Bagi Maman malam adalah waktu yang menakutkan baginya, menakutkan dalam arti dia tidak bisa menikmati kedamaian malam seperti yang orang lain rasakan. Setiap setelah sholat Isya dia mulai takut untuk tidur karena saat dia memejamkan mata yang ia rasakan justru rasa pengap dan kebosanan sehingga ia lebih memilih untuk terjaga menunggu datangnya pagi.
Maman sudah lupa kapan terakhir kalinya ia merasakan tidur nyenyak, bahkan ia juga lupa kapan terakhir kali dia mendapatkan mimpi indah. Maman akan sangat bersyukur jika ia bisa mendapatkan tidur meskipun hanya dua atau tiga jam sayangnya kesempatan itu jarang sekali ia dapatkan sehingga kebanyakan malam Maman lewatkan tanpa tidur sama sekali, untung saja meskipun kurang tidur dan membuat badannya sedikit lelah namun tak mempengaruhi kinerjanya saat bekerja, terbukti ia mampu mencapai posisi bagus saat ini.Malam ini Maman sepertinya kembali tak menemukan tidur yang lelap, ia hanya membolak-balikkan badannya di tempat tidur sementara pikirannya menerawang entah kemana meskipun matanya terpejam. Merasa bahwa ia tak bisa tertidur, Maman lalu bangkit dari pembaringan lalu keluar dari kamarnya, ia lalu duduk disofa panjang yang ada diruang tamu. Maman menyandarkan kepalanya ke bagian atas sofa tersebut sambil memijit pelan kepalanya, matanya ia pejamkan perlahan dengan diikuti desahan nafas pelan.Entah sudah berapa lama Maman duduk disofa itu, meskipun matanya terpejam namun pikirannya menerawang ke alam antah berantah, ia merasa dirinya terseret pusaran alam yang tak begitu ia kenal, berkali-kali ia mencoba kembali ke kesadarannya namun semakin ia mencoba semakin dalam ia terseret ke pusaran tersebut. Perlahan-lahan dia melihat sinar yang begitu terang, sangat terang hingga Maman harus mengurangi intensitas cahaya tersebut dengan meletakkan tangannya tepat di depan mata. Perlahan-lahan sinar itu mulai meredup dan tampak sebuah rumah mungil di hadapan Maman. Ia sangat mengenali rumah ini meskipun puluhan tahun ia tak melihatnya, rumah berpagar tembok berwarna putih, rumah yang meskipun mungil namun kesan mewah tetap terlihat. Setiap fitur di rumah itu merupakan perpaduan gaya Eropa dan gaya tradisional Jawa, rumah yang telah memberikan banyak kenangan dan juga trauma dalam diri Maman.Maman melangkahkan kaki masuk ke rumah itu dengan perasaan berdebar, tangannya meraba dinding rumah tersebut dan terasa begitu halus tidak berubah seperti yang ia rasakan puluhan tahun yang lalu. Saat ia hendak masuk ke ruang tamu, tiba-tiba ada hawa dingin bercampur hangat dengan sensasi aneh menjalar di bahunya, Maman terdiam di depan pintu tak bergerak dan merasakan hawa itu mulsi menjalar ke seluruh tubuhnya. "Kamu sudah kembali, Man?."Suara berat berwibawa terdengar dari arah belakang, spontan Maman berbalik dan tepat di depannya kini berdiri pria yang wajah dan posturnya tidak akan pernah bisa Maman lupakan, pria yang telah memberikan banyak cinta dan perhatian kepada Maman namun harus pergi karena sebuah kecelakaan."Ayah...?." Panggil Maman lirih"Kenapa kamu hanya berdiri disitu? Tidakkah kamu mau memelukku, nak?." Maman langsung mendekati pria tersebut lalu dengan tubuh bergetar ia langsung melekatkan tubuhnya ke dalam rengkuhan tubuh pria tersebut. Ya pria itu adalah ayah Maman, pria yang selama ini Maman rindukan, sekian lama Wajah khas serta suara berat yang penuh wibawa dari pria ini tak pernah lagi Maman lihat dan dengar namun saat ini semua kerinduan Maman telah terbayar.Perlahan Maman melepaskan diri dari pelukan ayahnya, dengan bergetar ia menatap wajah pria tersebut. Masih sesuai dengan ingatan Maman, tidak ada yang berubah, setiap lekukan wajah itu masih begitu lekat dalam ingatan Maman. Ayah Maman tersenyum sambil menyisir perlahan rambut Maman bagian depan, lalu kemudian menepuk pundak Maman beberapa kali."Jadilah lelaki kuat nak, tidak peduli seberapa besar gelombang kehidupan menghantam, kau harus tetap kuat berdiri."Maman mengangguk sambil meresapi kata-kata ayahnya begitu dalam, banyak hal yang terjadi dalam kehidupannya dan beberapa waktu terakhir ini berbagai kejutan telah menjadikan dirinya sebagai pribadi yang baru."Bersiaplah pada kejutan-kejutan selanjutnya, karena hidupmu akan berubah dan tidak sederhana lagi, namu sikapmu harus tetap sederhana." Kata ayah Maman sambil menatap Maman dengan lekat."Kejutan apa lagi, ayah?." Tanya Maman."Nikmati saja alurnya, kau akan menemukan banyak rahasia tak terduga." Ayah Maman menjawab pertanyaan Maman dalam kata-kata yang belum bisa dipahami Maman sepenuhnya, Maman hendak bertanya lagi namun tiba-tiba pandangannya kembali mulai kabur, sosok tubuh ayahnya mulai berpendar menjadi cahaya dan perlahan-lahan menghilang."Maman...percaya pada kata hatimu!." Suara ayah Maman terdengar seiring dengan pudarnya sosok pria tersebut di depan Maman. "Ayah..ayah..!."Sontak Maman terbangun dari tidurnya di sofa, tubuhnya bergetar hebat dia baru tersadar bahwa sosok pria yang baru saja ia lihat telah meninggalkan dia sejak ia masih berusia 15 tahun. Dengan nafas tersengal dia berusaha memulihkan kesadarannya, baru kali ini dia merasakan mimpi bertemu dengan mendiang ayahnya.Sayup-sayup adzan subuh terdengar, Maman berdiri lalu menuju ke kamar mandi untuk bersiap-siap sholat subuh. Maman tiba di tempat kerjanya lebih cepat dari biasanya, kali ini dia datang satu jam sebelum batas waktu absen habis, bahkan dia melihat sekelilingnya belum ada karyawan yang datang lebih dulu darinya. Setelah melakukan check-in kartu absensi Maman lalu naik ke ruang kerjanya, sesaat sebelum ia masuk ke ruang kerjanya ia merasa ada seseorang yang berdiri di belakangnya, dengan refleks ia berbalik dan tampak seorang pria berjaket hitam dan bertopi."Anda siapa?." Tanya Maman, meskipun dia kaget dengan keberadaan pria tersebut namun ia berusaha tenang."Kamu mungkin sudah lupa sama saya...namun saya selalu memperhatikan kamu sejak kamu masuk ke perusahaan ini". Kata pria tersebut.Maman berusaha mengingat sosok pria yang ada di depannya sekarang, namun wajah pria tersebut belum nampak jelas karena wajahnya tertutupi topi."Maaf...tapi saya benar-benar tidak mengingat anda". Pria tersebut kemudian mendekati Maman sambil membuka topinya, raut wajah pria tersebut semakin jelas dan perlahan-lahan memori berkelebat dalam ingatan Maman. "Anda...paman Suryawan bukan?.""Ternyata ingatanmu masih kuat, saya kira kamu sudah tidak ingat."Suryawan atau yang biasa dipanggil paman Suryawan oleh Maman adalah adik bungsu ayahnya, sejak ayah Maman meninggal mereka berdua seperti putus hubungan. Hari ini paman Suryawan tiba-tiba muncul, Maman merasakan sesuatu yang tidak nyaman dalam dirinya."Paman minta maaf baru muncul sekarang, saat ini paman akan melaksanakan janji paman ke almarhum ayahmu."Maman kehilangan kata-kata, janji apa yang dimaksud paman Suryawan? Kenapa ia baru muncul sekarang setelah sekian lama ayahnya meninggal?."Kamu pasti bertanya-tanya kenapa saya baru muncul sekarang, bukan?."Maman hanya mengangguk dalam rasa tak percayanya."Saat ini saya belum punya banyak waktu untuk menjelaskan, tapi kamu harus tahu bahwa apa yang terjadi kepadamu belakangan ini salah satu penyebabnya adalah pengaturanku untuk kamu."Kelima sekuriti itu benar-benar berada dalam dilema besar. Hanya August yang sejak awal menentukan sikap untuk berada di sisi Maman.Mendengar hal itu, wanita pemilik kantin menatap Maman dengan tak percaya.Dari tadi ia mengira Maman hanya seorang karyawan yang terlalu ingin tahu. Tapi melihat tatapan dan kepercayaan diri lelaki tersebut, ia sedikit takut jika salah mengambil kesimpulan. "Kamu sebenarnya siapa? Apa hakmu untuk...""Diam kataku!." August kembali membentak sebelum wanita itu bisa menyelesaikan kata-katanya.Bentakan tersebut terdengar lebih menakutkan dari yang pertama. Wanita itu terlihat pucat, begitu juga dengan para pelayan yang ada di sampingnya. Beberapa karyawan yang masih ada di kantin itupun terkejut.Suasana menjadi hening, August menatap tajam ke arah pemilik kantin. Ia kemudian mengalihkan tatapannya ke para karyawan yang masih ada di tempa itu. "Kalian semua segera keluar dari sini!."Para karyawan yang tersisa segera beranjak meninggalkan kantin tersebut.
Setelah merasa keadaan Pak Sumardi baik-baik saja, Maman kemudian pamit. Tujuan berikutnya adalah langsung menuju ke tempat kerja, beberapa hal harus ia selesaikan selain mempersiapkan proses pengalihan jabatan manajer.Saat ini Maman telah berada di ruang kerjanya, di atas meja kerja bertumpuk sejumlah dokumen. Peristiwa penculikan Pak Sumardi membuat Maman belum sempat memeriksa isi dari dokumen-dokumen tersebut.Maman dengan seksama membaca isi beberapa dokumen. Beberapa kali ia mengangguk kagum saat melihat grafik data yang ditampilkan, kenaikannya cukup signifikan. Itu menandakan sistem yang sudah ia terapkan berjalan dengan baik. Selain itu, orang-orang yang ia pilih untuk menjadi garda terdepan untuk melakukan perbaikan telah bekerja dan berusaha untuk memberikan yang terbaik.Melihat hal tersebut, Maman menemukan komposisi yang tepat untuk mengisi sejumlah jabatan penting jika saatnya proses pengalihan jabatan manajer itu terjadi. Ia tahu mana orang yang bisa ia percaya setela
Keesokan harinya, Maman hari ini tidak langsung menuju ke tempat kerja, ia ingin bertemu dengan Pak Sumardi.Maman saat ini telah sampai di halaman rumah Pak Sumardi. Suasana di situ terasa lengang, tak ada orang yang terlihat berada di luar rumah. Maman menyimpulkan Pak Sumardi belum mencari pembantu dan tukang kebun yang baru.Maman mengetuk pintu rumah tersebut tiga kali, ia menunggu seseorang dari dalam membukakan pintu. Setelah merasa tak ada respon, Maman kembali mengetuk pintu. Lagi-lagi belum ada pergerakan dari dalam.Apakah terjadi sesuatu pada pasangan suami istri itu?.Harusnya mereka aman sekarang?.Maman merasa khawatir, ia segera menuju ke arah samping rumah dan menyusurinya. Seingatnya ada pintu penghubung di arah samping menuju ke dapur.Saat ia menemukan pintu itu, ia memutar kenop pintu, ternyata terkunci dari dalam. Dalam hati Maman semakin gelisah, seharusnya Pak Sumardi dan istri ada di rumah saat ini."Maman? Aku kira penjahat!."Mendengar suara itu, dengan refl
Haris mengerang dengan keras, tamparan Maman kali ini rasa sakitnya lebih besar terasa.Wajah Haris terlihat semakin membengkak.Maman berkata dengan dingin. "Aku tidak segan-segan menamparmu lebih keras lagi. Apakah kau masih bisa bertahan menahan sakitnya?."Haris tahu saat ini pertahanannya semakin rapuh, ia sendiri tidak yakin pada kemampuan tubuhnya untuk menahan rasa sakit yang lebih jika Maman menamparnya semakin keras. Mau tak mau ia harus menyerah. "Baiklah aku akan katakan yang sebenarnya."Maman menatap tajam ke wajah Haris sambil menarik paksa rambut pria itu ke arah belakang. "Katakan segera!."August yang sedari tadi hanya berdiri menyaksikan Maman menginterogasi Haris ikut membentak. "Jangan buang-buang waktu, cepatlah!."Haris semakin pucat, kedua pria yang membentaknya itu sama-sama hebat. Ia tak akan bisa melawan mereka meskipun punya kesempatan. "Aku...aku yang memberikan jalan pada para penculik itu masuk ke rumah."Mendengar penjelasan Haris, Maman semakin tajam m
Pak Rudi merasa cemas, bagaimanapun hal seperti ini tak pernah ia prediksi. "Keadaan semakin gawat, kita bisa jatuh dengan cepat." Kata Pak Rudi dengan nada bergetar.Semua petinggi keluarga yang hadir saling berpandangan, mereka jelas memahami situasi saat ini namun tak satupun yang punya ide untuk mengatasi hal tersebut.Sudah sejak lama mereka menikmati semua kemewahan yang didapatkan dari sejumlah proyek. Berbagai trik digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari mempermainkan dana proyek.Kemewahan itu sebentar lagi akan lenyap jika mereka tak bisa mengembalikan keadaan. Ketika para investor mundur maka mereka tak punya lagi kekuatan untuk menjalankan proyek yang sedang dikerjakan oleh Pratama Grup. Mereka tidak siap untuk mengalami kejatuhan saat ini.Pak Rudi menatap tegas ke arah para petinggi keluarga. "Kalian semua harus membantuku untuk berpikir, jika ada yang mempunyai ide segera katakan sekarang!."Saat mendengar perintah Pak Rudi, para petinggi keluarga itu kemudian sali
Maman kemudian mengeluarkan ponselnya, ia harus segera menghubungi Pak Suryawan. "Halo Maman, Bagaimana?." Tanya Paman Suryawan di ujung telepon."Aku mau bertanya Paman, apa sudah ada petunjuk tentang siapa yang berada dibalik penculikan Pak Sumardi?.""Menurut informanku, beberapa anak buah Gordo semalam berencana menculik seseorang." Jawab Pak Suryawan. "Kemungkinan besar itu adalah Pak Sumardi."Gordo? Mendengar nama itu Maman langsung teringat dengan apa yang diinfokan Odie tadi siang. "Gordo ini merupakan pemasok bodyguard sekaligus penyedia orang-orang yang bisa melakukan pekerjaan kotor untuk Pratama Grup." Sambung Pak Suryawan."Berarti cocok dengan dugaanku." Balas Maman. "Karena lokasi Pak Sumardi disekap ada di pelabuhan yang dipenuhi barang-barang dengan tulisan Pratama Grup.""Kata Pak Sumardi tadi, Paman Suryawan harus segera bertindak." ***Saat ini, di rumah Pak Rudi terlihat para petinggi keluarga sudah hadir. Mereka sedang m