh Lena gemetar seketika. "Apa maumu, Mbak? Jangan macam-macam!"

"Dulu kau sering mencaci maki aku, bukan? Kau juga pernah menjambak rambutku. Sekarang aku akan membalas yang lebih sadis dari itu. Bersiaplah menyusul Abangmu ke neraka!"

"Jangan! Aku mohon jangan, Mbak!" 

Wanita yang mirip Kendis itu semakin menyeringai. Senjata di tangannya pun mulai ia mainkan. Ketika belati itu mengarah di hadapan Lena, ia pun pingsan. 

"Dasar payah! Ibu dan Anak sama saja. Baru digeretak sudah pada pingsan."

.

Pagi harinya, Lasmi mendatangi rumah Lena.  

Kali ini Lena langsung memeluk sang Ibu.

"Bu, nanti malam aku tidur di rumah Ibu saja. Aku takut, Bu. Bang Farhan sedang dinas ke luar kota," ujar Lena dengan linangan air mata.

"Lho, ada apa? Kenapa kamu ketakutan begini, Len?" tanya Lasmi menyelidik.

"Mbak Kendis, Bu ... semalam dia datang ke sini dan mau membunuhku."

"Apa? Jadi kemarin Ibu tidak berhalusinasi? Ibu juga di datangi wanita itu, Len. Tapi, yang membuat Ibu bingung kenapa ada dua Kendis?"

"Maksud Ibu gimana? Dua Kendis?"

"Iya, Len. Kendis masih ada di dalam penjara. Yang berkeliaran itu sepertinya sosok gaib yang dikirim Kendis. Ibu yakin, dia pasti sudah menuntut ilmu hitam," papar Lasmi.

Kening Lena bertaut. Ia tak bisa mempercayai dugaan sang Ibu.

"Masa iya sih, Bu? Zaman modern gini apa ada yang begituan?"

"Adalah. Kalau kamu nggak percaya, ayo kita ke penjara! Lihat sendiri Kendis di sana."

"Ayo, Bu. Aku mau mastiin langsung."

Lena dan Lasmi berangkat ke penjara. Sedangkan Tio ia titipkan pada mertuanya. Lena tak mau Tio mendengar percakapannya dengan Lasmi.

Seburuk-buruknya orang tua, tentu ingin yang terbaik untuk anaknya. Itu yang selalu Lena terapkan. 

.

Sampai di penjara, Lasmi dan Lena duduk menunggu Kendis keluar.

Tak lama wanita bertubuh kurus itu berjalan dengan santai menghampiri ruang kunjungan yang sudah ditunggu oleh mertua dan iparnya.

Wajah Lena langsung pucat. Ia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang telah dialaminya semalam.

"Bagaimana mungkin, Bu? Aku rasanya masih tak dapat mempercayai ini," bisik Lena pelan.

"Sudah Ibu bilang, Kendis pasti memiliki ilmu hitam," balas Lasmi.

Kendis menatap keduanya dengan datar. 

"Ada apa?" tanya Kendis.

"Ti--tidak ada apa-apa, Mbak. Ka--kami cuma ..."

Kalimat Lena terbata-bata. Ia sangat gugup serta ketakutan.

"Jika tak ada hal penting yang ingin disampaikan sebaiknya kalian pulang! Aku tak suka berbasa-basi terlalu lama," ujar Kendis.

Kedua tangan Lasmi mengepal, tapi ia tak berani melawan. Detik berikutnya mereka pulang.

.

Kini keduanya telah sampai di rumah Lasmi. Teka-teki tentang wanita yang wajahnya sama dengan Kendis sungguh membuat keluarga Lasmi tertekan.

"Sekarang kamu percaya kan sama, Ibu?"

"Iya, Bu. Aku takut banget. Bagaimana kalau nanti malam sosok makhluk gaib kiriman Kendis itu datang lagi?"

Kaki Lena gemetar membayangkan Kendis datang membawa belati tajam yang semalam sempat membuatnya pingsan.

"Kita harus cari dukun, Len! Kita pasang jimat  buat menangkal setan," ujar Lasmi.

"Astagfirullah ... ngucap, Bu!" sambung Rama yang ternyata muncul dari belakang.

"Heh Rama! Coba kamu tanya Kakakmu! Dia juga didatangi sosok yang mirip Kendis."

"Iya, benar Ram! Mbak Kendis sudah bersekutu dengan iblis."

"Kalian memang keterlaluan!" hardik Rama.

"Ya sudah kalau kamu nggak percaya! Semoga saja nanti malam giliran kamu yang didatangi makhluk suruhannya itu," ujar Lena kesal.

Rama hanya menggeleng dan tak berniat menanggapi lebih jauh. Baginya Ibu dan Kakaknya memang sedikit aneh.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 120

    Ros ingin berdiri dan menyelamatkan diri dari sana. Namun, kedua kakinya terasa lemah. Ia hanya mencoba menarik napas agar sedikit tenang."Ibu, saya sungguh tak menyangka kalau Ibu sama sekali tak bisa berubah. Ibu rela menjebak Anak Ibu sendiri demi ambisi yang tak ada hasilnya itu!" papar Husein dengan sorot mata siap menerkam."Husein ... itu semua belum tentu benar, Nak! Nona Khana pasti sudah merekayasanya. Kalau tidak, dari mana dia bisa menemukan rekaman yang dua puluh tahun lalu? Itu omong kosong, bukan?"Husein beralih menatap ke arah Khana."Aku mendapatkannya di hotel tempat kejadian itu, Tuan. Aku memang curiga, dan aku menyelidikinya. Kalau Tuan tak percya, silakan cek keaslian video rekaman ini!"Husein ingin semuanya jelas tanpa menduga-duga lagi. Ia mengundang seseorng yang ahli mengamati semua konten.Kurang lebih tiga puluh menit berlalu, Flo dan Riva akhirnya tiba di rumah utama. Bersamaan dengan orang suruhan Husein."Ada apa kami dipanggil malam-malam begini?" ta

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 119

    Husein mengambil bantal dan berbaring di sofa yang ada di kamar tersebut."Kenapa Tuan tidur di situ?" tanya Flo dengan suara gemetar. Ia gugup bercampur terlalu senang."Lalu saya harus tidur di ranjang denganmu?" Wajah Husein sangar menatap ke arahnya.Flo menunduk dan menjawab, "Saya pikir Tuan memang mau tidur di kamar ini satu ranjang dengan saya.""Jangan mimpi! Saya pun sebenarnya tak sudi berada di sini. Semua saya lakukan hanya semata-semata untuk Riva," hardik Husein.Flo tak berani lagi membuka suara. Ia naik ke atas ranjang seraya memperhatikan secara diam-diam sosok lelaki yang menutup mata di atas sofa. Ia tersenyum miris, tapi hatin ya tetap saja merasakan senang karena setidaknya ia bisa berada dalam satu ruangan yang sama sepanjang malam ini.'Mungkin sekarang Tuan memang tak mau satu ranjang dengan saya, tapi suatu hari nanti saya yakin Tuan akan luluh juga. Riva akan tetap jadi senjata bagi saya melemahkanmu, Tuan," batin Flo.__Pagi sekali Husein telah menghilang

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 118

    Malam harinya, semua kembali berkumpul di meja makan. Khana dan Ara tak pernah melewatkan makan malam bersama di rumah utama. Keduanya selalu memenuhi perintah Husein.Namun, malam ini Areta dan Arsya yang tak terlihat batang hidungnya. Sedangkan Riva bersama Flo turut hadir berkunjung, karena besok adalah wekeend."Ke mana Areta?" tanya Husein menatap ke arah Khana."Mungkin di kamar Arsya," sahut Khana dengan santai."Panggil dan ajak makan bersama!" titah Husein pula."Biar Ara saja yang memanggil Mama dan Arsya," sambung Ara yang dengan sugap berdiri.Ia melangkah perlahan dan mencoba memeberanikan diri menemui Arsya. Ia tahu, pasti Arsya juga sakit hatinya padanya.Sampai di depan kamar, Ara mengetuk pintu yang tak terkunci itu. Kemudian ia menerobos masuk."Mama, Arsya ... Papa sedang menunggu kalian untuk makan malam," ujar Ara mengukir senyum kaku."Kau makan saja dengan yang lain, Ara! Arsya tidak mau keluar kamarnya. Mama akan mengimbanginya makan di sini nanti," papar Areta

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 117

    Areta dan Husein saling melempar pandangan mendengar penuturan dari Khana."Nona Khana ... apa maksudmu?" tanya Husein menyelidik.Ros seketika langsung pucat dan ketar-ketir."Husein, jangan dengarkan omong kosong dari istrimu yang tak setia ini. Dia mencoba memfitnah Flo! Padahal dirinya dulu pernah berkhianat."Suasana memanas. Arsya yang tengah terluka hatinya, ia memberontak dan berteriak akan kekacauan yang seolah tak menghiraukan keadaannya."Semua sama saja! Tidak ada yang mengerti perasaanku saat ini!" teriaknya, kemudian ia berlari ke dalam kamar.Areta menyusulnya. Untuk sesaat Areta tak mau memikirkan masalah lain. Arsya jauh lebih penting baginya."Nona Khana ... tolong kau jelaskan apa maksud ucapanmu barusan?" tanya Husein mengulang kalimatnya.Khana melemparkan pandangan tajam ke arah Ros dan seketika ia menyeringai sinis. "Ibu yang paling mengerti. Maka, tanyakanlah padanya!""Ibu sama sekali tak tahu apa yang dibicarakan istrimu ini, Husein. Ibu rasa dia sudah gila!'

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 116

    Malam semakin larut, tamu undangan yang hadir pun sudah pulang. Hanya tersisa Raka dan Bagas di sana."Kau ke sini membawa mobil sendiri atau diantar jemput?" tanya Raka pada Ara."Aku membawa mobil sendiri. Kenapa?""Kalau begitu, aku ikut di mobilmu, boleh?""Tidak!" Ara menolak dengan cepat. Sebab ia melihat wajah Arsya sudah berubah menjadi tegang."Pelit sekali," cibir Raka.Ara tak merespon apa-apa lagi. Ia hanya berharap Raka dan Bagas segera pergi dari rumah utama."Ya sudah, sekarang ayo pulang!" ajak Bagas pula."Kau duluan saja," sahut Ara."Aku tak akan tenang pulang duluan, sementara ada seorang wanita yang menyetir sendirian tengah malam begini."Raka melotot mendengar bentuk perhatian Bagas yang tecurah untuk Ara, wanita impiannya."Ara, ayo pulang. Aku akan mengikutimu di belakang," sambung Raka yang tak mau kalah."Tapi, bukankah kau pulang bersama Ayahmu? Lihatlah, Ayahmu sudah menunggu di dalam mobil. Sebaiknya kau segera ke sana! Urusan Ara, kau tak perlu khawatir!

  • LENYAPNYA SUAMI DURJANA   Bab 115

    Seharian hari ini suasana hati Riva tak baik-baik saja. Ia terngiang-ngiang akan ucapan Husein yang mengatakan kalau pernikahan dirinya dengan Flo hanyalah sebuah kecelakaan."Kenapa? Kenapa aku harus mendengar pernyataan yang menyakitkan itu? Jika, memang pernikahan Mami dan Papa cuma karena keterpaksaan, berarti aku juga adalah Anak yang tak diinginkan," gumamnya seorang diri di dalam ruangan kerja.Tak lama, Husein pun sampai di sana. Riva menatap datar ke arah sang ayah yang menyapa. "Selamat pagi, sayang! Kenapa kau pergi dari rumah tanpa pamit dengan Papa?""Hem, maaf Tuan Husein! Sebaiknya kita bersikap profesional di sini. Takut ada yang mendengar, lalu identitasku terbongkar. Nanti akan membuat Tuan malu," desis Riva seraya menyeringai miris.Husein terkejut mendapati sikap Riva pagi ini. Tak biasanya Riva berbicara seserius itu ketika sedang berdua."Tidak akan ada siapa-siapa yang mendengar di sini, Nak. Ruangan ini dibangun kedap suara," ujar Husein pula.Riva membuang muk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status