Share

7. Pertemuan

Makan malam yang sudah dipersiapkan Aisya untuk anaknya telah terhidang di atas meja. Sementara itu di ruangan lain, Fatima sibuk bertanya pada Joice darimana dia bisa mendapatkan uang untuk membeli tas barunya. Sasha yang tidak langsung ke rumah tapi malah pergi ke RS melihat kondisi Diva, kembali menelepon Emir, menyuruh dan ibunya nya agar makan malam duluan karena Sasha masih harus memastikan keadaan Diva baik-baik saja.

“Aku mengerti, akung...Tapi hanya karena kau datang, mereka telah melakukan banyak persiapan...itu tidak sopan.”

“Apa yang terjadi?” tanya Aisya pada menantunya.

“Dia harus pergi ke rumah sakit,” singkat Emir menjawab. “Ayo mulai. Ayo, Bu….” Emir mengajak ibu, ibu mertua nya makan malam duluan.

***

Suasana persiapan makan malam keluarga di rumah keluarga Erlangga juga tampak tidak terlalu menyenangkan. Sementara semua asisten rumah tangga mempersiapkan makanan. Tampak mereka sedikit ragu bahwa acara yang sudah direncanakan malam itu akan berakhir dengan tidak menyenangkan. Marini sebagai kepala pelayan merasakan hal yang sama. Hal ini disebabkan karena dia tahu bahwa Feyza masih belum memaafkan Aldi karena kemalangan yang menimpanya. Kehilangan seorang anak yang begitu dia cintai.

Nisa menghampiri Feyza di kamarnya, dia berusaha memastikan kalau mental Feyza dalam keadaan stabil saat bertemu dengan Aldi.

“Ada apa? apakah ini semua untuk Aldi?” tanya Feyza pada Nisa

“Jangan konyol Feyza, dari mana kau pemikiran seperti itu? aku hanya ingin persiapkan makan malam yang menyenangkan. Sekali lagi kau berpakaian hitam. Ayo pergi….” ajak Nisa. Feyza terlihat masih malas-malasan.

“Bisakah aku tidak ikut makan malamnya? Aku benar-benar tidak ingin makan apapun.” Feyza beralasan.

“Feyza, kita sudah membicarakannya. Kau tahu berapa banyak usaha yang aku habiskan untuk mengatur malam ini.”

“Aku akan melakukan semua yang kau katakan,” gumam Feyza.

“Baik. Tenang dan coba biasa saja…” Nisa menggandeng Feyza menuju ruang makan.

***

Setiba di RS, Sasha langsung memeriksa keadaan Diva. Setelah yakin keadaan anak itu mulai stabil. Diva bersiap pulang setelah sebelumnya menyuruh Alvin tetap memantau perkembangannya.

“Alvin, periksa dia setiap dua jam. Jika tidak ada perbaikan, menggandakan dosis ribavirin,” perintah Sasha sebelum pergi.

Saat berjalan di koridor RS dia bertemu dengan Dea dan Kevin. Dea sedang membujuk Kevin agar mau diperiksa oleh perawat.

“Bu, tolong bantu.” Kevin merengek karena takut disuntik.

“Tapi kamu harus membantu ibu juga, biar kamu menjadi lebih baik dan sehat. Ayolah!”

“Bu, aku tidak ingin mereka melakukannya.” Kevin tetap menolak untuk diambil darahnya.

Sasha langsung menghampiri Kevin dan Dea dan menyapa mereka, “Halo, apa yang terjadi di sini? Namaku Sasha, siapa namamu?”

“Namanya Kevin,” sahut Dea.

“Hey Kevin, bagus sekali namanya. Kevin, apakah kamu sedikit takut?” Dengan lembut Sasha bertanya pada Kevin.

“Ya, aku tidak ingin mereka melakukannya.” Kevin menjawab sambil menunduk.

“Tentu saja, kau benar. Jika aku jadi kamu, aku juga tidak menginginkan itu. Tapi coba dengar ceritaku, di tubuhmu ini sedang diserang makhluk kecil jelek yang bernama kuman. Aku tahu tentang mereka. Entah bagaimana mereka menemukan jalan dan memasuki tubuhmu.”

“Tidak!” Kevin masih menggeleng.

“Kau tidak perlu takut. Kami tahu cara mengusir mereka dengan sangat baik. Kami akan memberimu sedikit obat dan mereka akan lari. Tapi untuk memberimu obat yang tepat kita harus mengerti tipe apa kuman mereka. Jika tidak...akan seperti ini.” Kevin mulai terlihat antusias mendengarkan cerita Sasha. “Kau akan minum obat dan kuman akan berkata "Obatnya sudah sampai!" dan mereka akan ketakutan. Tapi kemudian mereka akan sadar itu obat yang salah, jadi mereka akan terus menari sambil berkata "Itu tidak sakit!".

“Betulkah?” Mata bulat Kevin terlihat lucu saat terbelalak.

“Iya. Saat temanmu bermain, kau akan menyaksikan dari jauh.” Dengan memasang wajah cemberut Sasha berhasil membuat Kevin mau diambil darahnya.

“Ini hal yang sangat kecil, aku jamin. Itu jarum kecil,” lanjut Sasha. “Kemarilah, duduk di pangkuanku.” Sasha duduk dan Kevin langsung duduk di pangkuan Sasha. Dia terus diajak bicara oleh Sasha untuk mengalihkan perhatian Kevin saat perawat bersiap mengambil darah dari tangan Kevin. “Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, Kevin. Sekarang peluk aku. Dengar, ada kartun di mana ada si baik hati dan jahat. Apa namanya? aku tidak dapat menemukan jawabannya sampai tidak bisa tidur.” Karena berfikir Kevin sampai tidak sadar bahwa perawat sudah selesai mengambil darah nya. “Nah kan, ini sudah berakhir sebelum kau bisa menjawab aku,” cetus Sasha.

“Apakah sudah selesai?” tanya Kevin.

“Ya, selesai…” Sasha membelai rambut Kevin.

“Itu tidak sakit sama sekali.” Kevin tertawa senang.

Dea ikut tersenyum senang lalu berdiri dari kursinya dan mengucapkan terima kasih pada Sasha.

Dea memang dari sebelum pergi mengantar Kevin sudah merasa tidak enak badan hanya saja dia memaksakan diri untuk memeriksakan anak kesayangan.

Malam itu tubuh Dea sudah tidak bisa menahan lagi. Dea ambruk pingsan setelah bersalaman dengan Sasha. Kevin langsung berteriak memanggil ibunya. Dan Sasha pun segera meminta perawat membawa tubuh Dea ke tempat pemeriksaan agar bisa segera diperiksa oleh dokter ahli dalam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status