Home / Romansa / LONELY TOGETHER / Bukan Apa-Apa

Share

LONELY TOGETHER
LONELY TOGETHER
Author: Tami ilmi

Bukan Apa-Apa

Author: Tami ilmi
last update Last Updated: 2025-03-23 12:03:37

“Kamu suka?” Raga terlihat menatap perempuan yang sedang bersama di kamarnya saat itu. Belum jam tiga sore dan mereka berdua sudah berpelukan tanpa menggenakan apapun. Keringat mengucur deras membuat laki-laki itu mengusapnya dengan berpuluh-puluh lembar tisu. Tapi ada senyum di wajah laki-laki itu dan menahan perempuan yang malu hendak menutupi tubuhnya dengan apapun yang bisa digunakan.

“Malu?” Raga kembali bertanya sambil tersenyum memeluk perempuan itu bertelanjang dada. Perempuan itu memeluk Raga dengan sedikit canggung. Dia masih menyisakan sebuah rasa gugup di wajahnya.

“Iya lah, sebentar, takut ada yang lihat dari jendela kan.” Gaia terlihat memasang wajah kesal sambil menarik selimut, Raga membantu perempuan itu mengenakan selimut untuk menutup tubuh bagian bawahnya.

“Suka?” Raga mengulangi lagi apa yang dia tanyakan di awal seolah dia benar ingin tahu jawaban dari Gaia siang itu. Gaia menatap wajah Raga sebentar dan kemudian melihat ke depan masih bersandar dipelukan laki-laki yang dia kenal sudah bertahun-tahun.

“Suka, tapi sakit si. Sekarang juga masih sakit.” Gaia menjawab dengan nada bicara yang polos sehingga Raga tertawa kecil.

“Tapi kamu bersemangat sekali, dan juga basah.” Raga kembali menggoda Gaia yang memang baru benar-benar melakukan hal ini untuk pertama kalinya. Laki-laki itu makin memeluk gemas perempuan dalam pelukannya. Dia mencium rambut Gaia perlahan.

“Lain kali kalau kamu mau, kamu ajak duluan juga gak apa-apa.” Sebuah kalimat yang membuat Gaia tentu saja terdiam. Raga memang tidak pernah menutupi apapun dari gaia sudah sejak lama. Mereka sudah hampir dua tahun tidak bertemu dan kemudian bertemu lagi sampai akhirnya kedekatan mereka membuat Gaia menyerahkan segalanya hari ini.

“Tidur lagi aja kalau kamu cape.” Raga terkesan memanjakan Gaia siang itu. Laki-laki itu memang sedang bekerja dari rumah sehingga dia kemudian memeriksa ponselnya untuk mengawasi beberapa anak buahnya yang sedang bekerja di kantor.

“Ada masalah?” Gaia bertanya karena sepertinya Raga memasang wajah serius ketika memegang ponselnya. Laki-laki itu tidak menjawab dan hanya bangkit dari tidurnya, menggenakan boxer, setelah itu dia menghadap komputer di meja sebelah tempat tidur. Bahkan dia sudah tidak lagi mempedulikan Gaia setelah itu. Perempuan itu menggenakan kaos longgar dan kemudian memejamkan matanya lagi memunggungi Raga yang sibuk dengan pekerjaannya.

Gaia sudah lumayan terbiasa, hanya saja kejadian hari ini memang sudah dia terima. Perempuan itu sudah terlalu menyerah untuk kisah cinta. Jadi apa yang dia lakukan kali ini secara sadar dan memang karena kehendaknya juga. Selain karena memang dia sudah mengenal Raga lama. Dia hanya percaya mereka berdua hanya saling memberikan manfaat.

“Tidur?” Gaia samar mendengar suara. Dia mengerjapkan matanya dan melihat kamar sudah lebih gelap dan hanya cahaya dari luar yang menerangi melalui jendela kamar Raga.

“Sudah selesai?” Gaia bertanya karena dia menyadari Raga sudah memeluknya dari belakang. Perempuan itu merasakan jika Raga mencium leher dan telinganya perlahan.

“Mau makan dulu? Atau pesan dulu?” Raga berbisik sambil kemudian tertawa di telinga Gaia. Sebenarnya mereka sudah lama sering bermesraan hanya saja baru kali ini Gaia melewati batas dengan laki-laki itu. Gaia sangat tahu jika Raga memang suka melewati batas dengan banyak wanita. Tapi sejak menikah dia tidak begitu lagi. Hanya setelah berpisah, dia menghubungi Gaia lagi dan kemudian terjadilah apa yang terjadi hari ini.

“Kamu lapar? Ya sudah ayo pesan.” Gaia terlihat tersenyum dan berbalik badan. Raga sudah melumat bibir Gaia ketika perempuan itu berbalik. Perempuan itu terkejut tapi tidak menolak.

“Pesan dulu, katanya lapar?” Gaia mencoba menghentikan aktivitas kesukaan Raga yang sudah berpindah ke tempat lain. Raga tidak menanggapi Gaia dan justru bermain lebih jauh. Perempuan itu juga berusaha menahan diri, hanya saja dia tidak lagi bisa menahan erangannya sendiri.

“Ga..” Gaia sudah melayang hendak melewati batasnya. Ponsel pintarnya sudah entah berada di mana. Dia tidak lagi fokus untuk memesan makanan. Raga terus menggoda Gaia dan bergerak menikmati tubuh perempuan yang bersamanya itu.

“Ga...” Gaia melenguh lagi perlahan membuat Raga semakin bersemangat menikmati gerakan pelan tubuh Gaia sambil mendengarkan desah yang ditahan. Gaia mengigit bibir bawahnya untuk meredam suaranya sendiri. Dia tahu penghuni kos sudah pulang ketika malam hampir tiba.

“Enak Ga?” Raga kali ini bermain dengan perempuan yang sudah hampir tidak bisa menguasai dirinya sendiri. Laki-laki itu berbisik di telinga Gaia perlahan dan kemudian mencium leher Gaia tanpa menunggu jawaban. Perempuan itu mengerang perlahan masih menggunakan tangannya untuk menutup mulutnya ketika Raga memainkan setiap tempat vital yang membuat Gaia meleguh lebih keras meski berusaha diredam. Sampai kemudian akhirnya laki-laki itu membuat Gaia tidak bisa lagi menyadari apapun selain sebuah kesenangan bagi mereka berdua.

Raga tersengal di atas tubuh Gaia yang juga memeluk laki-laki itu erat. Gaia mengigit bibir bawahnya ketika Raga mulai mempercepat ritme gerakannya. Sesekali Raga menghentakkan sedikit untuk membuat Perempuan itu semakin memandang ke berbagai arah untuk menahan desah yang sudah berusaha dia redam sedari tadi.

Raga kali ini mencium bibir Gaia dengan kasar, gerakannya juga sudah mulai lebih cepat dengan ritme yang pendek. Gaia kali ini meremas tempat tidur yang tidak menggunakan seprei di kamar kos Raga. Perempuan itu semakin berusaha menahan teriakan yang hampir saja memecah kesunyian menjelang malam itu. Raga melenguh perlahan dan kemudian gaia memeluknya. Laki-laki itu masih terengah ketika aktivitas mereka selesai. Raga berguling ke sisi Gaia dan tersenyum.

“Suka?” Raga kembali menanyakan hal yang sama, kali ini Gaia tersenyum dan mengangguk pelan masih mengatur nafasnya. Dia meletakkan kepalanya dalam pelukan Raga.

“Biarkan hubungan kita sebatas ini saja. Lebih menyenangkan. Jika ke tahap lain, mungkin tidak bisa. Lagipula kamu terlalu banyak tahu buruknya aku. Pasti sulit menerima.” Raga memberikan sebuah alasan yang sebenarny ditolak oleh Gaia dalam hati.

“Aku juga tidak mengharapkan hal lain.” Gaia dengan tegas membuat batasan. Entah Raga percaya atau tidak tapi Gaia memang tidak ingin bersama dengan Raga untuk hal yang lebih serius. Apalagi setelah Raga bercerai dengan istrinya. Gaia sama sekali tidak pernah berharap perasaannya berkembang untuk seorang Raga.

“Aku punya seseorang yang ingin aku jadikan istri.” Sebuah pernyataan dari Raga seolah sedang menguji Gaia. Perempuan itu tidak memberikan komentar karena merasa pembicaraan tentang hal itu tidak terlalu penting.

“Menurutmu, apakah sebaiknya aku jujur atau tidak tentang kesenanganku? Bukankah perempuan tidak ingin punya kekasih yang redflag? Jadi sebaiknya aku tidak mengatakan apa-apa bukan?” Kali ini Gaia hanya tersenyum sinis.

“Orang pasti selalu melihat kamu sama seperti mereka melihat aku. Polos, tidak tahu apa-apa dan juga tidak akan berada dalam hal-hal yang tidak baik seperti ini.” Raga kembali menambahkan kalimat yang masih saja tidak ditanggapi oleh Gaia.

“Mau pesan nasi goreng? Atau roti?” Gaia justru mengalihkan pembicaraan sambil membuka aplikasi untuk memesan makanan. Dan kali ini Raga kembali menggoda Gaia.

“Bisakah lain kali kamu bawakan masakanmu dari rumah saja? Aku ingin sekali-kali kamu bisa membawakan hal seperti itu.” Gaia hanya tersenyum sedikit dan kemudian selesai memesan makanan.

“Kamu mau memberitahukan hubungan seperti apa kepada seluruh dunia? Membawa makanan dari rumah dengan alasan apa? Memangnya kamu siapa?” Kali ini Gaia sungguh ingin membalas Raga. Dia juga ingin Raga mencoba untuk berfikir realistis tentang permintaannya dalam hubungan ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LONELY TOGETHER   Suami yang Menahan diri

    Mungkin karena AC di kamar Raga memang dingin, Gaia meringkuk di pelukan Raga sepanjang malam tanpa dia sadari. Perempuan itu terlelap memeluk tubuh yang sebenarnya enggan dia peluk. Raga bahagia dengan apa yang terjadi malam ini karena Gaia yang mendekati tubuhnya lebih dahulu dan tenggelam dalam pelukannya sepanjang malam. Meski tentu saja dia hampir tidak merasakan lengan sebelah kirinya ketika bangun terlebih dahulu. Laki-laki itu menatap dengan senyum wajah istrinya dalam lampu kuning di tepi tempat tidur. Raga lega, laki-laki itu mencium kening Gaia perlahan dan masih tersenyum. Perempuan itu bergerak sedikit tapi dia masih memejamkan matanya. Di sisi lain Gaia ada keponakannya yang masih juga tertidur pulas. Raga sungguh terkesan dengan apa yang sedang dia lakukan saat ini. Memandang seseorang yang sedang tertidur bukanlah sebuah kebiasaan atau tidak akan menjadi hal yang dilakukan oleh Raga. Membuang waktu. Tapi, saat ini tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat pere

  • LONELY TOGETHER   Secara Halus

    Tidak berapa lama bel pintu berbunyi dan Raga segera menuju ke depan untuk membuka pintu. Mba Rana terlihat masuk dengan tergesa melewati ruang tengah menuju ke kamar tengah. Gaia masih diam bersama keponakannya dan tidak beranjak dari sofa ruang tengah itu.“Tapi Mba, Kai sudah tidur. Kalau aku tidak bersama dengannya maka dia akan bingung besok pagi.” Suara Erin terdengar meski pelan. Raga masih berdiri di depan pintu kamarnya. “Kalau begitu bawa Kai juga.” Mba Rana sepertinya serius dengan apa yang dia katakan.“Sudah malam Mba, mau tidur dimana juga tidak masalah. Kenapa jadi seperti ini?” Erin sepertinya masih berkeras untuk tidak menuruti apa yang Mba Rana minta.“Tidak di sini. Kamu mau gendong Kai atau aku?” Mba Rana terlihat cukup serius dengan apa yang dia ucapkan. Erin terlihat kesal dengan apa yang sedang terjadi. Dia tidak bisa minta bantuan kepada siapapun. Dan akhirnya dia menggendong Kai bersamanya keluar dari kamar itu.“Kasihan kamu Kai, tidak boleh tidur di rumah y

  • LONELY TOGETHER   Erin ingin Tinggal?

    Kai dan dua keponakan Gaia sedang menikmati cake yang dibeli tadi di mall, sedangkan orang dewasa lainnya sedang makan camilan juga yang dibawakan oleh Ibu dan Mba Rana. Gaia sebenarnya cukup senang dengan sikap Mba Rana dan Ibu Raga yang santai kepada Erin. Meski beberapa pertanyaan canggung memang harus di dengar.“Jadi kamu ingin menata kamar tengah itu untuk Kai?” Mba Rana melihat kamar yang hanya berisi beberapa barang dan memang kecil.“Soalnya kamar kerja akan terlalu besar untuk Kai, dan juga akan lebih nyaman jika dia sudah punya kamar sendiri.” Raga terlihat tersenyum menjelaskan.“Kalian berdua tidak menganggap anakku sebagai penganggu bukan?” Erin terlihat berucap ketus di ruang tengah. Di depan semua orang perempuan ini bicara dengan sangat kasar, bagi Gaia.“Tidak, kami tidak pernah begitu. Hanya supaya Kai juga berlatih untuk tidur sendiri, punya kamar dan juga punya dunianya sendiri.” Raga kembali menjelaskan sebelum Gaia yang bicara.“Kai kan mas

  • LONELY TOGETHER   Aku Temani Kamu

    “Kai ingin bermain?” Gaia bertanya kepada anak kecil berusia lima tahun itu ketika mereka keluar dari tempat makan. Anak laki-laki itu terlihat tidak terlalu mengerti dengan pertanyaan Gaia. “Mau main di arena bermain?” Erin bertanya dengan senyum di wajahnya kepada Kai dengan lembut. Kai mengangguk perlahan.“Kalau begitu kita ke sana.” Gaia menunjuk sebuah tempat bermain tepat di depan tempat mereka berempat tadi makan. Raga terlihat kurang begitu suka dengan apa yang Gaia lakukan. Tapi Gaia menatap laki-laki itu seolah sedang memberikan sebuah sinyal jika dia harus menuruti apa yang Gaia katakan.“Aku akan mengisi kartu untuk mainnya lebih dulu.” Gaia terlihat cukup senang karena tidak ada antrian untuk mengisi kartu. Dia meninggalkan Raga dan Erin serta Kai tidak lama kemudian sudah kembali lagi. “Tap di tempat yang Kai ingin mainkan.” Gaia menyerahkan kartu itu kepada anak laki-laki Raga dan Erin. Sudah tentu Erin mengikut Kai yang kemudian memilih mainan yan

  • LONELY TOGETHER   Ayah dan Ibu

    Gaia kembali duduk di bagian belakang di mobil. Tapi itu juga bukan hal yang cukup besar untuk membuat Raga tidak memperhatikan istrinya itu, sepanjang jalan mereka membicarakan hendak kemana dan perlu membeli apa saja.“Tolong angkat telepon dari Mba Rana Babe.” Raga membuat Gaia kemudian meraih ponsel di saku celana sebelah kiri dari Raga. Erin terlihat tidak ingin melihat apa yang sedang Gaia lakukan.“Ya Mba?” Gaia menggeser tombol ikon telepon berwarna hijau di layar telepon milik Raga.“Gia?” Mba Rana sedikit terkejut meski seharusnya tidak. “Iya Mba, Raga sedang nyetir.” Gaia menjawab singkat.“Oo… Itu, nanti aku ke rumah sama Ibu. Kamu sudah sehat?” Mba Rana bertanya karena mungkin Raga lupa memberitahu kabar Gaia saat ini.“Sudah Mba, jam berapa ke rumah Mba?” Gaia bertanya lagi meski Raga tidak mengatakan apapun.“Makan sudah? Nafsu makan masih belum membaik?” Rana bertanya lagi kepada Gaia.“Um… Iya Mba, tapi memang lebih baik tidak terlal

  • LONELY TOGETHER   Margia yang Raga lihat

    Manusia memang selalu punya sisi yang tidak pernah bisa ditebak manusia lainnya. Unik, Raga lupa jika Margia itu memang tidak seperti perempuan lain, tidak seperti teman tidurnya yang lain. Dia punya semua hal yang Raga juga punya. Jika Raga punya kekasih, Gaia juga. Raga punya keluarga, Gaia juga. Dan Gaia punya caranya sendiri menjalani hidup. Raga lupa jika Gaia bukan perempuan yang akan meminta kepada laki-laki, bukan perempuan yang akan menyandarkan bahunya pada laki-laki untuk meminta kemakmuran di hidupnya. “Kita fokus untuk Kai saja, sekali lagi jika kamu ingin kami membiayai sekolah Kai, tapi kamu ingin Kai tetap bersama denganmu. Aku juga tidak keberatan.” Gaia kembali menyatakan sebuah penawaran.“Kai juga butuh kasih sayang Ayahnya. Kamu berusaha menghalangi?” Erin berusaha menyudutkan Gaia. Gaia menggeleng perlahan.“Tidak juga, Kai boleh bertemu dengan Raga kapanpun, boleh juga menginap. Tapi jika itu kamu aku tidak menngizinkan.” Raga kembali tersenyum de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status