Share

Masih Sama

Penulis: Tami ilmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-23 12:04:55

3 Tahun kemudian.

“Wah sampai juga, kita check in dulu.” Gaia bersama dengan adik iparnya langsung turun bersama kedua orang tua Gaia masuk ke sebuah lobby hotel yang cukup besar. Mereka menunggu karena masih banyak orang yang berada di lobby.

“Untuk satu malam. Silahkan.” Karyawan mempersilahkan Gaia dan adik iparnya mengikuti instruksi dari reseptionist. Gaia dan adik iparnya mendengarkan penjelasan reseptionist dan kemudian diminta untuk menunggu sekitar 10 menit.

Gaia duduk dengan dua keponakanannya di sofa lobby dengan boneka bear yang cukup besar di sana. Kedua keponakanannya bermain-main dan Gaia memeriksa ponsel pintarnya siapa tahu ada pekerjaan yang harus dilakukan.

“Mam, Raga?” Adik Gaia membawa masuk seseorang yang tentu saja satu keluarga Gaia mengenalnya. Bukan orang asing meski terlihat cukup asing awalnya. Raga masuk bersama dengan Gama, adik Gaia yang kebetulan tadi sibuk mencari tempat parkir.

“Siang Pak, Bu.” Raga menjabat tangan dua orang tua Gama yang tentu saja mengenali dia. Raga pernah tinggal di rumah Gama, tentu saja ada Gaia juga di sana pada waktu itu. Gaia tidak berjabat tangan dengan laki-laki itu, dia hanya tersenyum sedikit. Sepertinya adik ipar Gaia juga melakukan hal yang sama kepada Raga, ada sebuah kebencian di matanya ketika melihat Raga.

“Nginep di sini juga dia, sama keluarganya juga.” Dan keluarga Raga memang ada di sana juga. Gaia bahkan mengenali kelima saudara Raga yang datang dengan keluarga dan juga orang tua mereka. Sebuah liburan yang besar. Gaia tetap diam menahan diri.

“Lagipula hanya satu malam, satu hari. Setelahnya tidak akan ada hubungan dan tidak akan bertemu lagi.” Gaia berucap dalam hati, berusaha untuk benar-benar tidak mengkhawatirkan apapun. Apalagi tentang hubungannya dengan Raga.

Seluruh keluarga berkenalan, dan kemudian ada janji untuk makan malam bersama di restauran hotel nanti malam. Gaia hanya diam dan mau tidak mau harus setuju. Perempuan itu mengalihkan pandangan dari Raga. Perempuan itu tersenyum sinis karena melihat kesopanan yang ditunjukkan oleh Raga pada kedua orang tuanya.

Tanpa Gaia sadari, sebenarnya dia juga melihat dirinya sendiri pada diri Raga. Dia juga bersikap sopan dan polos. Tidak terlihat nakal dan juga sangat santun. Tidak ada yang pernah mengetahui jika Raga dan Gaia sudah melewati batas jika mereka berdua tidak mengatakan pada siapapun. Sikap mereka sungguh tidak menandakan jika ada sesuatu yang aneh diantaranya.

“Silahkan, kamar sudah selesai disiapkan.” Karyawan dari hotel memberikan informasi pada Gaia.  Rombongan Gaia kemudian masuk ke dalam lift dan meninggalkan rombongan Raga dan keluarganya yang masih harus menunggu.

Dua kamar yang dipesan keluarga Gaia adalah kamar di ujung lorong dan di sisi silang di hadapan kamar paling ujung. Gaia dan kedua orang tuanya dalam satu kamar, sedangkan adik Gaia sekeluarga dalam satu kamar.

Gaia meletakkan barang dan kemudian saling bermain berpindah kamar bersama kedua keponakannya. Mereka memang menunggu sore hari untuk pergi ke tempat lain dan berjalan-jalan. Gaia berlarian mengejar dan dikejar oleh kedua keponakannya sampai kemudian dia menabrak seseorang yang menangkap tubuhnya.

“Hati- Hati.” Suara yang Gaia kenal tentu saja, dan dia langsung menjauhkan tubuhnya begitu menyadari itu adalah Raga. Kedua keponakannya sudah menghilang di balik pintu kamar mereka. Gaia terdiam dan berbalik hendak menuju kamarnya.

“Jadi kamarmu di situ?” Raga terlihat menuju kamar di depan kamar Gaia. Laki-laki itu sendiri masuk ke dalam kamar, dan sebelum menutup pintu dia berbalik melihat Gaia yang masih di depan pintu. Perempuan itu bingung karena pintu terkunci dari dalam dan dia mengetuk tapi tidak ada jawaban dari sana. Kedua orang tua Gaia memang sudah cukup tua, karena itu Ibunya kurang mendengar dan mungkin juga bapaknya demikian.

“Tidak bisa masuk, mau masuk ke kamarku dulu?” Raga terlihat menawarkan dengan normal. Sepertinya tidak ada tanda-tanda jika dia menginginkan Gaia untuk melakukan sesuatu yang lebih dengannya. Apalagi ini adalah perjalanan dengan keluarga masing-masing tentu saja.

“Istrimu tidak ikut?” Gaia langsung bertanya karena dia melihat Raga hanya sendirian. Semua saudara Raga bersama dengan pasangan dan juga keluarga kecilnya. Laki-laki itu tersenyum masih dengan ransel di punggungnya membuka pintu kamarnya lebar-lebar.

“Mau bicara di dalam?” Raga benar-benar terlihat seperti laki-laki yang ingin mengajak Gaia bicara. Dan sebenarnya Raga juga merupakan laki-laki yang cukup baik dengan hal itu. Gaia pernah menyukai bicara dengan Raga karena dia bisa mengerti apa yang Gaia lakukan dan bisa memahami Gaia dengan sikap nakalnya.

Perempuan itu melangkah perlahan, ada ragu dalam langkahnya, tapi dia juga ingin tahu. Bukan hal yang penting dalam hidupnya, hanya saja, Raga sudah tahu dia seperti apa. Jadi, jika mereka berdua melewati batas lagi, itu hanya akan berhenti diantara mereka berdua. Tidak akan menjadi hal besar. Begitu juga semua pembicaraan dan hal lainnya. Gaia tahu benar jika Raga juga menjaga rahasia mereka berdua.

“Jawab dulu, istrimu?” Gaia bertanya karena dia tidak ingin menganggu laki-laki yang sudah menikah. Meski dalam hal ini konteksnya Raga mungkin sudah menikah lagi.

“Tidak ada, aku belum menikah lagi.” Jawaban itu membuat Raga terlihat tersenyum dan Gaia memasang wajah datar. Sebenarnya itu bukan berita yang menyenangkan untuk Gaia. Bagaimanapun juga dia ingin Raga menetap pada satu orang meski itu bukan dirinya.

“Yakin?” Gaia kembali bertanya karena tidak ingin kebohongan diantara mereka berdua.

“Ya makannya, cerita di dalam. Kalau kamu gak percaya, mau ngobrol di ruang tengah itu? Kamu gak keberatan?” Raga terlihat serius terhadap apa yang dia katakan.

“Di ruang tengah? Nanti semua orang lihat donk?” Gaia memang tidak bisa menutupi apa yang dia pikirkan ketika bersama dengan Raga, mereka sudah saling bisa membaca satu sama lain.

“Ya karena itulah, masuk kita bisa bicara.” Raga kembali membuka pintunya lebih lebar, dan kemudian akhirnya Gaia melangkah lagi dan masuk lebih dulu ke kamar Raga. Sama seperti kamar dia dan orang tuanya, hanya saja kamar ini punya sebuah ranjang yang besar bukan dua ranjang kecil yang akhirnya di satukan oleh kedua orang tua Gaia atau adik Gaia dan keluarganya.

“Mau buat kopi?” Raga benar-benar sangat tahu jika Gaia tidak akan menolak. Laki-laki itu sudah duduk di tepi tempat tidur. Gaia masih melihat kamar dan juga membuka jendela yang berada di seberang pintu masuk kamar.

Ketika perempuan itu berbalik, Raga sudah merebahkan dirinya di tempat tidur dan mulai memilih channel untuk ditonton. Gaia kemudian berjalan perlahan ke arah pintu.

“Naik dulu ke sini. Kita bicara sambil tiduran sebentar.” Raga kembali membujuk Gaia dan perempuan itu kemudian berjalan ke sisi ranjang dan tidur di samping Raga. Laki-laki itu tersenyum menoleh melihat Gaia sebentar dan menyerahkan remote televisi ke perempuan itu.

“Kenapa bertanya soal istri? Bagaimana dengan pernikahanmu? Aku mendengar kamu menikah. Dan masih berkelit juga, sekarang liburan tanpa suami? Mau menggoda aku?” Banyak pertanyaa Raga tidak membuat Gaia bergeming. Perempuan itu memasang wajah dingin seperti biasa dan kemudian tersenyum sinis ketika mereka berdua bertatapan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • LONELY TOGETHER   Keinginan Kita Berdua

    Gaia memeluk Raga ketika pertanyaan itu meluncur dari bibir laki-laki yang sungguh dia kenal bertanya bukan karena simpati atau mungkin dia juga memang belum tahu apa-apa. Raga menjauhkan tangan Gaia ketika perempuan itu hendak memeluk.“Jangan melakukan hal yang salah.” Raga mengindar dan kemudian duduk bersandar pada sisi tempat tidur. Gaia terlihat cukup kesal karena apa yang Raga lakukan.“Kalau kamu mencurigai aku, kenapa meminta aku masuk ke kamar ini? Jangan seolah-olah kamu tidak tahu apa-apa dan mempertanyakan semua hal.” Gaia melampiaskan kesalnya tanpa menahan diri. Raga tersenyum melihat apa yang terjadi meski kemudian dengan cepat dia memasang wajah kesal.“Ya aku ingin tahu ceritanya dulu. Kenapa susah banget untuk ngobrol?” Raga kembali membalas Gaia, dia sama sekali tidak ingin mengalah dalam obrolan ini. Laki-laki itu duduk menghadap ke arah Gaia yang kali ini terlihat melemparkan pandangan ke tempat lain untuk menghindari menatap Raga.Raga tersenyum melihat sikap Ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • LONELY TOGETHER   Dua Keluarga

    “Suka?” Sebuah pertanyaan yang sama Raga tanyakan pada perempuan di pelukannya. Seperti sebuah kebiasaan, “Suka, soalnya kamarnya bagus? Lain kali ajak aku di tempat yang seperti ini juga.” Gaia kali ini langsung menjawab dengan santai dan tersenyum memeluk Raga. Mereka berselimut tebal dan tersenyum saling memandang. “Boros.” Raga tertawa dan Gaia juga sama. Laki-laki itu makin memeluk Gaia seolah dia gemas dengan perempuan itu. Gaia juga merasa jika Raga sedikit berbeda kali ini. Tapi Gaia menampik perasaan dan mengira karena tempat yang berbeda merubah suasana hati mereka. “Tapi kamu berbeda, lebih....” Raga tersenyum menatap perempuan itu untuk menggoda tentang apa yang mereka berdua baru saja lakukan. Gaia hanya tersenyum dan kemudian mengganti saluran televisi. Perempuan itu lupa menggenakan kacamatanya ketika keluar kamar kedua orang tuanya. “Jam berapa? Aku gak bawa handphone.” Gaia bertanya kepada Raga yang kemudian dia teringat untuk memeriksa pekerjaan kantor. “H

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • LONELY TOGETHER   Mereka curiga

    “Hujan.” Sebuah suara akhirnya terdengar ketika mereka sampai di tempat parkir sebuah area yang dimaksud oleh keluarga mereka berdua. Gaia hanya terdiam dan masih meminum kopinya. Lapar dan juga semakin terasa lelah karena perjalanan juga karena aktivitas dengan Raga tadi. Laki-laki di sampingnya masih menatap jauh ke hujan yang cukup deras. “Gak ada payung, mau lari saja?” Raga menoleh melihat Gaia yang masih menempatkan sedotan pada bibir perempuan itu. Gaia hanya terdiam saja tidak menjawab pertanyaan Raga. Laki-laki itu kemudian memeriksa tempat duduk bagian belakangnya. Tetap saja dia tidak menemukan payung. Tapi ada yang sangat menganggu pikirannya saat itu ketika melihat Gaia lagi. Matanya tertuju pada sesuatu yang ingin dia sentuh dengan bibirnya. Raga meletakkan tangannya di ujung sandaran kursi penumpang di sebelahnya dan dia bergeser sedikit tentu saja. Gaia menoleh karena gerakan Raga itu. Laki-laki dengan kulit sedikit lebih hitam dari Gaia itu tersenyum. “Aku meras

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • LONELY TOGETHER   Bukan Apa-Apa

    “Kamu suka?” Raga terlihat menatap perempuan yang sedang bersama di kamarnya saat itu. Belum jam tiga sore dan mereka berdua sudah berpelukan tanpa menggenakan apapun. Keringat mengucur deras membuat laki-laki itu mengusapnya dengan berpuluh-puluh lembar tisu. Tapi ada senyum di wajah laki-laki itu dan menahan perempuan yang malu hendak menutupi tubuhnya dengan apapun yang bisa digunakan.“Malu?” Raga kembali bertanya sambil tersenyum memeluk perempuan itu bertelanjang dada. Perempuan itu memeluk Raga dengan sedikit canggung. Dia masih menyisakan sebuah rasa gugup di wajahnya.“Iya lah, sebentar, takut ada yang lihat dari jendela kan.” Gaia terlihat memasang wajah kesal sambil menarik selimut, Raga membantu perempuan itu mengenakan selimut untuk menutup tubuh bagian bawahnya.“Suka?” Raga mengulangi lagi apa yang dia tanyakan di awal seolah dia benar ingin tahu jawaban dari Gaia siang itu. Gaia menatap wajah Raga sebentar dan kemudian melihat ke depan masih bersandar dipelukan laki-la

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23

Bab terbaru

  • LONELY TOGETHER   Mereka curiga

    “Hujan.” Sebuah suara akhirnya terdengar ketika mereka sampai di tempat parkir sebuah area yang dimaksud oleh keluarga mereka berdua. Gaia hanya terdiam dan masih meminum kopinya. Lapar dan juga semakin terasa lelah karena perjalanan juga karena aktivitas dengan Raga tadi. Laki-laki di sampingnya masih menatap jauh ke hujan yang cukup deras. “Gak ada payung, mau lari saja?” Raga menoleh melihat Gaia yang masih menempatkan sedotan pada bibir perempuan itu. Gaia hanya terdiam saja tidak menjawab pertanyaan Raga. Laki-laki itu kemudian memeriksa tempat duduk bagian belakangnya. Tetap saja dia tidak menemukan payung. Tapi ada yang sangat menganggu pikirannya saat itu ketika melihat Gaia lagi. Matanya tertuju pada sesuatu yang ingin dia sentuh dengan bibirnya. Raga meletakkan tangannya di ujung sandaran kursi penumpang di sebelahnya dan dia bergeser sedikit tentu saja. Gaia menoleh karena gerakan Raga itu. Laki-laki dengan kulit sedikit lebih hitam dari Gaia itu tersenyum. “Aku meras

  • LONELY TOGETHER   Dua Keluarga

    “Suka?” Sebuah pertanyaan yang sama Raga tanyakan pada perempuan di pelukannya. Seperti sebuah kebiasaan, “Suka, soalnya kamarnya bagus? Lain kali ajak aku di tempat yang seperti ini juga.” Gaia kali ini langsung menjawab dengan santai dan tersenyum memeluk Raga. Mereka berselimut tebal dan tersenyum saling memandang. “Boros.” Raga tertawa dan Gaia juga sama. Laki-laki itu makin memeluk Gaia seolah dia gemas dengan perempuan itu. Gaia juga merasa jika Raga sedikit berbeda kali ini. Tapi Gaia menampik perasaan dan mengira karena tempat yang berbeda merubah suasana hati mereka. “Tapi kamu berbeda, lebih....” Raga tersenyum menatap perempuan itu untuk menggoda tentang apa yang mereka berdua baru saja lakukan. Gaia hanya tersenyum dan kemudian mengganti saluran televisi. Perempuan itu lupa menggenakan kacamatanya ketika keluar kamar kedua orang tuanya. “Jam berapa? Aku gak bawa handphone.” Gaia bertanya kepada Raga yang kemudian dia teringat untuk memeriksa pekerjaan kantor. “H

  • LONELY TOGETHER   Keinginan Kita Berdua

    Gaia memeluk Raga ketika pertanyaan itu meluncur dari bibir laki-laki yang sungguh dia kenal bertanya bukan karena simpati atau mungkin dia juga memang belum tahu apa-apa. Raga menjauhkan tangan Gaia ketika perempuan itu hendak memeluk.“Jangan melakukan hal yang salah.” Raga mengindar dan kemudian duduk bersandar pada sisi tempat tidur. Gaia terlihat cukup kesal karena apa yang Raga lakukan.“Kalau kamu mencurigai aku, kenapa meminta aku masuk ke kamar ini? Jangan seolah-olah kamu tidak tahu apa-apa dan mempertanyakan semua hal.” Gaia melampiaskan kesalnya tanpa menahan diri. Raga tersenyum melihat apa yang terjadi meski kemudian dengan cepat dia memasang wajah kesal.“Ya aku ingin tahu ceritanya dulu. Kenapa susah banget untuk ngobrol?” Raga kembali membalas Gaia, dia sama sekali tidak ingin mengalah dalam obrolan ini. Laki-laki itu duduk menghadap ke arah Gaia yang kali ini terlihat melemparkan pandangan ke tempat lain untuk menghindari menatap Raga.Raga tersenyum melihat sikap Ga

  • LONELY TOGETHER   Masih Sama

    3 Tahun kemudian.“Wah sampai juga, kita check in dulu.” Gaia bersama dengan adik iparnya langsung turun bersama kedua orang tua Gaia masuk ke sebuah lobby hotel yang cukup besar. Mereka menunggu karena masih banyak orang yang berada di lobby.“Untuk satu malam. Silahkan.” Karyawan mempersilahkan Gaia dan adik iparnya mengikuti instruksi dari reseptionist. Gaia dan adik iparnya mendengarkan penjelasan reseptionist dan kemudian diminta untuk menunggu sekitar 10 menit. Gaia duduk dengan dua keponakanannya di sofa lobby dengan boneka bear yang cukup besar di sana. Kedua keponakanannya bermain-main dan Gaia memeriksa ponsel pintarnya siapa tahu ada pekerjaan yang harus dilakukan.“Mam, Raga?” Adik Gaia membawa masuk seseorang yang tentu saja satu keluarga Gaia mengenalnya. Bukan orang asing meski terlihat cukup asing awalnya. Raga masuk bersama dengan Gama, adik Gaia yang kebetulan tadi sibuk mencari tempat parkir.“Siang Pak, Bu.” Raga menjabat tangan dua orang tua Gama yang tentu saja

  • LONELY TOGETHER   Bukan Apa-Apa

    “Kamu suka?” Raga terlihat menatap perempuan yang sedang bersama di kamarnya saat itu. Belum jam tiga sore dan mereka berdua sudah berpelukan tanpa menggenakan apapun. Keringat mengucur deras membuat laki-laki itu mengusapnya dengan berpuluh-puluh lembar tisu. Tapi ada senyum di wajah laki-laki itu dan menahan perempuan yang malu hendak menutupi tubuhnya dengan apapun yang bisa digunakan.“Malu?” Raga kembali bertanya sambil tersenyum memeluk perempuan itu bertelanjang dada. Perempuan itu memeluk Raga dengan sedikit canggung. Dia masih menyisakan sebuah rasa gugup di wajahnya.“Iya lah, sebentar, takut ada yang lihat dari jendela kan.” Gaia terlihat memasang wajah kesal sambil menarik selimut, Raga membantu perempuan itu mengenakan selimut untuk menutup tubuh bagian bawahnya.“Suka?” Raga mengulangi lagi apa yang dia tanyakan di awal seolah dia benar ingin tahu jawaban dari Gaia siang itu. Gaia menatap wajah Raga sebentar dan kemudian melihat ke depan masih bersandar dipelukan laki-la

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status